Chapter. 3 - New GF

4 2 2
                                    

"ABANG BANGOOON!"
"ABANG.... BANGOOONN!!!"
Ketik Gyra-adiknya Fano-sambil meloncat-loncat di atas kasur Fano. "Akh...um...." Fano lalu melempar bantalnya ke arah Gyra
"Ganggu aja lo nyet,"
"Ih udah untung dibangunin, huh!" Kesal Gyra lalu turun dari kasur Fano. Melihat HP Fano yang masih tercas, gira mencabut chargernya "tung tung" notif HP Fano yang membuat hp-nya menyala.

Nara
Oke gue terima

Baca Gyra sekilas, baru saja ia ingin menekan notif itu karena kepo, Fano langsung merampas HP itu dari Gyra. "Pergi sono" ujar Fano lirik Gyra hanya manyun lalu keluar dari kamar Fano lihat tuh udah jam berapa ucap Gyra sebelum menutup pintu kamar Fano.

07.00

'15 menit lagi telat' batin Fano lalu menengok hp-nya. "Oke gue terima" bacanya. Fano masih loading... 
"ANARA!" teriaknya lalu melempar HP ke kasur.

07:05

"10 menit lagi telat loh Kak!" kesal Anara "naik aja!" Titah Fano sambil memberikan helm pada Anara. setelah Anara naik, Fano langsung ngebut menuju sekolah.
.
"Teng teng....Teng teng..." Bel masuk berbunyi. Anara pun memasuki kelasnya sambil ngos-ngosan lalu berjalan ke tempat duduknya.

"Eh Nar, lo.... Ada sesuatu ya sama Kak Fano?" Tanya Olin ketika Anara sudah duduk di kursi miliknya.
"Sesuatu? Maksud lo?"
"Punya hubungan apa kek gitu?"
"Gw.... Pacaran ama dia"
"..... Eh?"
"Napa emang? Salah?"
"Ga salah kok, cuman kaget aja"
Baru saja ingin melanjutkan obrolan, guru yang mengajar pun datang.

•  •  •  🐤  •  •   •

"Fano..." Mendengar suara lirih itu, Fano langsung membalikan badanya, melihat siapa yang sudah memanggil namanya tersebut.
"Shila..." Ujar Fano saat melihat seorang gadis yang sangat dirindukannya itu. Fano lalu berlari mengejar gadis itu. Perasaan haru dan rindunya meluap-luap keluar dari dalam hatinya. Tepat dihadapan gadis itu, Fano langsung merentangkan tangannya lalu mendekap tubuh gadis itu seerat-eratnya, seakan-akan bila iya rengang sedikit, gadis itu akan menghilang jauh darinya.
"Shilaa....." Panggil Fano haru.
"Fano..." Balas Shila memanggil nama Fano.

"Woi!"

"WOEEEEE!!!!" Pekik Dave sambil menempeleng kepala Fano. Semua mata pun langsung menatap kearah mereka. Fano terbangun dari mimpinya.

"NAPE SIH?!"

"LAH KOK MALAH JADI ELO SIH?!"

Melihat keributan itu, Pak Sumet pun menyuruh mereka keluar darisana.

📍Diluar Kelas

"Lo napa sih?" Tanya Dave heran melihat sahabatnya yang satu ini.
Fano pun menceritakan apa mimpinya saat itu.

"Oh" balas Dave singkat setelah mendengarkan cerita Fano

"Oiya, btw, cewek yang kemaren lo bonceng siapa?"
"Pacar gw"
"Owh...."

Dave lalu melihat ke sekitar.
"Wah, panjang umur" gumam Dave melihat Anara yang sedang membawa tumpukan buku Bahasa di tangannya.
Fano pun menoleh kearah yang sama dengan Dave.
"Bantuin noh cewek lu"

Fano pun merapikan kerah bajunya, tak lupa ia menyisir rambutnya menggunakan kedua tangannya secara bergantian. Ia lalu menghampiri Anara.
"Nara~" panggil Fano.
"Hm? Paan?"
"Sini biar gue yang bawa"

Tanpa penolakan dan basa-basi sedikitpun, Anara pun memberikan tumpukan buku itu pada Fano.
"Ke perpus ya Kak, Thanks!" Ujar Anara lalu meninggalkan Fano begitu saja.
"Pffttt..." Dave pun berusaha menahan tawanya melihat sahabatnya yang biasanya sangat di kejar-kejar para ciwi itu sekarang malah di tinggal begitu saja.

"Dave, temenin dong"

-breaktime-

"Oi Fan, ke kantin ga?" Ajak Dave.
"Ga dulu deh keknya. Eh, tapi gue nitip dong."
"Paan?"
"Sostel ya, dua." Pesan Fano sembari memberikan duit senilai 10K.

Dave mengambil duit itu lalu pergi.
Sedangkan Fano? Ia memilih untuk menju rooftop.

📍Rooftop

Fano
Aku membuka buka pintu rooftop. Tak terlalu banyak orang di sini. Aku mulai melewati pintu itu lalu melihat sekeliling.
Dan akhirnya, Aku menemukan satu titik yang membuat diriku berhenti melihat kearah lain.

Anara.

Gadis manis yang sebenarnya sudah ku kenali sejak lama. Entah dia masih ingat denganku atau tidak, aku tak peduli. Yang penting, pada saat yang tepat nanti, aku akan meminta maaf padanya.


Aku lalu menghampiri Anara. Karena iseng, aku menarik rambutnya yang di kuncir kuda itu.
"WOE NGAPAIN SIH?!"
Tak peduli dengan kekesalan Anara, aku pun duduk di sampingnnya.
"Sorry hehe," aku pun senyum padanya. Namun sepertinya mood Anara memang sedang buruk. Aku mengerjainya di waktu yang salah.

Setelah itu ia hanya mengabaikan ku dan fokus dengan novel yang sedang ia baca, tak lupa ia mendengarkan musik dari earphone yang tersambung ke ponselnya
"Lo cantik kalau lagi marah" ujarku dan tentu saja ia mendengar hal itu.

Tiba-tiba Anara bangkit dari bangkunya hendak pergi. Aku langsung memegangi tangannya agar ia tak pergi.
"Eh tunggu."
"Apa?!"
"Nanti mau ngedate dimana?"
"Serah." Anara menepis tanganku lalu berjalan meninggalkanku.



Kok kalau Nara yang marah malah jadi imut-imut gitu ya?
Bisa bisa ntar aku malah suka sama dia

Ga boleh, gue masih harus nyari Shila, dan secepatnya gue harus minta maaf sama Anara.
Andaikan kejadian 'itu' ga pernah terjadi

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 26, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Antero FanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang