Jam pulang sekolah sudah lewat, tapi Naresh tak kunjung datang ke rumah sakit. Entah kemana sulung keluarga Laresmana itu sekarang berada. Hal ini membuat Wina khawatir akan kondisi putra sulungnya itu.
Jika kalian bertanya dimana Sean? Anak itu tengah di taman bersama sang ayah. Iya ayah Yuda, lagi nyari angin katanya bosen di dalam kamar. Ada-ada aja emang tapi namanya juga anak ayah Yuda.
Wina sang ibunda, sekarang tampak tengah sibuk berkutat dengan ponselnya. Dirinya memilih menetap di dalam kamar sang anak, takut-takut anak sulungnya itu tak menemukan siapapun disana.
Menunggu sekitar 30 menit, membuat Wina mengantuk. Tapi belom sempat mata itu terpejam, suara pintu terbuka membuat Wina mengembangkan senyumannya. Yang di tunggu sudah datang, membawa sekantung paper bag yang tak tau apa itu isinya.
"Hehe, maaf ya bunda kalo Naresh ganggu. Maaf juga Naresh pulang telat, tadi abis beli brownies dulu sama kookies buat si adek" Tuturnya sembari menaruh bingkisan di atas meja sebelah brankar.
"Gapapa kakak, kamu sudah makan belum?" Tanya Wina. Yang ditanya menganggukkan kepalanya hal itu membuat Wina lebih tenang.
"Emm bunda, ayah sama adek mana?" Tutur Naresh bertanya
"Di taman tuh, lagi main. Sean bosen katanya, samperin gih. Bunda mau cari makan dulu buat ayah" Jawab wina singkat.
Naresh menganggukkan kepalanya , dengan segera dia berjalan ke arah taman. Menemui ayah dan adiknya yang tengah asik bermain di taman rumah sakit. Sungguh dia merasa di anak tirikan, walau kesannya lebay sih. Namanyaa juga anak ayah Yuda :D
Sementara Wina, ibu dia anak itu sekarang tengah berjalan ke arah kantin untuk memesan makan siang milik suaminya, Yuda itu belum makan. Jangan kan makan , mandi saja dia belum karena tadi rencananya hanya akan mengantar anaknya sekolah lalu pulang.
Toh kata sobat karibnya si Jung sialan itu rapat akan di adakan jam 9 pagi nanti. Jadi ya leha leha saja dulu saja bersama sang istri.
Sekarang pukul 4 sore, Naresh tengah duduk di kursi taman seorang sendiri. Ia menatap langit biru yang sebentar lagi akan berubah menjadi warna jingga. Sungguh udara sore hari itu sejuk, bila mana dirinya tidak berada di rumah sakit.
Dominan bau obat menganggu indra penciuman Naresh, anak itu tidak suka obat ia lebih suka jamu khas buatan sang nenek di China sana. Sayangnya, itu hanya beberapa tahun sekali saja ia dapatkan dengan cuma-cuma:D
Kembali lagi pada sosok Naresh, anak itu sedang sibuk dengan pikirannya menengani kenapa adik nya itu? Yuda dan Wina selalu saja menyembunyikan fakta baik darinya maupun dari adiknya.
Bohong jikalau Naresh tidak tau dan menutup mata setiap kali beribadah Wina selalu berdoa dan menangis dalam setia ucapannya.
"Sebenernya, Sean itu kenapa sih?" Batinnya
Lamunan Naresh buyar kala mendengar langkah kaki beserta suara khas teman-temannya yang datang dari arah depan. Ia dapat mendengar umpatan khas Heksa , begitu pula celotehan Yanu yang tidak jelas apa maksudnya.
"Si anjir gue malah di tinggal" Tutur Heksa mengomel.
"Tau ga si bang, masa tadi pak damar - bla bla bla" Yah , Yanu itu suka berceloteh entah membahas apa saja, katanya sih kalo diam-diam dia bawaanya pengen dugem aja:D
Suara bising yang Naresh tau dari siapa sang pelaku, membuat ia merotasikan bola matanya malas, siapa lagi kalo bukan teman-temannya dengan otak seperempat minus Reyhan.
Yanu duduk di sebelah Naresh dengan bibir yang masih berceloteh, bercerita tentang kejadian tadi di kelas pada sang abang. Sudah biasa jika Yanu seperti ini, bila Sean sekolah. Ia juga sering seperti Yanu, walau bedanya kalau Yanu akan menceritakan dengan detail, sedangkan Sean adiknya akan menceritakan point nya saja.
