Nama orang, peristiwa dan tempat dalam cerita ini hanyalah fiksi belaka.
...
"Hah!!" Aku tersentak. Jantungku berdegup sangat kencang, napasku terengah-engah. Dadaku terasa sesak, sakit sekali. Aku pun berusaha mengatur napas sambil menenangkan diri.
Ya ampun, apalagi ini.
Setelah tenang, kulihat jam dinding di kamar.
Masih jam satu malam.
Aku pun berbaring kembali di kasur dan memejamkan mata. Berharap semoga aku dapat tertidur kembali walau kutahu itu pasti akan sulit.
...
"Lysa!" Seketika lamunanku pecah dan tiba-tiba seorang gadis berambut sebahu berhias bando merah duduk di atas mejaku. Ah, ternyata itu Tara.
"Hei, pagi-pagi gini udah ngelamun. Mikirin apa, sih?" ujarnya dengan memasang wajah penuh tanda tanya.
Mendengar pertanyaannya, aku hanya bisa tersenyum tipis. Yah, aku tak pernah ada niatan untuk berbagi kisahku dengan seorang pun. Lagipula, apa gunanya kalau dia tahu?
"Kamu habis mimpi yang aneh-aneh, ya?"Aku tersentak kaget begitu mendengar ucapannya itu. "Kok ... kok kamu bisa tau?"
"Yaah, ini bukan sekali dua kalinya kamu aneh kayak gini sejak pagi hari. Jadi ya, apalagi kalau bukan karena malemnya habis ada sesuatu," ujarnya santai.
Ah, sejak kapan dia jadi mengenalku lebih baik seperti ini.
"Kalau kamu punya masalah, kamu boleh cerita. Jangan selalu dipendam sendiri. Karena semakin lama kamu pendam, pasti bakal terasa makin berat nantinya." Seketika nada suaranya menjadi rendah. Tak pernah sebelumnya dia bicara seperti ini padaku, ataupun pada yang lainnya.
"Setidaknya, dengan kamu berbagi masalahmu dengan orang lain, beban masalah itu bisa terasa berkurang. Jadi aku harap, nggak. Aku malah minta tolong sebesar-besarnya ke kamu supaya kamu bisa berbagi masalahmu sama aku. Tolong, mulailah percaya sama aku. Please, Lysa?"
Dari tatapannya, aku bisa tahu bahwa ia benar-benar tulus dalam ucapannya ini. Meminta? Aku bahkan hampir tidak percaya bahwa dia sedang meminta suatu hal yang tidak menguntungkan bagi dirinya, tapi demi keuntunganku sendiri.
Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Kenapa?
"Mm ...." Akhirnya, kubuat keputusan yang mengingkari janjiku sendiri.
"Kalau kamu memang mau tau masalahku, oke."
"Seperti yang kamu tau, ini bukan kali pertama aku ngalamin hal ini. Mimpi semalam bukanlah awal dari penderitaanku. Bukan. Semua ini nggak pernah terjadi sampai tiga tahun yang lalu, awal pertemuanku dengannya."
...
a/n :
Halo semuaa 👋🏻
Ini adalah cerita fiksi pertamaku. Jika ada kekurangan dan kesalahan dalam kata-kata mohon maklumnya
Oh iya, saran dan juga kritik Saha'bat semua akan sangat membantuku untuk berkembang. So, jangan lupa tinggalkan komentar, yaa
~Jangan lupa kunjungi juga akun Instagram author "@saha.page" untuk informasi lainnya ^^
Happy reading, ya'll 💕
Sabtu, 10 Agustus 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
All Is Precious
Teen FictionHari itu langit kelabu. Mentari tak tampak, semuanya diselimuti awan abu. Angin dingin yang berembus menambah berat rasa gundah yang sedang menimpaku. Berat. Semuanya terasa semakin berat. "Aku tahu apa yang lagi kamu pikirkan." Tiba-tiba ia sudah...