Mandiri

1 0 0
                                    

Sekarang Bunga tersenyum kembali seperti dulu, walaupun belum merelakan Sarah tapi ia harus tetap menjalani hidup dengan baik. Ibu pasti ingin aku terus bahagia, aku harus kuat walaupun ibu nggak ada disisiku lagi tekad Bunga semakin kuat untuk terus bertahan dan hidup bahagia.

Dering telpon berbunyi begitu pagi, panggilan itu membuat sang empu terusik. Ia meraih telpon itu dan

"hallo" Sapa Bunga lesu

"apakah benar ini dengan nona Bunga Hanabi Aurora?" Tanya diseberang sana.

"Iya saya sendiri, ada apa" Bunga belum menyadarinya.

"Saya dari perusahaan Salvador, ingin memberi tahu kan bahwa, anda nanti siang bisa interview dan.... " Belum juga selesai, Dia memotong

"Benarkah, aku akan pergi" Semangat nya.

"Baik nona bisa melihat email untuk selebihnya"

"Terimakasih"

Pagi ini Dia kembali bersemangat, jerih payah yang ia lakukan akhirnya membuahkan hasil, walaupun baru akan interview.

Yang ditunggu tunggu telah tiba, siang hari ini Bunga akan pergi ke Salvador, perusahaan yang cukup besar. Bunga mengendarai sepeda kesayangan nya, ia memilih bersepeda dari pada memakai mobil atau angkutan umum. Siang ini terasa hangat dengan mentari yang tak terlalu menyengat.

Ia berdiri cukup lama di depan gedung tinggi itu. Ia mengamati dengan lekat, begitu besar gedung yang akan ia pijak sekarang. Kegugupan menyerang Bunga, ia cukup nervous untuk pertama kali memasuki gedung orang lain. Ia pun jarang pergi ke perusahaan ayahnya dan sekarang ia akan melamar pekerjaan di perusahaan orang lain.

Seorang satpam membuyarkan lamunan nya "Hallo, ada yang bisa saya bantu? Tanya seorang satpam

"Emm, saya akan melakukan interview, ruangan nya ada dimana ya"tanyanya gugup.

"Silakan nona pergi ke meja resepsionis" Arahannya.

"Terimakasih pak" Manis Bunga.

Bunga buru buru pergi untuk bertanya "siang mbak, saya mau nanya kalau ruangan interview di mana yah?" Tanya nya sopan

"Siang, silahkan naik lift ke lantai 2, terus belok kanan" Jawab resepsionis.

"Terimakasih" Sopan nya.

Bunga mulai menaiki lift yang tak padat itu. Ia segera keluar saat denting lift berbunyi. Dan orang orangpun berbondong-bondong untuk melakukan interview tersebut. Orang-orang mulai duduk di kursi yang disediakan. Tak halnya Bunga pun duduk di kursi terakhir. Ia semakin takut kala melihat orang keluar satu persatu dengan raut muram. Ia semakin gelisah, bagaimana dengan dirinya.

Tiba-tiba "Bunga Hanabi Aurora, silahkan masuk" Tegasnya.

Tangannya menegang, wajahnya memucat, namun ia memberanikan diri. Hembusan nafas yang terus diatur dan siap untuk masuk.

Ceklekk...

"Silahkan duduk" Seru orang yang duduk membelakangi nya. Bunga lantas segera duduk dan terus menunduk.

"Kau ingin melamar di perusahaan ini?" Tanyanya sambil berbalik.

"Iyah" Gugup Bunga.

"Saya lihat di Cv kamu belum lulus kuliah dan ingin menjadi pegawai magang" Tanyanya lagi

"Benar saya ingin mandiri dan mencari pengalaman baru" Tegas Bunga.

Orang itu tersenyum miring "baik saya akan memberikan kesempatan dan ingat kamu harus bekerja dengan baik" Tegasnya.

Senyumnya terbit "baik saya akan bekerja keras. Terimakasih" Semangat nya.