Katanya Sean sih biar kakaknya - Naresh itu tidak bosan saat dirinya ingin bercerita. Jadi menurut Naresh itu maklum saja. Melihat bagaimana sabarnya Reyhan mendengarkan sang adik berceloteh ria itu sudah cukup membuat Naresh sadar.
Heksa dan Jevan tengah duduk di rerumputan, mendengarkan dongeng panjang Yanu yang sialnya membuat Naresh mau tak mau harus mendengarkan. Sementara Reyhan dia sibuk dengan jajan di tangannya.
"Udah deh gtu, eh ayok lah jengukin Sean" Finally, kata yang benar-benar di tunggu sejak tadi.
Naresh segera bangkit dari duduknya, kemudian menggandeng tangan Reyhan agar abang Yanu itu pergi bersamanya, jika tidak sudah di pastikan akan ada part dua dalam dongeng kali ini, melihat Heksa yang tampak sedang ingin mengutarakan ceritanya saat ini.
Oke Heksa maafkan Naresh untuk hari ini....
Saat sampai di ruangan Sean, mereka di sambut ramah oleh ayah Yuda. Bunda Wina sedang pergi, mengantar pulang Ojun karena Hendry dan Lucas tiba-tiba saja pamit ada kelas di sore hari. Meninggalkan sepupu kesayangan Sean itu sendiri.
"Naresh, ayah nitip adek dulu ya.Jangan di godain adeknya awas aja, om pamit dulu ya sebentar" Tutur Yuda yang kemudian berlalu keluar.
Naresh tampak menatap wajah damai adiknya dalam tidur, sama halnya dengan ke empat temannya yang lain. Mereka hanya diam, tak ingin bersuara hingga Heksa menyeletuk kan sebuah pertanyaan yang dimana Naresh saja tak tau jawabannya.
"Gue ga tau, jangan tanya gue. Tanya noh si ayah" Ketusnya, ya pasalnya dia juga kepo tapi ayahnya mana mau ngasih tau dia.
"Galak amat lo" Tutur Heksa kesal, ya kan dia nanya baik-baik masa gtu balesannya.
Reyhan yang melihat temannya itu tampak ingin baku hantam, segara menghentikannya. Sebelum Sean bangun dan Yuda akan mengomeli anak bapak Suh yang kelewat rusuh.
Jevan hanya diam terpaku dalam duduknya, tak berminat menimbrung percakapan temannya. Dirinya terdiam, menatap wajah damai Sean dalam tidurnya. Mengapa jika di lihat dan Jevan telaah. Wajah Sean lebih pucat dari sebelumnya. Sebenernya kenapa Sean?
Pertanyaan memenuhi otak kecil Jevan, dirinya tak paham dan tak bisa menanyakan kepada siapapun mengenai pertanyaan-pertanyaan yang memenuhi kepalanya. Hingga helaan nafas kasar dirinya hembuskan begitu saja, yang kemudian beralih menatap Yanu yang tengah memejamkan mata di sofa sebrang brankar.
Yanu tak mau ribut, Sean butuh istirahatlah dirinya tau itu. Apa yang tidak Yanu tau dari sosok Seandaru ?jawabannya hanya satu, kenapa Sean memilih berbohong kepada keluarganya? Itu masih memenuhi otak mungil Yanu hingga sekarang.
"eunghh" Lenguhan kecil yang mampu membuat 5 orang temannya berhasil menatap ke arah lenguhan itu terdengar.
Naresh dengan sigap berdiri dari duduknya, mendekati sang adik yang kini tampaknya terbangun dari tidurnya. Mengambil air putih supaya Sean meminumnya. Ia tau bahwa Sean pasti ketauan sekarang.
"Minum, jangan banyak gerak. Nanti pusing nangis lagi" Tutur Naresh dingin.
Keempat temannya hanya memandang mereka dari jauh, tak berniat menganggu atau apapun itu.
.
.
.Thnks for ur voteeee and reading mwah mwahhh
Piii new yearrr kawannnn
KAMU SEDANG MEMBACA
- Bungsu Ayah -
Conto"anak ayah harus kuat!" "bunda sayang Sean" "bunda ga boleh sedih ya? nanti Sean ikut sedih" Hanya sepenggal kisah keluarga Laresmana dengan si bungsu sebagai pemeran utamanya