~• Partner OSIS Gila •~

6 0 0
                                    

Happy Reading

°
°
°
°
°
Don't forget to vote my story. Thank's.

Namanya Arka Nubraska. Lelaki berusia tujuh belas tahun yang memiliki perawakan tinggi dengan hidung mancung, mata tajam, bibir sedikit tipis, dan alis yang tebal itu telah menginjak bangku kelas sebelas Sekolah Menengah Akhir. Dia seperti sang ayah sewaktu muda, suka berorganisasi dan aktif di segala bidang. Kini, dia sedang mengikuti rapat OSIS guna mencari calon Ketua dan Wakil angkatan baru.

"Karena saya akan turun jabatan, dan kebetulan wakil saya juga seangkatan, maka saya akan membuka pendaftaran calon Ketos dan Waketos baru. Bagi yang berminat dan merasa pantas menduduki jabatan ini, silahkan angkat tangan!" teriak Chiko membuka rapat siang itu selaku Ketua OSIS.

Arka mengangkat tangannya. Memang sejak awal dia sudah menargetkan ini. Dia juga akan mencari partner anak baru nanti. Arka langsung berlalu pergi setelah rapat dinyatakan selesai. Berjalan sendirian di koridor yang sepi karena jam pembelajaran masih berlangsung hingga netranya tak sengaja menangkap seorang gadis sedang sibuk bermain ponsel sendirian di bawah pohon rindang di halaman belakang sekolah. Dengan tergesa, dia melangkah mendekat.

"Enak ya bolos disini," cibirnya menatap sinis gadis itu.

Gadis itu menoleh dengan tatapan sinis ke arah Arka "Apa bedanya sama lo?"

"Gue lagi nyari partner buat nyalon jadi Ketos," jawab Arka seadanya. Memang alasan dia berkelana sejak tadi hanya untuk mencari calon wakil yang pas.

Gadis itu berdiri, lalu mendekati Arka. Sebuah senyum licik terbit menghiasi wajah cantiknya. "Gue mau jadi partner lo," celetuknya tiba-tiba.

Satu alis Arka terangkat mendengarnya. Gadis seperti dia ingin menjadi wakil ketua OSIS? Yang benar saja! Jangan membuat dia tertawa. Dia berdehem guna mengembalikan kesadarannya.

"Nama lo?" tanya Arka to the point.

"Starla Reilano"

Arka merogoh saku celananya mengeluarkan secarik kertas dan pulpen yang langsung diberikan kepada Starla yang menatapnya kebingunan.

"Buat apaan?" tanya Starla heran.

Arka mendengus. "Tulis biodata lo. Gue nggak mau punya partner yang suka menghilang gitu aja dan lepas dari tanggung jawabnya."

Starla berdecak. Pulpen di tangannya perlahan mulai menari-nari di atas secarik kertas yang diberikan oleh Arka. Bahkan sebuah senyum manis menghiasi wajahnya, sepertinya gadis itu menikmati kegiatannya. Arka yang melihatnya sampai bergedik ngeri takut gadis di depannya kesurupan. Mungkin membutuhkan waktu sepuluh menit untuk dia menyelesaikan tulisannya. Arka merebutnya secara paksa dan menyimpannya kembali ke dalam saku celananya.

"Masuk kelas gih! masa iya calon waketos bolos," perintah Arka sambil menggerakkan dagunya.

Starla tersenyum sinis. "Serah gue lah mau ngapain aja. Lo boleh babuin gue ini-itu, tapi kalo soal berhenti nakal? Sorry gue nolak," katanya sebelum berlalu pergi meninggalkan Arka yang menatapnya tanpa ekspresi.

"Nanti pulang sekolah jangan kabur! Kita ada kegiatan," Teriak Arka mengingatkan.

"OGAH!"

Arka menggeleng-gelengkan kepalanya. Dia kembali melangkahkan kakinya menuju kelas. Koridor telah berubah ramai karena bell istirahat berbunyi beherapa menit lalu. Terlihat Wooxas, sahabatnya sedang sibuk memainkan laptop di mejanya. Sepertinya lelaki itu sedang menunggu dirinya sejak tadi. Wooxas itu tipikal orang gila menurut Arka. Dia rela tidak tidur semalaman hanya untuk mengedit sebuah foto untuk dipamerkan pada sosial mediq. Mungkin cita-citanya ingin menjadi editor terkenal. Dia mendudukkan diri di sebelah Wooxas.

STARKA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang