Happy Reading
°
°
°
°
°
Don't forget to vote my story. Thank's.
Pagi harinya, Arka diperintahkan kedua orang tuanya untuk mengantar Alena berangkat sekolah, adik keduanya yang masih duduk di bangku Taman Kanak-Kanak. Bagi Arka, Alena itu segalanya. Dia menjadi sosok Abang yang sangat protektif pada adik kecilnya ini."Abang nanti jemput Alen nggak?" tanya Alena dengan permen loli di dalam mulutnya.
"Gak bisa Alen, Bang Aka pulang sekolahnya sore. Nanti kamu dijemput sama mama."
Alena menekuk wajahnya kesal. "Alen maunya dijemput, Bang Aka!" teriaknya.
"Kapan-kapan deh kalau Abang libur, tapi sebagai gantinya, nanti kita jalan-jalan ke kebun binatang," kata Arka mencoba membujuk.
Alena mengangguk dengan senyum ceria. Mobil berhenti di depan Taman Kanak-Kanak yang sudah ramai. Alena turun dari mobil. Melambaikan tangan mungilnya sebelum melangkah memasuki area sekolahnya. Arka kembali melajukan mobilnya menuju sekolah. Suasana sudah sangat ramai saat mobilnya memasuki area parkiran. Dia melangkah turun. Jeritan dari para siswi langsung menyapa indra pendengarannya. Arka memang menuruni aura ayahnya, maka tak heran banyak gadis yang tergila-gila dengan dirinya. Berusaha mengabaikan segala pujian untuknya, Arka melangkah menyusuri koridor yang sudah ramai. Dia berhenti di depan kelas X MIPA II. Menepuk bahu salah satu anak yang ada di depan kelas itu.
"Tolong bilangin Starla suruh nemuin gue nantiz" ujarnya yang di angguki lawan bicaranya.
Dia kembali melanjutkan langkahnya menuju kelas. Lagi-lagi pemandangan dipagi harinya selalu diisi oleh Wooxas yang sibuk dengan laptop di hadapannya. Arka teringat visi misinya yang belum diketik olehnya semalam. Mengeluarkan selembar kertas dan Flashdick dari saku celananya. Meletakkannya di depan sahabatnya.
"Bisa tolong ketikin? Gue lagi mager. Nanti mau gue cetak sebagai brosur," pintanya.
Wooxas mengangguk. Dia mengambil kertas yang diberikan oleh Arka. Tawanya menyembur setelah membaca isi dari kertas itu. Arka mendengus. Dia sudah menduga reaksi Wooxas akan seperti itu.
"Lo yakin sama isinya?"
"Udahlah, ketik aja. Gue cuma ngerombak ide gila dari Starla," desak kesal Arka tak mau memperpanjang.
Wooxas mengangguk. Dia langsung sibuk dengan laptopnya kembali. Sedangkan di kelas X MIPA II, Starla baru saja masuk. Dia habis berkelana menikmati angin di pagi hari. Keryitan pada alisnya tercipta saat tiba-tiba salah satu temannya mencekal pergelangan tangannya.
"Lo di suruh nemuin Kak Arka nanti."
Starla mengangguk. Seorang guru wanita memasuki kelas mereka. Satu jam berlalu dengan cepat. Kebosanan mulai menyergapi gadis pemalas seperti Starla. Dia mengangkat tangannya yang mampu menyita seluruh atensi kelas.
"Saya mau izin ke belakang, Bu."
Tanpa menunggu persetujuan, Starla langsung beranjak pergi keluar dari dalam kelasnya. Langkah kaki jenjangnya terhenti saat melihat Arka yang berseliweran di jam pembelajaran. Apa yang dilakukan lelaki itu? Dia langsung berlari menyusul.
"Arka!" panggilnya.
Arka menghentikan langkahnya. Menoleh dengan tatapan bertanya ke arah Starla.
"Lo mau kemana?" tanya Starla dengan nafas ngos-ngosan karena berlari.
Arka menunjukkan Flashdick di tangannya. "Gue mau nyetak semua keperluan kita."
"Ikut!"
Arka menghela nafas. Menganggukkan kepalanya terpaksa. Mereka berjalan beriringan keluar sekolah. Mungkin Jam pelajaran terakhir mereka baru kembali. Starla langsung berlalu menuju kelasnya. Meletakkan satu tumpuk kertas di atas meja guru. Netranya mengedar ke seluruh penjuru kelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
STARKA [ON GOING]
Teen FictionMenjadi seorang Ketua OSIS adalah cita-cita sosok lelaki bernama Arka Nubraska dengan ditemani partnernya Starla Reilano. Mereka berjuang bersama untuk mempertahankan nama baik OSIS. Arka membuat peraturan-peraturan yang harus ditaati setiap anggota...