"Lo kenapa sih dari tadi cemberut mulu? Biasanya cerewet" ujar seseorang bertubuh tinggi kekar, Angkasa Yudha Pratama namanya.
"Gue balik ya" gadis yang duduk tepat disampingnya mengalihkan pembicaraan, perkataannya sama sekali tak menjawab pertanyaan Angkasa.
"Badmood? Cerita dong jangan diem mulu, gue bingung jadinya" Angkasa lalu mengangkat pelan wajah gadis yang tertunduk lesu disampingnya itu.
"Ish apaan si. yaaa gue mau balik aja, emang gaboleh? Kan udah kelar juga rangkumannya" ditepisnya tangan kekar Angkasa.
"Kenapa sih? Lo ini lagi dapet apagimana dah sensi amat. Coba kasih tau, salah gue apa? Am I hurt you or something? Apa lo tiba tiba kepikiran Sandy? Just tell me, gue dengerin"
"Nggaak, Lo gak salah sa. Gue.... ah udah lah gue mau balik. Lain kali kalo ribut, gausah bawa-bawa Sandy deh ya please" Air mata mulai mengalir membasahi pipi gadis berparas manis dengan rambut panjangnya yang dikuncir seperti ekor kuda. Anindira namanya.
"Ssstt Anin denger gue, Gue gak suka liat lo kaya gini, everything is gonna be okay, kita harus bareng-bareng terus. We need each other, right?" tutur Angkasa lembut sambil menyeka air mata yang membentuk aliran sungai di pipi Anin.
"Yayaya what ever, cape gue mau balik" ujar Anin dengan sinis, sambil menarik tubuhnya menjauhi Angkasa yang sedang sibuk menyeka air mata di pipinya.
Ia merapikan laptop dan beberapa buku sekolah juga novel yang biasa ia tinggal di kamar dengan dinding bercat biru langit itu.
"Oke oke, mending sekarang lo take a deep breath, tenangin diri lo, sambil gue ambil motor dulu buat anter lo pulang, ya? Lo tunggu di depan, awas jangan kabur tapi. Gue gak mau ya sahabat kesayangan gue ini kaya orang gila, nangis-nangis sambil jalan sendirian" Angkasa lalu berdiri, mengambil kunci motor diatas meja belajarnya.
"Gue bisa pulang sendiri"
Angkasa tak menghiraukan perkataan sahabatnya itu, ia melangkah gesit tanpa menutup kembali pintu kamar. 'Emang aneh ya tuh orang, kadang nyenengin kadang nyebelin, kadang perhatian banget kadang jadi orang paling gak peka. Gak ngerti lagi gue' Anin membatin kemudian menghela nafas.
Beberapa menit setelah Angkasa keluar kamar, Anin menyusulnya dengan langkah gontai, terlihat jelas seperti manusia yang tak memiliki gairah hidup. Dengan tanpa semangat Anin menyusuri ruangan demi ruangan di dalam rumah Angkasa, tiba-tiba seorang wanita paruh baya memanggil namanya.
"Anin!" tak salah lagi itu pasti suara Tari, ibu Angkasa. Anin pun menoleh dan berjalan menghampirinya.
"Eh Tante, apa kabar?" tanya Anin sopan lalu mencium punggung tangannya.
"Alhamdulillah sehat sayang, kamu sekarang jarang banget main kesini tante kangen lho" jawabnya sambil memeluk Anin erat-erat.
"Iya tante Aku juga kangen banget, tapi lagi sibuk belajar tan kan senin besok udah mulai PAS jadi susah deh cari waktu luang buat main kesini hehe. Ini juga kebetulan aja Angkasa minta tolong bantu buatin rangkuman tadi, jadi aku ikut kesini dulu deh sekalian ambil buku-buku aku yang ketinggalan disini"
"Kamu kenapa sih sayang? Kok kayaknya lemes banget gini"
"I'm good tan, Cuma cape dikiitt aja. Oh iya, tante dari mana? Tadi kok Aku dateng tante gak ada"
"Yaaa biasalah, dari sekolah" jawabnya. Tari bekerja sebagai guru di Taman Kanak-kanak, yang tak jauh dari perumahan tempat mereka tinggal.
"Wah, Aku sih kalo jadi tante pasti bakal stress berat deh, tiap hari harus ketemu banyak anak kecil yang bandel, susah diatur. Iiiiiih"
KAMU SEDANG MEMBACA
MEANT TO BE
أدب المراهقينTAK PERDULI SEJAUH APAPUN KAU PERGI, I JUST KNOW THAT YOU WERE MEANT TO BE MINE - ANINDIRA. . . . . . TENTANG ANINDIRA YANG MEMENDAM RASA CINTA BERTAHUN LAMANYA. AKANKAH PENANTIAN PANJANGNYA BERBUAH MANIS SESUAI HARAPAN? ATAU ATAU JUSTRU SEBALIKNYA...