Tidak ada yang lebih Kayana tunggu, selain libur panjang akhir semester. Dia tidak membenci sekolah, hanya saja ... tidak ada yang membuat cowok itu bersemangat—setidaknya sebelum Sheera selalu terlibat selama beberapa hari ke belakang.
Patut diakui, kehadiran Sheera sedikit banyak merubah hari-hari Kayana yang terkesan monoton. Bukan sekali Sheera mengajak Kayana untuk menghabiskan waktu istirahat sama-sama. Mengingat letak rumah yang sejalur, bukan sekali juga mereka memutuskan untuk pulang bersama.
Kayana pun bersedia menerima konsekuensi atas kedekatan mereka. Ia menjadi lebih sering diolok, bahkan beberapa ada yang berani merendahkan karena menerka sebab apa yang membuat seorang Kayana bisa dekat dengan Sheera, yang merupakan most wanted-nya SMA Angkasa.
Tak heran. Sheera termasuk orang yang nyaris sempurna. Pribadinya yang pandai bergaul, ramah, supel, tidak pernah memilih-milih dalam berteman, selalu ceria, dengan segala aura positifnya tentu mampu membuat semua orang kagum kepadanya. Tak jarang para siswa terang-terangan menunjukkan rasa suka mereka.
Tidak maksud terlalu percaya diri, tapi Kayana pun heran kenapa Sheera lebih ingin menghabiskan waktu bersamanya saat di sekolah, ketika siapa pun bersedia untuk menemaninya.
Sheera terlalu sempurna, Kayana tidak berani untuk melihat cewek itu melebihi sebagai seorang teman. Perbandingannya terlalu jauh, Kayana tidak akan mampu untuk mengejarnya. Karenanya, cowok itu selalu berusaha untuk membatasi hatinya. Menormalisasi setiap kedekatan ... saat selama masuk SMA tidak ada satu orang pun siswi yang dekat dengan dirinya.
"Sheera Anastasya Audelia ...."
Kayana tersadar dari lamunan, kala seorang wanita memanggil cewek yang sedang ada di pikirannya untuk menaiki panggung di aula. Lihat, Sheera benar-benar sempurna. Bahkan ia mampu mendapatkan peringkat satu di kelasnya, dan menerima penghargaan dari pihak sekolah.
Sekolahnya memiliki tradisi untuk mengapresiasi siswa-siswi yang berprestasi, termasuk mereka yang meraih peringkat satu, dua, dan tiga di setiap kelasnya. Selain bentuk penghargaan, pihak sekolah juga berharap agar siswa-siswinya senantiasa memiliki semangat motivasi yang tinggi untuk terus berprestasi.
Kayana tidak pernah mendapatkan hal itu, namun dia tetap bangga karena lagi-lagi ia bisa melihat Sheera di sana. Memandang Sheera dari kejauhan seperti ini, semakin menyadarkan Kayana agar tidak menyimpan perasaan lebih. Sheera terlalu sempurna untuk dirinya yang seadanya.
Belakangan, Kayana memang sering membandingkan diri dengan Sheera. Dunia mereka terlalu berbeda. Ada sekat tak kasat yang menjadi pencegah agar Kayana tidak melewati batasnya. Hal itu membuat Kayana seringkali merasa minder.
Ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Sheera jika mengetahui isi pikiran Kayana selama ini. Cewek itu paling tidak suka dengan orang yang mudah merasa insecure.
"Gue kayaknya nggak bisa ikut, ada family time soalnya."
Perhatian Kayana beralih pada sumber suara. Di tempatnya, ia bisa melihat Sheera dengan teman-temannya ... berjalan ke arahnya. Mendadak Kayana merasa kikuk. Ia menggaruk tengkuknya sekilas sebelum berpura-pura merogoh saku untuk mendapatkan ponselnya.
"Padahal kita pengin banget ada lo, tau. Nggak seru, ah."
Sepertinya, mereka tengah membicarakan soal perayaan malam pergantian tahun baru. Karena topik selanjutnya adalah jagung bakar, kembang api, dan hal lain yang menyangkut soal itu.
Sampai di depan Kayana, teman-temannya pamit setelah mengucap selamat sekali lagi. Tersisa Sheera dan Kayana di sana. Cowok itu menunggu di sini atas perintah Sheera.
"Selamat, Sheera," ujar Kayana akhirnya.
Sheera tertawa renyah. Ia menepuk bahu Kayana lantas mengajak Kayana pergi dari sana. Mereka berencana untuk mampir ke sebuah perpustakaan daerah. Kali terakhir sebelum mereka berpisah untuk sementara—karena liburan akhir tahun yang cukup panjang bagi mereka.
***
Lima menit lagi menuju tahun baru, lol.
Yuk bisa, yuk!Salam,
Rismacakap.
KAMU SEDANG MEMBACA
After the New Year
Teen FictionCerita ini diikutsertakan dalam projek akhir tahun bersama jurusan Teenfiction The WWG.