Satu

11 2 0
                                    

"Kay, beneran nggak papa, kalo malam ini kamu nginap di sini?"

Cowok yang dipanggil Kay mengangguk mantap. Ia menatap wanita yang ia panggil mama dan adiknya bergantian. Sudah dua hari sejak papanya dirawat di rumah sakit, kali ini Kayana mengajukan untuk menggantikan sang mama menjaga papanya di sini.

Lagipula, Kayana merasa kasihan kepada Naya. Gadis kecil itu pasti ingin tidur bersama mamanya. Melihat binar bahagia karena mengetahui hal tersebut, cowok bertubuh tinggi nan ramping itu tak tahan untuk mengacak pelan rambut sang adik.

Hari sudah malam, Kayana belum beranjak dari sofa tak jauh dari tempat papanya berbaring. Sesekali cowok itu membetulkan letak kacamata yang melorot seraya merubah posisinya agar menjadi seenak mungkin.

Dua jam, tiga jam, Kayana larut dalam bacaannya hingga suara kembang api cukup keras mengusik atensi. Ia melirik Muji yang tertidur pulas sebelum beranjak menghampiri jendela kamar.

Pukul sebelas malam.

Kayana menarik napas dalam-dalam. Sepertinya, ia perlu menghirup udara malam lebih banyak lagi.

Malam pergantian tahun baru. Baginya, tidak jauh berbeda dengan malam-malam yang lain. Hanya saja biasanya, malam ini akan lebih ramai, dengan begitu banyak kembang api yang menghias langit.

Jika biasanya Kayana merayakan pergantian tahun dengan keluarga kecilnya di halaman rumah, tahun ini cowok itu berada di sebuah rooftop rumah sakit seorang diri. Menyepi, menepi dari hiruk pikuk keramaian kota di saat nyaris dini hari.

Bukan masalah berarti, karena Kayana terbiasa melewati hari-hari dengan sepi.

"Kay ... lo di sini?"

Ya, setidaknya sebelum seorang cewek berambut ikal terurai menghampiri Kayana dengan kerutan jelas di dahi.

Kayana mengerjap bingung lantas mengangguk kecil. Cowok itu memutar pandang ke sekeliling namun tidak berani balik bertanya. Ia lebih memilih memperhatikan apa yang selanjutnya akan Sheera lakukan.

Sheera melangkah maju. Ikut mendaratkan telapak tangan pada tembok pembatas lantas memejamkan mata seraya menghirup udara dalam-dalam.

Di tempatnya, Kayana dapat melihat wajah Sheera dari samping. Sejenak, pandangannya hanya terkunci di sana. Bagaimana cara Sheera menikmati suasana malam, membuat Kayana terhipnotis untuk sesaat.

Belakangan, keseharian Kayana sedikit terusik oleh kehadiran Sheera. Bagaimana hari-hari Kayana berlalu, terbilang jauh berbeda dari sebelum Sheera hadir di hidupnya. Ada sepi yang akhirnya terisi, tak jarang berhasil memporak-porandakan hati.

Akan tetapi, Sheera terlalu jauh. Bahkan saat Kayana dapat melihat Sheera dari sedekat ini, cewek itu bukan satu hal yang dapat Kayana gapai.

Beberapa menit berlalu, Kayana menyadari satu hal. Sheera di sampingnya bukan cewek yang biasa ia lihat di sekolah. Terlalu banyak diam, seolah bibirnya ia biarkan terkunci rapat. Bahkan Kayana tidak menemukan binar yang biasa Sheera pancarkan lewat netranya.

Kayana menarik napas dalam. Mencoba ikut hanyut dalam dunia yang mereka ciptakan. Hingga sahutan langit mulai mengisi keheningan di antaranya, tidak ada yang membuka suara. Keduanya sibuk dengan pikiran yang berkelana. Sesekali mereka terpejam kala semilir angin menampar pelan kulit wajahnya.

Satu isakan kecil yang lolos dari mulut Sheera, berhasil membuat Kayana memutar leher menatap cewek di sampingnya. Sedang sang empu balik membuang wajah ke kiri, menghindari kontak mata dengan Kayana seraya mengusap setitik bulir bening yang meluncur di pipi.

Kayana menunduk kikuk. Menyesali kepekaan indera pendengaran atas isakan yang seharusnya tetap ia abaikan. Cowok itu berdeham sekali. Menengadah menyaksikan pertempuran kembang api sekali lagi.

"Huh ...."

Berat.

Terdengar seperti menyimpan banyak beban. Atau mungkin perasaan yang sulit untuk digambarkan. Meskipun demikian, Sheera masih tetap bungkam. Dan Kayana tetap sungkan untuk mengganggu kedamaian.

Seperti dirinya, mungkin sebenarnya Sheera berniat untuk menyepi. Seharusnya Kayana tidak berada di tempat ini, dan membiarkan Sheera menikmati waktunya seorang diri. Kayana merasa bersalah karena harus mengetahui sisi lain dari sosok nyaris sempurna yang banyak disukai ini.

Namun di sisi lain, entah kenapa Kayana tidak ingin membiarkan Sheera benar-benar sendiri ... dimakan sepi.

"Cari jagung bakar ... mau nggak?"

***

Hawo! Bagian satu baru meluncur~

Selamat membaca dan makasih sudah mampir ^^

Salam,
Rismacakap

After the New YearTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang