Ch 04

468 64 1
                                    









Sejak hari di mana Haruto bertemu dengan Jeongwoo, Haruto menjadi selalu was was dan khawatir. Haruto sempat melarang Eunseo pergi ke sekolah selama dua hari. Saat mengizinkan kembali sang putri bersekolah, Haruto memberikan banyak perintah bagi sang putri agar tidak pulang sebelum dirinya sendiri yang menjemput, tidak berbicara dengan siapapun selain guru dan teman-teman sekolahnya, dan tidak boleh ikut pada ajakan orang asing bahkan jika diberi sesuatu yang sangat putrinya sukai.

Meskipun merasa bingung, Eunseo tidak banyak bertanya dan mengangguk menuruti perintah sang Bunda. Hidup berdua bersama bundanya membuat Eunseo dengan sendirinya memahami bundanya. Eunseo paham bahwa tiga hari ini bundanya sedang tidak baik-baik saja.

Selalu waspada nyatanya tidak cukup bagi Haruto dan putrinya. Bagaimanapun juga, Jeongwoo merupakan sosok dengan kekayaan dan koneksi yang melimpah.

Jeongwoo berhasil menemukan Haruto setelah mengutus beberapa orangnya untuk mencari Haruto di sekitar kota kecil tersebut. Jeongwoo berhasil mendapatkan informasi di mana Haruto tinggal, di mana Haruto bekerja, dan di mana putri kecil Haruto bersekolah.

"Eunseo..." gumam Jeongwoo lirih di dalam mobilnya memandang lurus sosok gadis kecil berkepang dua yang berdiri di gerbang sekolahnya menunggu jemputan.

Jeongwoo ingin sekali keluar dari mobilnya dan mendekap sosok kecil tersebut, tetapi Ia teringat bagaimana sosok Haruto yang selalu datang dengan raut cemas dan membawa pulang putri kecilnya dengan sangat waspada. Jeongwoo paham bahwa Haruto takut padanya. Ya, sudah beberapa hari ini Jeongwoo selalu menghampiri sekolah putri Haruto hanya untuk melihat Haruto menjemput putri kecilnya tanpa keluar dari dalam mobil.

Namun, sudah lima belas menit berselang Haruto tidak kunjung datang. Haruto selalu datang tepat waktu.

Dengan sedikit keyakinan, Jeongwoo keluar dari dalam mobil. Kakinya Ia langkahkan mendekati gadis kecil yang sedari tadi Ia pandangi.

Jeongwoo telah berada di hadapan gadis kecil tersebut. Ia hanya bisa terdiam.

Eunseo mendongakkan kepalanya pada sosok asing di hadapannya. Mereka saling bertatapan.

Jeongwoo merasa lidahnya tercekat. Gadis kecil ini sangat mirip dengannya.

"Om siapa?" suara kecil yang halus memasuki pendengaran Jeongwoo.

Jeongwoo menurunkan sebelah kakinya, bersimpuh di hadapan gadis kecil tersebut.

"Apa kabar anak Ayah?"

"Ayah?"

"Ini Ayah. Ayahnya Eunseo," bibir Jeongwoo bergetar saat mengucapkan kalimat tersebut.

"Tapi Bunda bilang Ayah Eunseo pergi jauh dan tidak bisa menemui Eunseo dan Bunda,"

"Sekarang Ayah sudah kembali. Ayah datang untuk menemui Eunseo,"

"Benarkah?" suara Eunseo ikut bergetar. Ia tidak menyangka jika sosok Ayah yang selama ini Ia cari muncul di hadapannya. Eunseo sering bertanya pada Haruto tentang keberadaan Ayahnya, tetapi tidak pernah sekalipun sang Bunda menunjukkan padanya sosok sang Ayah. Hanya cerita samar yang didapat hingga Eunseo lelah sendiri untuk bertanya.

Grep

Eunseo menubrukkan tubuh kecilnya pada tubuh besar Jeongwoo.

"Ayahhhh," Eunseo menangis tersedu di bahu Jeongwoo. Jeongwoo membalas pelukan tubuh kecil putrinya. Hatinya terasa menghangat. Setelah 6 tahun berlalu, dirinya bisa memeluk darah dagingnya yang selama ini selalu Ia rindukan. Sosok tersebut bahkan memanggilnya dengan sebutan Ayah yang sungguh sangat ingin Jeongwoo dengar.























---





















Seakan lupa dengan sosok Bunda maupun segala perintahnya, Eunseo telah berada dalam dekapan sosok yang mengaku sebagai Ayahnya. Mengikuti laki-laki dewasa tersebut ke departmen store terbesar di kota kecil tersebut dan bersenang-senang.

Gadis kecil itu selalu mendambakan figur Ayah di hidupnya. Hidup berdua bersama sang Bunda bukan berarti Eunseo tumbuh dengan kekurangan cinta. Namun, setelah memasuki sekolah dan memiliki banyak teman, Eunseo menyadari jika hampir seluruh temannya memiliki dua sosok dewasa di kehidupan mereka, Ayah dan Bunda.

Mempertanyakan sosok Ayah pada Bundanya telah Eunseo lakukan berulang kali. Seringkali sang Bunda mengalihkan pembicaraan dengan gadis kecil tersebut. Beberapa kali menjawab pertanyaan tersebut dengan jawaban yang membuat Eunseo merasa tidak perlu menanyakan sosok Ayah lagi pada Bundanya.

Eunseo mengingat teman-temannya bercerita mengenai diantar Ayah, dijemput Ayah, bermain bersama Ayah, mendapat hadiah dari Ayah, hingga berlibur dengan Ayah.  Hal inilah yang menjadi pemicu dalam otak mungilnya untuk ikut bersama Ayahnya. Eunseo kecil berpikir hari ini akan menjadi hari yang paling menyenangkan karena Ia akan memiliki cerita bersama Ayahnya. Ia tidak sabar untuk membagikan cerita pada teman-temannya jika dia juga menghabiskan waktu bersama Ayahnya.

Bermain  bersama di area bermain, makan bersama, hingga berbelanja banyak mainan Eunseo lakukan bersama Ayahnya. Keduanya benar-benar terlihat sangat akrab, tidak seperti mereka baru bertemu beberapa jam yang lalu.

Hari semakin sore membuat Jeongwoo tersadar jika dirinya tidak memberitahu Haruto sama sekali untuk membawa Eunseo. Jeongwoo dengan segera membawa Eunseo untuk pulang ke rumah Haruto.

"Apa Ayah bahagia?" tanya Eunseo di dalam mobil sang Ayah. Tangan mungilnya enggan melepas sebuah kotak mainan yang baru saja Ayahnya beli untuknya.

"Tentu saja. Ayah bertemu dengan anak Ayah yang paling cantik. Ayah sangatttt bahagia," jawab Jeongwoo sambil memasangkan sabuk pengaman pada gadis kecil tersebut.

"Hiks,"

"Loh, putri Ayah kenapa menangis?"

"Bunda bilang hiks.. Ayah tidak bisa tinggal bersama Bunda dan Eunseo hiks.. karena Ayah tidak bahagia," Eunseo menjawab pertanyaan Jeongwoo dengan kepala menunduk.

"Ayah memang belum bisa tinggal bersama Bunda dan Eunseo. Tapi, Eunseo harus tahu kalau Ayah sangattttt sayang pada Eunseo dan Bunda. Selamanya akan selalu sayang. Ayah minta maaf terlalu lama untuk menemui Eunseo," Jeongwoo segera memeluk putri satu-satunya tersebut penuh sayang.

Lagi-lagi hanya perasaan menyesal dan bersalah yang timbul di hati Jeongwoo. Semuanya terasa terlalu sulit.






---------------------------------------------------





Kamis, 12 Januari 2023.

If Only We Had a Better Ending [Jeongharu]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang