3. Aldrin

15 2 0
                                    

"Pemilik netra sapphire VS Pemilik netra malam"

3. ALDRIN?

.

.

.

Kebiasaan berolahraga Enzy yang setiap weekend di salah satu taman kompleks, terpaksa harus absen ketika hujan turun membasahi ibu kota.

Tapi alasan hujan tak membuatnya harus bermalas-malasan di tempat tidur. Cewek pemilik netra biru itu kini berolahraga di kamarnya dengan lari-lari di tempat, push up, hingga sit up.

Enzy dengan kaos kensi oversize itu terlihat pas di tubuhnya yang kini bersimbah keringat dan memperlihatkan lengan putihnya yang mengilap dengan tonjolan otot-otot kecil.

Selepas mandi gadis itu melangkah menuruni satu persatu anak tangga hingga suara bariton kembali terdengar membosankan di telinganya yang mungkin sudah kebal untuk mendengarkan ucapan tanpa hati itu.

"Anak perempuan itu bangunnya sebelum matahari terbit, bantuin mamanya masak. Ini malah baru bangun, belajar disiplin Kenzy. Kamu contoh tuh Kayra yang selalu nurutin apa kata papa." ujar Kendra- ayahnya, yang kini sudah duduk di meja makan dengan Kayra yang menyusun makanan.

"Maaf pah," ucap Enzy diikuti dengan Raya- ibunya Kayra yang datang dengan membawa piring makan.

Kayra duduk di samping Enzy, dan raya di samping Kendra. Keluarga itu pun memulai breakfast nya dengan sedikit berbagi cerita tentang aktivitas masing-masing, dan tentunya tentang Kayra anak emas kedua orangtuanya.

Enzy tidak pernah ikut dalam perbincangan hangat ini, karena setiap ia ikut berbicara papanya selalu tak berminat mendengarnya. Berbeda lagi kalau Kayra yang bercerita, papanya akan selalu antusias terlihat dari pancaran matanya yang tulus akan kebanggaan mempunyai putri sepintar Kayra.

"Olimpiade ekonomi kamu itu jadinya hari apa Kay?"

"Rabu sih jadinya. Jangan lupa datang yah pah, mah. Kalaupun nanti Kayra gak masuk lima besar, jangan marah sama aku loh." Canda Kayra dengan kekehan kecilnya.

"Pasti papa datang. Jangan pesimis gitu dong Kayra, papa aja yakin kalau kamu menang. Papa akan selalu berdoa buat kamu," ujar papa sambil mengusap Surai Kayra penuh rasa sayang.

"Aamiin. Makasih yah pah atas dukungannya."

Perbincangan hangat antara ayah dan anak itu membuat Raya tersenyum senang hingga pandangannya beralih ke Enzy yang sibuk mengunyah makanan, seolah anak itu tak ingin mendengarkan apapun.

Raya jadi ingat saat ia membersihkan kamar Enzy tempo hari, waktu itu ia menemukan sepucuk kertas yang berisi surat undangan kompetisi musik klasik.

Walau Enzy terlihat acuh dan tak peduli, jauh dalam lubuk hatinya gadis itu pasti ingin ada yang menyemangatinya saat mengikuti perlombaan yang Raya ingat diadakan hari Rabu nanti. Kalau ia datang ke perlombaan olimpiade ekonomi Kayra, yang datang untuk mendukung Enzy siapa?

"Kayaknya mama gak bisa datang deh Kay,"

"Kenapa mah?" Tanya Kayra yang menunjukkan raut bingungnya.

"Kenzy juga ada kompetisi musik klasik, mama pengen datang ke sana nyemangatin kenzy." Ujar Raya yang tersenyum tipis dengan tangan yang langsung mengelus punggung tangan Enzy yang tiba-tiba mendongak menatap ibu tirinya yang terlihat tulus memberikan senyum hangat itu kepadanya.

Kendra mendengus geli. Seolah yang ia dengar membuatnya muak.

"Gak bisa Ra. Kayra lebih butuh kita, Kay lebih perlu dukungan dari kamu dan aku. Lagian kontes musik klasik itu gak penting dan belum tentu juga kalau Ken menang." Papanya memang selalu meremehkannya seakan ia manusia yang tak bisa melakukan apapun. Hati Enzy mendadak ngilu saat pemikiran itu tiba-tiba datang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

DESEMBER 2015Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang