EGYPT AND YOU

195 20 2
                                    


"The greatest thing is to have someone who loves you and to love in return"

-Winston Graham-


Ingatanku kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Invitation untuk mengikuti Vegetable Production Course dari EICA (Egyptian International Centre for Agriculture), sebuah lembaga pelatihan pertanian dari Mesir yang bertaraf internasional dan bekerja sama dengan Badan PBB untuk pangan dan pertanian (FAO) membuatku merasa aman dan mendapat perlakuan khusus di Bandar Udara Internasional Kairo yang begitu asing bagiku.

Seorang petugas menyuruhku mengikuti petunjuk yang sudah tertulis sepanjang koridor bandara yang luas itu. Aku pun mengikuti arus orang-orang menuju exit gate. Setelah perjalanan panjang dari pemeriksaan imigrasi, ambil bagasi, hingga akhirnya mencapai exit gate aku pun termangu. Habis ini apa?

"Mbak Anggita Destiana?" Suara berat seseorang menyapaku ramah.

"Iya, saya."

Kulihat seorang laki-laki yang kutaksir usianya sekitar awal tiga puluhan memakai setelan kemeja warna broken white yang dikombinasi jas warna biru dongker tanpa dasi mendekatiku. Tingginya pasti di atas 175 cm, tetapi tidak lebih dari 180 cm.

"Kenalkan saya Hafiz Ramadhan, staf atase perdagangan, KBRI di Kairo. Selamat datang di Kairo. Saya akan mengantar Mbak Anggita ke kantor EICA," sapanya ramah.

Kami pun saling berjabat tangan. Dia mengambil koperku yang berukuran cukup besar dan berat kemudian mendorongnya dengan santai. Huff, meskipun koper tersebut mempunya roda, karena cukup besar untuk ukuran tubuhku yang kurus tetap saja terasa berat. Aku mengikuti langkahnya yang lebar, membuatku setengah berlari agar bisa sejajar dengannya.

"Selama perjalanan tidak ada masalah, 'kan?" tanyanya seraya menoleh ke arahku.

"Alhamdulillah, semua lancar. Hanya tadi transit di Dubai selama delapan jam, tetapi ketika akan boarding ternyata gate keberangkatan pindah dan itu sangat jauh. Saya juga lalai tidak memantau perubahan tersebut dari monitor. Untung saja dibantu petugas di sana dan saya dibawa naik mobil golf untuk mencapai gate keberangkatan yang seharusnya."

"Di sana tidak seperti di Sukarno Hatta, ya, Mbak. Pemberitahuan disiarkan melalui pengeras suara," kekehnya geli.

Aku menoleh padanya. Ada lesung pipi muncul ketika dia tertawa. Baru kusadari Mas Hafiz ini lumayan manis. Wajahnya agak kearab-araban. Hidung mancung, alis tebal dan bertaut, five o'clock shadow-nya membuat keseluruhan wajahnya terlihat manly. Mungkin kalau di Jakarta dia bisa jadi artis FTV.

"Mbak Anggita dari Jawa Tengah?" tanyanya setelah dia menelepon seseorang.

"Panggil Gita saja. Saya pikir, saya lebih muda dari Mas Hafiz," jawabku sambil tersenyum manis. "Iya. Saya dari Jawa Tengah. Dari Dinas Pertanian Provinsi Jawa Tengah."

"Hahaha, begitu ya. Baiklah, Gita. Itu mobil kita sudah datang," ucapnya sambil mempersilakan aku jalan terlebih dahulu menghampiri sedan hitam merek Toyota Corolla yang berhenti tidak jauh dari kami berdiri.

Setelah itu mobil membelah jalanan Kairo yang super sibuk dan tidak teratur. Klakson berbunyi dimana-mana. Hei, mengapa semua orang di sini tidak sabaran, sih?

"Jangan heran, di sini semua orang bertemperamen tinggi. Tidak sabaran." Dia diam sejenak. "Pesan saya jangan pernah pergi sendirian, ya. Harus ada temannya. Laki-laki Mesir suka wanita-wanita kecil ras Asia Timur, termasuk Indonesia. Meskipun rata-rata penduduk di sini beragama Islam, tidak jaminan mereka akan bersikap sopan kepada wanita yang terlihat bebas berkeliaran seorang diri. Ini kartu nama saya. Kalau ada kesulitan bisa menghubungi saya di nomor itu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kumpulan CerpenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang