Dua.

262 58 2
                                    

"Aku bisa naik bus, unnie" tolakku kembali setelah unnie menawarkanku mengantar ke sekolah untuk yang ketiga kalinya.

"Memangnya kamu tahu rutenya?! Jangan mengada-ngada!" omelnya.

Aku terkikik geli. Unnie benar-benar mirip eomma.

"Aku bisa menggunakan maps! Tenang saja, kalau tersesat aku tinggal membolos" candaku yang dibalas lemparan sendal rumah.

"Aku heran mengapa eomma mau membesarkan anak nakal sepertimu" murkanya, membuatku menyengir. 

Benar juga, mengapa eomma tetap mau merawatku walaupun aku... 

bukan anak kandungnya.

"Yah! kalau kamu tak mau diantar sebaiknya pergi sekarang. Aku sudah membayar mahal! Jadi sekolah dengan rajin atau aku akan menghajarmu sampai babak belur" usirnya dengan kalimat yang delapan puluh persen bercanda, berhasil membuyarkan lamunanku.

Aku terkikik, segera menalikan tali sepatuku kencang lantas berlari menuju pintu.

"Aku pergi, unnie!" teriakku lanjut berlari turun menaiki lift.

Sepanjang jalan hanya diisi dengan suara penunjuk jalan dari handphoneku yang kini sedang menunjukan jalan menuju halte bus terdekat.

Aku mengeluh, ternyata jaraknya jauh sekali. Benar-benar menyesal telah menolak tawaran yang bahkan dilontarkan sebanyak tiga kali oleh unnie.

Aku kini membuka aplikasi untuk chatting, mengetik pesan jahil kepada sang kakak tercinta.

me

unnie, haltenya ternyata jauh sekali. aku bolos saja, ya?

Sooyoung unnie

Enak saja! Kamu dimana? Aku akan menyusul.

me

tidak perlu, aku sebentar lagi sampai. memangnya unnie tak bekerja?

Sooyoung unnie

Semua orang di Korea tau aku sedang berduka. Tak ada yang menyuruhku bekerja.
Cepat kirim lokasimu sekarang, kim yerim!

Aku menghentikan gerakan jariku pada layar handphone, berpikir sebentar.

Kesempatan keempat untuk diantar oleh Sooyoung unnie. Sayang sekali untuk ditolak, bukan?

me

Share live locaton

Klik. Lima menit setelah aku mengirimkan alamatku kepadanya, sebuah mobil yang aku tahu betul adalah milik Sooyoung unnie mulai melambat di bahu jalan.

Sooyoung unnie membuka jendela mobilnya, membuatku mengeluarkan cengiran.

"Cepat masuk sebelum terlambat, anak nakal!" ucapannya membuatku buru-buru berlari menuju sisi kursi penumpang, duduk di sampingnya lalu memasang seatbelt.

Sooyoung unnie mengemudikan mobil dengan cepat.

Meskipun kami sudah sedikit lebih dekat, aku tetap tidak memiliki topik percakapan yang tepat untuk didiskusikan dengannya. Ini juga salah satu alasan mengapa aku ragu-ragu menerima tawaran untuk diantar olehnya, tentu saja agar tidak berakhir duduk canggung di dalam mobil seperti sekarang.

BIRTHDAY : JOYERENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang