"Nez, rincian acara buat minggu depan udah dikirim ke semua divisi?"
Meski samar terdengar, tapi gue bisa tahu permintaan beliau yang belum gue lakukan.
"Bentar lagi saya kirim, Pak!"
"Apa, Nez? Saya nggak bisa denger."
Gue udah berteriak setengah mampus, tapi nggak terdengar juga sama pak Chandra. Well, bukan beliau yang tuli. Hanya waktu yang nggak tepat buat menghubungi gue. FYI, gue lagi pesta reuni sama teman-teman SD. Iya, teman SD.
Dari semua lingkaran pertemanan hanya sama mereka gue akrab. Dulu hampir tiga tahun sekali kita ketemuan. Sewaktu SMP kelas tiga, kami memilih rumah salah seorang yang dijadikan tempat berkumpul. Dalam kasus ini, rumah gue yang dianggap orangtua mereka aman. Aman buat mereka, tapi terkekang buat gue. Ambu sudah pasti siap sedia berada di sana, memenuhi semua kebutuhan perut kami yang berada pada masa awal pertumbuhan remaja.
Saat SMA kelas 1, lain lagi ceritanya. Merasa sudah agak dewasa, kami memutuskan buat nonton di bioskop dan berakhir nongkrong di sebuah kafe yang sedang viral. Namun, sesudah itu kami jarang bisa kumpul lagi. Apalagi gue dalam masa persiapan buat pindah sekolah ke ibukota.
Kemudian beberapa teman kuliah di luar kota sementara yang lain di luar negeri, termasuk gue. Meski ada yang masih satu kota, tetap aja nggak bisa mengatur acara kumpul-kumpul dengan mudah. Jangankan perbedaan letak universitas, beda fakultas aja sulit buat bertemu. Setelah lulus kuliah dan tau gue balik ke Indonesia, beberapa teman maksa buat mengawali lagi acara kumpul-kumpul. And it works!
Awalnya yang datang bisa dihitung jari hingga beberapa tahun ke belakang nyaris satu kelas bisa kumpul bareng. Saat itu mayoritas dari kami masih belum menikah. Sekarang? Hanya tersisa beberapa orang yang masih jomlo. Terakhir sahabat gue, Karin yang nikah mendahului gue. Gue nggak ambil pusing, sih. Hanya setelah itu, dia nggak pernah bisa kumpul lagi.
Karin nggak ada, gue masih bisa have fun sama teman-teman yang lain. Seperti sekarang. Niat awal hanya mau makan di restoran terkenal ibukota terus karaokean. Eh, tapi, si Johnny yang memang doyan party mengajak kita ke klub. Tahu, kan, ya ... tempat dengan pencahayaan remang-remang, musik yang bisa bikin kalian mendadak jadi tuna rungu, dan kalau haus terus salah minum, bisa bikin amnesia mendadak. Jangan lupa, selalu ada MSG di sana. Manusia Seksi dan Genit. Gue khatam banget karena bukan hal asing dalam kehidupan gue. Sesekali atasan gue mengajak kami—catet, ya, KAMI—pergi ke tempat sejenis. Semacam perayaan after party setelah pekerjaan besar diselesaikan.
Ngomong-ngomong soal pekerjaan, pak Chandra itu pemilik perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Tepatnya event organizer alias EO. By the way, EO itu ada banyak macamnya, ya, tapi intinya mereka membantu klien merencanakan, mengatur, dan memastikan acara berjalan dengan baik. Perusahaan tempat gue kerja lebih sering menangani acara besar, seperti MICE; Meetings, Incentives, Conferences, Exhibitions, dan juga konser musik. Posisi gue? Produser EO!
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAHCCHIATO (Rewrite Version)
ChickLitAgnes harus kehilangan pekerjaan yang dia inginkan, namanya diblacklist berbagai merk produk kecantikan serta dihujat netizen, setelah menjadi 'bintang utama' dari berita yang mendadak viral se-Indonesia. Tabungan nihil ditambah tak berpenghasilan l...