1.Rasa yang Terpendam

2 0 0
                                    

Fisya berjalan di koridor kelas XI bersama Lifia.Sesekali mereka saling melempar candaan satu sama lain sampai di sisi lapangan pandangan Fisya terfokus pada tengah lapangan yang menampilkan sosokyang ia kagumi dalam diamnya.

"Liat siapa?"tanya Lifia
"Ha  eee itu bukan siapa siapa kok"bohong Fisya
Lifia hanya ber'oh' ria dan mereka melanjutkan melangkah menuju kelas.
Kelas XI IPA 2 ya Fisya termasuk siswi yang prestasinha lumayan.

Tak lama setelah Fisya memasuki kelas bel masuk berbunyi dan satu persatu murid mulai memasuki kelasnya.
Pelajaran berlangsung dengan khidmat sampai tak terasa bel pulang berbunyi membuat semua murid menghambur keluar dari kelas masing masing tak terkeculi Fisya yang saat ini telah berdiri di halte untuk menunggu sang Ayah menjemputnya.

Ia tak sendirian banyak juga murid yang tengah menunggu jemputan mereka termasuk Fania.
"Belum di jemput juga?"tanya Fania Fisya menoleh lalu menggeleng sebagai jawaban.Setelahnya tak ada yang bersuara lagi di antara mereka.

Pandanganya bergrilia mengabsen satu persatu kendaraan yang lewat sampai matanya menyipit ketika melihat siluet seorang  yang mendekat kearahnya.Deru motor terdengar begitu nyaring saat motor tersebut berhenti tepat di depanya.

Fisya segera memalingkan pandanganya dan menormalkan degup jantungnya
"Belum pulang?"tanya seorang tersebut
"Melihatnya"jawab Fisya berusaha tenang karna saat bersama orang tersebut jantung Fisya berdetak lebih kencang. Ia terkekeh mendengar jawaban Fisya
"Pulang bareng aja yuk,searah juga"ajak lelaki tersebut Fisya terdiam beberapa saat
Aya menggeleng"Nggak makasih,bentar lagi juga ayah bakal jemput kok"tolak Fisya halus
"Beneran?"tanya lelaki tersebut memastikan Fisya mengangguk meyakinkan.
"Ok aku duluan ya"ucap lelaki tersebut lalu kembali melajukan motornya perlahan meninggalkan Fisya yamg masih menatapnya lekat.

Motornya kembali berhenti di depan fania karna  gadis itu memanggilnya,terlihat mereka berbincang yang Fisya tak tau karna jaraknya lumayan jauh tapi,tak lama Fania melambaikan tangan kearahnya
"Duluan ya"ucapnya sedikit berteriak  Fisya hanya mengangguk dan tersenyum atau lebih tepatnya memaksakan senyumnya.

"Sya" panggil lelaki tersebut membuat Fisya menoleh lagi
"Aku duluan ya"ucapnya lalu tersenyum yang membuat matanya menjadi segaris dan lesung pipi yang membuatnya terlihat begitu manis.
Lagi lagi Fisya hanya mengangguk lalu tersenyum sangat  manis.

Fisya masih menatap kepergian dua insan tersebut lekat ia tersenyum miris "sampai kapan rasa ini terpendam untukmu Dib" batin Fisya
Rasa  yang tersimpan rapi sejak dulu masih sama sampai sekarang.Hanya Fisya dan pemilik hati yang tau.


IBNU ADIB ALMUQOFA
Lelaki yang sejak dulu di damba oleh seorang Fisya. Lelaki  ertubuh tinggi tegap,kulit putih bersih,mata sipit yang membuatnya menjadi segaris saat ia tersenyum dan lesung pipi yang menambah kesan manis baginya.
Lelaki yang biasa disapa Adib adalah seorang yang berwatak tegas tapi humoris dan sikap bijaksananya yang mengantarnya menjadi ketua OSIS di SMA NUSA BANĢSA .
Adib dan Fisya termasuk teman sejak kecil bahkan  saat SD dan SMP mereka selalu bersama bahkan takdir membuat mereka satu kelas dan kelompok yang sama,
Membuat seorang Fisya sangat susah untuk melupakanya.




Mulai agak panjang nih partnya..
Jan lupa vote ya 😊


Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 25, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tentang RasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang