1. Jihan

34 9 1
                                    



Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kak, kapan pulang?" Jihan tengah mengobrol dengan seseorang lewat telepon genggamnya. "InsyaAllah bulan depan. Doa in aja semoga bisa dipercepat" setelah berapa menit lanjut mengobrol, Jihan mematikan sambungan telepon.

Terdengar helaan nafas dari Jihan. 'aya kangen kak..'

BRAK

"JIHAN!" terdengar suara seseorang membuka pintu dengan kasar 'Mampus kelupaan!' ucap Jihan dalam hati. Ia bergegas menuruni tangga menghampiri ibunya. "Kenapa saya pulang rumah masih belom bersih??! harus saya ingatkan berapa kali hah!?? jadi perempuan itu gak boleh malesan! saya tuh capek habis pulang kerja buat biayain keluarga!! kakakmu aja bisa ngebanggain ibunya walau dari jauh!! kamu bisa apa??" Jihan  hanya dapat meringis mendengar ocehan ibunya yang entah keberapa kali. 

"kenapa sih saya harus punya anak seperti kamu" ibunya berjalan kearah kamar sambil bergumam walaupun masih dapat didengar oleh Jihan.


"kalau ada kakak dan ayah pasti ibu gak akan kayak gini.." ucap Jihan.







︶꒦꒷♡꒷꒦︶






"Sa!" Jihan memanggil seseorang yang berada jauh di depannya. Ia menoleh ke sumber suara, lalu tersenyum "Haii tumben dateng pagi" ucapnya setelah jihan berada di sebelahnya "iya deh anfisa si paling dateng pagi" mereka pun tertawa lalu memasuki ruangan kelas.
"jihan, kamu mau disini aja? aku mau ke kelas si bela" ucap Anfisa kepada Jihan. "iya, mager" jawab Jihan singkat.

setelah Anfisa pergi meninggalkan kelas, Jihan mulai meringis. Ia berbohong tentang dirinya yang malas, rupanya ia sedang menahan sakit. "hari apa sekarang?" setelah dirasa sakitnya mulai mereda ia mengecek handphonenya. 'sabtu? padahal udah mium obat dan jaga kesehatan. kok sakitnya cepet banget sih?' batin Jihan.

"hannie~" seseorang datang bersama Anfisa dengan memasang wajah senang. "Bela hari ini orang tuanya lembur, mau nginep kerumahnya gak?" ucap Anfisa. "iya nihh kapan lagi lohh" Bela melingkarkan lengannya pada Jihan, merengek memaksa Jihan ikut. "besok libur lohh kita bisa begadang ampe malem nich" s'telah berpikir sejenak, Jihan mengiyakan undangan Bela dan ajakan Anfisa.

'toh ibuku juga hari ini kemungkinan lembur- tidak, bukan hanya hari ini tapi memang setiap hari begitu'




︶꒦꒷♡꒷꒦︶




"Rasanya ketusuk pisau tuh gimana sih?" -Jihan

"heh mulutnya!" -Bela

"hehe habisnya film yang tadi kita tonton bikin penasaran gimana rasanya ketusuk pisau" -Jihan

"ni anak satu mulai nih aneh-anehnya" -Anfisa

"gatausih, mungkin kayak mau mati tapi enggak jadi" -Bela

"mati suri dong itu" -Anfisa



Saat ini Jihan bersama temannya sedang tertawa terbahak-bahak, ia sendiri lupa kapan terakhir kali tertawa lepas. "jadi gamau balik deh haha. buat apa juga pulang" Bela menoleh. "Han, sebenernya kita udah merhatiin kamu akhir-akhir ini.. kamu kayak murung terus, ada masalah yang mau diceritain gak?" ucap Bela. "bentar lagi tanggal kakak kamu pulang, harusnya kamu senang dong" Anfisa menimpalinya. Jihan terdiam sejenak

"apa gunanya teman kalau gak saling bergantung? kita udah percaya satu sama lain kan??" ucap Anfisa tersenyum. "iya nihh gak adil dong kalau kita suka bersama tapi duka dipendem sendiri-sendiri. mana persahabatannya??" ucap Bela kemudian mengacungkan jempolnya.

Jihan merasa matanya memanas, seperti ingin menangis saja.
ia senang ia masih memiliki teman yang sangat baik. yang ia anggap sebagai keluarga keduanya.

tapi ini masih membuat Jihan berpikir apakah ia akan benar-benar menceritakan semuanya pada temannya. Ia tidak ingin membuat temannya ini khawatir kepadanya, ia merasa malah hanya akan menjadi beban untuk temannya.




︶꒦꒷♡꒷꒦︶




'*•.¸♡ 𝒎𝒚 𝒇𝒊𝒓𝒔𝒕 𝒂𝒏𝒅 𝒍𝒂𝒔𝒕♡¸.•*'


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




tbc

'*•.¸♡ My first and last ♡¸.•*' [jungwon x jihan]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang