EMPAT BELAS

45 9 0
                                    

Selamat membaca, thanks udah bertahan. Sini peluk dulu.😗

Dua Bab Lagi ending.🙂

💔💔💔

"Perasaan lo gimana?" Ami menatapku sambil bersila kaki. Hari ini aku dan Ami tengah duduk berhadapan dengan meja pendek segiempat menghalangi. Tadi pagi Ami mengajakku membeli berbagai makanan Korea juga Jepang untuk kami makan bersama di kosan.

Aku menatapnya sambil berkata kalau aku bahagia dan nyaman. Perempuan yang umurnya lebih tua dariku ini menatap cukup lama, mungkin meyakinkan dirinya kalau ucapanku benar adanya.

"Kenapa?" Aku bertanya saat dia hanya diam sembari menatap. Agak sedikit risih di tatap seperti itu oleh seorang perempuan.

Ami tersenyum sambil mengaduk makanan di depannya. Aku ikut mengaduk makananku lalu mulai memakan mi ramen yang kubeli tadi. Kata Ami ini mi yang cukup terjamin rasa juga harganya.

Aku pernah makan mi ramen, cuma nggak pernah yang seperti ini. Biasanya aku membelinya di minimarket dan memasaknya di kosan.

"Yakin?" Ami kembali bertanya, kali ini sorot matanya memicing. Mulutnya sudah penuh saat dia memasukan makanan ke mulut. Aku mengangguk sebelum menegak soda di botol. Rasanya tenggorokanku sedikit sakit saat meminumnya, tapi setelahnya cukup enak.

Aku mengabaikan pandangan Ami ke arahku, ini dia kenapa, sih? "Bahkan gue lebih bahagia setelah pulang," ungkapku.

Ami mengangguk sambil kembali memakan menu lainnya yang dia beli tadi. Kali ini takoyaki sudah berada di depannya dan memakan dengan lahap. Setelahnya dia kembali menatapku sambil menyangga kedua siku di atas meja.

"Bang Jefri mau lamaran bulan depan," kata Ami. Aku tersedak kuah mi ramen lalu segera meminum air mineral di kaki meja. Hidungku pedih hingga air mata keluar.

"Akhirnya, congrats," kataku tersenyum. Berita bahagia harus kurespon dengan senyuman, kan?

Ami mengembuskan napas pelan, dia masih setia menatapku. Kali ini dia berbicara cukup panjang hingga aku hanya mendengarnya tanpa melakukan apapun. Mi ramen yang masih sisa setengah saja sudah kusingkirkan dari hadapanku. Mendengar dengan seksama ucapan perempuan di depanku ini.

Suara Ami seperti bunyi nyamuk di telinga, ditambah kepalaku berisik hingga tanpa sadar aku mengepalkan tangan dibawah meja.

"Lo beneran nggak masalah?" Suara Ami kembali masuk telingaku. Aku mengerjapkan mata lalu tersenyum, mengatakan aku bahagia mendengar Bang Jefri menikah. Bahkan nggak sabar untuk merayakannya.

"Lo nggak tanya sama siapa Bang Jefri nikah?" Aku menggelengkan kepala sambil kembali melanjutkan menu selanjutnya yang sudah kubeli.

"Perasaan lo sama Bang Jefri ...." Aku menatap Ami, menunggunya melanjutkan perkataannya. Tetapi dia diam dan pergi keluar kamar.

Aku menarik napas panjang lalu mengembuskannya, ada sedikit hantaman di dadaku saat ini, bahkan napasku sedikit sulit. Aku menghentikan memakan sushi lalu menegak habis air mineral di botol sambil menepuk dadaku berulang kali, berharap sirkukasi di rongga dadakan kembali berfungsi dengan baik.

Aku memilih makan yang lain berharap pernapasanku kembali seperti semula. Tarikan napas yang kulakukan di dengar Ami hingga dia menelengkan kepala saat kembali memasuki kamar kos. Wajahnya sedikit khawatir tapi aku hanya memandangnya sambil melengkungkan bibir.

"Gimana?" tanya Ami membuat dahiku berkerut. Dia kembali mengulang pertanyaan, "Perasaan lo sama Bang Jefri udah nggak ada?"

Kalau di tanya tentang itu aku selalu nggak bisa jawab, bahkan saat beberapa jam sebelum aku pergi ke stasiun, Umi bertanya hal yang sama dan aku hanya tersenyum sebagai jawaban. Takut kalau aku masih membohongi diriku sendiri.

NAWASENA [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang