"Jangan jatuh cinta sama gue, Dika."
Radhika tak punya apa-apa kecuali keberanian mencintai gadis yang semua orang bilang, bukan untuknya.
Radhika kerap disebut aneh, cupu wibu, kutu buku, dan siswa miskin yang beruntung sekolah di Jayawardhana. Di...
Aku Veysa June, akrab dipanggil Veysa, Kak Vey, atau Vey aja gapapa. Jangan panggil aku Thor yaa :3
Nah terus nama kalian siapa?
Perkiraanku cerita ini bakal dibikin romance — angst — teen fiction.
Oke deh, jadi siap untuk merasakan baper dan sedihnya bersama Radhika Rinjani?
Dan inilah Rainjani!
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
Bahkan gravitasi saja tak tahu apa yang membuatku jatuh terlalu dalam akan cinta mu.
⋆ ˚。⋆୨୧˚ ˚୨୧⋆。˚ ⋆
"Sebentar anak-anak, akan ada pengumuman ranking paralel. Kembali ke barisan masing-masing,"
Sosok gadis yang berada dibarisan depan spontan terkejut dengan perkataan sang kepala sekolah, ia menggenggam jemarinya erat disisi seragam, keringat yang sedari tadi turun karena ditimpa terik semakin mengucur deras.
Agistha Nadeera Rinjani, gadis pemilik paras jelita itu takut dengan segala hal yang menyangkut prestasinya. Termasuk dengan rangking paralel yang diumumkan disetiap semester. Rinjani berkali-kali menggaungkan nama Tuhan didalam hati, semoga kali ini peringkatnya tidak mengecewakan.
"Ya baik, peringkat satu dari kelas 11 MIPA diraih oleh...." kepala sekolah yang diketahui bernama Pak Handoyo tersebut menjeda sedikit ucapannya, "Agistha Nadeera Rinjani dari XI MIPA 1! Beri tepuk tangan yang meriah! Silahkan untuk Rinjani maju ke depan,"
Rinjani tersenyum tipis, ia berlari kecil ke tengah lapangan SMA Jayawardhana diiringi suara tepuk tangan yang semakin meriah.
Pak Handoyo menyerahkan piala beserta sertifikat kepada Rinjani, cewek itu pun membalas dengan menyalami. Kemudian mereka berdua difoto anggota OSIS yang bertugas sebagai seksi dokumentasi.
Pak Handoyo kembali ke atas panggung, ia hendak membacakan peringkat nomor urut dua. "Untuk peringkat dua diraih oleh Radhika Adiputra Hagaswara dari XI MIPA 2!"
Seseorang keluar dari barisan kelas XI MIPA 2 dengan kepala tertunduk, cowok itu berlari cepat agar tak menjadi sorotan terlalu lama kemudian berdiri disebelah Rinjani.
Rinjani menatap nyalang cowok disebelahnya, api kebencian seolah berkobar hebat didalam dada. Hari ini mungkin Rinjani yang meraih peringkat satu, tapi jika Rinjani lengah, maka Radhika yang akan menggeser kedudukannya seperti semester lalu.
Disisi lain, telapak tangan Radhika berubah menjadi dingin seketika. Ingin menerima piala pun tangannya bergetar sangat hebat. Bukannya Radhika grogi karena menerima penghargaan seperti ini. Namun, karena gadis yang berdiri disebelahnya, yaitu Rinjani.
Radhika melirik sedikit kepada Rinjani, aura dewi yang terpancar oleh cewek bersurai sebahu lebih sedikit itu membuat jantung Radhika berdegup dua kali lebih kencang disertai perut yang tiba-tiba mulas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Gila cewek apaan kaya gini cantik banget," pekik Radhika dalam hati.
Singkatnya, Radhika menyimpan perasaan terhadap Rinjani semenjak pertemuan mereka pada saat masa orientasi sekolah dan bertahan hingga kini.
Pak Handoyo telah usai membaca pengumuman peringkat paralel nomor urut satu hingga sepuluh. Para siswa jenius itu pun difoto bersama disertai cengiran manis yang tersemat diwajah setiap murid— kecuali Rinjani yang setia dengan muka datarnya.
Satu tahun Radhika mengagumi Rinjani, dan tak pernah ada satupun interaksi dengan gadis tersebut. Mereka berdua hanya berdekatan di waktu seperti ini, maka dari itu Radhika berusaha keras mempertahankan peringkatnya. Entah itu diperingkat satu, atau dua, tujuannya agar bisa bersanding dengan Rinjani.
Acara pemotretan telah selesai, Radhika menoleh kembali pada Rinjani, wajahnya berubah menjadi masam saat cowok yang berdiri disebelah Rinjani mengobrol akrab dengan gadis itu. Radhika iri disaat semua orang bebas berinteraksi dengan Rinjani, sementara ia malah mati kutu tatkala bersebelahan gadis kesayangannya.
"Selamat ya," ujar Jevano sembari mengulurkan tangan kanannya kepada Rinjani.
Rinjani mengukir senyum paksa, ia mengangguk tanpa membalas uluran tangan Jevano. "Terimakasih, tapi tangan gue penuh piala sama sertifikat,"
Radhika menahan tawanya tanpa sadar lantaran Rinjani yang menolak tangan Jevano mentah-mentah. Cowok jangkung yang menjabat sebagai ketua OSIS itu memang terlihat mengagumi Rinjani. Sepasang sepupu itu— Radhika dan Jevano sudah terlibat persaingan sengit sejak kelas sepuluh untuk mendapatkan Rinjani. Tetapi sampai saat ini tidak ada yang benar-benar dekat dengan gadis tersebut.
Jevano terkesiap, ia hendak melayangkan pukulan terhadap si wibu bau bawang yang mengejeknya itu. Tetapi Jevano harus menahan diri, karena nama baiknya bisa menjadi buruk jika ia arogan.
"Awas lo," ancam Jevano tanpa bersuara, melainkan hanya dengan gerak bibir.
Radhika menjulurkan lidahnya, "yeee sok banget,"
"Eh lo—"
"Sekali lagi beri tepuk tangan yang meriah untuk sepuluh anak berprestasi SMA Jayawardhana!" seru Pak Handoyo menyela pertengkaran kecil antara Radhika dan Jevano.
Suara riuh tepuk tangan kembali bergemuruh, Rinjani beserta teman-teman yang lain pun kembali ke barisan awal. Radhika membuang napas kasar, momennya bersama Rinjani begitu singkat. Ia berharap suatu hari nanti bisa menghabiskan lebih banyak waktu supaya bisa berdekatan dengan Rinjani.
"RINJAAAANIII!"
Teriakan nyaring tersebut berasal dari teman disebelah Rinjani tatkala gadis itu kembali ke barisannya. Aluna mengacungkan kedua jempolnya ke wajah Rinjani, "Mantep! Gue suka gaya lo, Rin. Akhirnya kali ini lo menang dari Dika si bocah bau bawang itu," oceh Aluna.
"Semester depan gue belum tau bakal kaya gimana," ujar Rinjani.
"Nggak usah pesimis! Bocah nolep kaya dia nggak bakal menang dari lo, percaya sama Aluna yang cantik jelita ini," balas Aluna mengibas rambut pendeknya, menyombongkan diri.
Rinjani menatap lamat-lamat piala di genggamannya, ia kemudian mengangguk. "Iya, gue pasti bisa."
Bagaimana pun caranya, ia harus menyaingi kemampuan Radhika. Rinjani tak ingin posisinya di nomor urut satu ditempati kembali oleh cowok berkacamata bulat tersebut.