"Kamu sudah boleh bekerja mulai besok di divisi desain". Bunga berbinar ia langsung bersemangat

"Terimakasih pak" Lalu ia pergi.  Menarik monolog orang itu.

Bunga meninggalkan ruangan itu dengan berbunga bunga. Hatinya hangat, harinya menyenangkan. Ia sudah tak sabar untuk memulai hari baru.
                                                          ~🌹~

Di ruangan itu, seorang laki-laki bertubuh kekar sedang menatap jalanan yang ramai akan orang orang yang berlalu lalang. Ia begitu fokus dengan pikiran yang ada di kepalanya. Ia menyunggingkan bibirnya, kala mengingat pertemuan nya dengan seorang gadis belia dulu. "Ahhh.. Aku merindukan nya" Ucapnya tersenyum. Hatinya menghangat seakan sedang menatap gadis itu.

Pertemuan yang tak disengaja itu, meninggalkan bekas mendalam bagi dirinya. Wajahnya yang cantik,kulit yang halus nan putih seperti salju, serta rambut pirang kriting khasnya. Ia masih ingat dulu ia pernah menabrak dan memberikan sebuah kalung untuknya. Itu adalah awal pertemuannya, meskipun sekilas ia tak dapat melupakan seorang gadis pencuri hatinya dulu hingga sekarang.

Ia berpikir kenapa dulu aku harus lari dan hanya memberikan sebuah kalung. Lalu ia tersenyum "ahh dengan kalung itu aku akan menemukan nya" Ia tersenyum puas.
                                                     ~🌹~

Setibanya di rumah, Bunga berkemas merapikan bajunya dan segala kebutuhan nya. Ia berencana untuk tinggal di asrama kampusnya. Meskipun ia tak terlalu peduli lagi pada ayahnya, namun ia akan mencoba untuk memaafkan dan membenahi diri. Ia akan meminta izin, namun jika Adam tak mengizinkan nya ia akan tetap pergi.

Rencana untuk meninggalkan rumah ia urungkan sampai besok pagi, karena Adam belum pulang. Ia memilih untuk membersihkan diri terlebih dahulu setelah itu ia akan istirahat.

"Ayah, aku ingin bicara"

"Kenapa nak, apakah kamu sudah bisa memaafkan ayah"

"Aku ingin keluar dari rumah ini, dan hidup mandiri"

"Kenapa, apakah kamu begitu benci pada ayah"

"Aku tidak membenci ayah hanya saja aku ingin hidup mandiri tanpa bergantung terus pada ayah. Jadi Bunga mohon ayah jangan ngelarang Bunga buat tetap disini"

Adam nampak merenung dengan perkataan putri semata wayang nya itu. Ia tidak rela jika harus melepaskan putri nya begitu saja. Tapi bagaimana bisa Adam mencegahnya, jika putri nya saja sudah begitu jauh dengan dirinya. Ia hanya bisa pasrah atas keputusan putrinya itu. Ia hanya akan melindungi nya dari jauh.

"Baik. Tapi ayah punya syarat"

"Apa"

" Kamu harus mau menerima semua fasilitas yang ayah berikan dan kabari ayah jika kamu punya masalah atau membutuhkan sesuatu "

Bunga nampak ragu, pasalnya ia ingin keluar dari bayang bayang Adam. Namun ia akui bahwa Adam masih peduli dan menyayangi nya.

"Baik. Tapi ayah jangan ikut campur tentang urusan Bunga jika Bunga tidak meminta bantuan ayah"

"Baiklah ayah janji"
                                                          ~🌹~

Sesuai perjanjian, Bunga menempati apartemen yang Adam berikan dengan segala fasilitas yang ia butuhkan. Ia bersyukur ayahnya masih peduli padanya tapi untuk memaafkan semua kesalahan Adam ia masih belum bisa.

"Aku harus segera membereskan semuanya dan istirahat"

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang