Tiga

3K 148 2
                                    

◒◓◒◓◒◓◒◓◒◓

Setelah menghabiskan waktu 2 jam di kamar mandi, Jaemin dan Jeno akhirnya makan malam.

"Kau bilang ingin memberiku kejutan, kejutan apa?."

Tanya Jeno.

"Tidak jadi."

"Kenapa begitu."

Jaemin meminum air miliknya dan menatap sang kekasih.

"Kau sudah mendapatkannya."

Jeno berusaha mencerna apa yang Jaemin katakan. Dahinya berkerut bingung.

"Tunggu maksudmu?..."

Jaemin menangguk malu.

"Kenapa tidak bilang."

"Kalau aku bilang nanti namanya bukan kejutan. Mungkin lain kali saja ya."

Setelah berucap demikian Jaemin membawa piring dan gelas miliknya ke sink.

Jeno menyusul Jaemin menaruh piring serta gelasnya. Ia kemudian memeluk Jaemin, ketika lelaki mungil itu ingin pergi.

"Kalau begitu berikan saja kejutannya, aku akan menerimanya."

Jaemin memutar bola matanya malas.

"Kau yang untung namanya."

"Biar saja."

Jaemin berjalan menuju ruang tamu, sedikit kesusahan karena Jeno memeluknya.

"Kau tunggu disini, aku ingin ke kamar sebentar."

Jaemin mendorong Jeno agar duduk, setelah itu ia sedikit berlari menuju kamar.

Karena bosan, Jeno mengambil remote dan menghidupkan televisi.

5 menit berlalu, Jaemin belum kembali sama sekali. Jeno berniat menyusul, tapi baru saja berdiri, Jaemin muncul dengan kemeja putih polos sepaha. Lengan kemeja itu juga menenggelamkan kedua tangan lelaki mungil itu.

"Surprise."

Ucap Jaemin. Ia berjalan mendekati Jeno.

"Bagaimana suka dengan kejutanku?."

Tanya Jaemin, ia berputar pelan di hadapan Jeno.

Jeno dengan cepat memeluk tubuh mungil itu, dan ia dapat mencium wangi parfume yang dipakai oleh Jaemin.

"Siapa yang tidak suka, aku suka sekali."

Jeno membawa Jaemin agar duduk di pangkuannya, menghadapkan tubuh lelaki mungil itu padanya.

"Kau tahu?... Kau terlihat sangat cantik sekarang."

Jaemin tersenyum kecil, ia mengalungkan kedua tangannya pada leher Jeno. Dan mempertemukan bibirnya dengan bibir milik Jeno.

Lelaki Jung itu dengan senang hati membalas ciuman yang di berikan oleh sang kekasih, tangannya bahkan sudah berada di bokong Jaemin.

"Hhmpphh... Ahh..."

"Kita lanjutkan yang tadi."

Ucap Jeno. Setelah itu ia membawa Jaemin menuju kamar.

◒◓◒◓◒◓◒◓◒◓

Pagi yang cerah tiba, Jaemin dan Jeno masih bergelung dengan selimut mereka. Seolah enggan untuk bangun.

Tapi tak lama setelah itu Jaemin membuka mata lebih dulu, ia mencoba bangun meskipun sedikit susah karena tadi malam.

Ia meringis pelan, bokongnya terasa sakit, punggungnya juga pegal.

"Pukul berapa ini?."

Jaemin mengarahkan pandangannya pada jam yang di gantung di atas pintu kamar.

Possessive Boyfriend (Nomin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang