25. Kepanikkan Arraf

1.1K 68 0
                                    

Ayu membuka mata, kemudian mengerjap. Dadanya bergerak pelan menghirup oksigen sebanyak ia bisa. Ayu terbaring pasrah diselimuti oleh selimut panjang, tubuhnya terkulai lemas.

Tubuhnya seperti tidak memiliki tulang, sulit digerakkan. Matanya masih mengerjap, pandangannya mulai ke arah luar jendela memperlihatkan sorot sinar matahari yang masuk ke dalam kamar.

Ayu bergeming, kedua matanya menyebar ke seisi ruangan kamar yang kosong. Lalu ia melihat kearah samping kasur, tidak melihat sosok Arraf di sana.

Ayu menghela nafas, kejadian semalam teringat kembali. Sepertinya ia jatuh pingsan ketika bercinta dengan Arraf. Ia mendengus geli, wajahnya mulai memerah karena malu.

Padahal ia ingin memberikan kejutan untuk menyenangkan hati prianya dan memenangkan pergulatan itu, malah ia gagal dan kalah telak dari permainannya sendiri.

Tidak seru.

Suara pintu berderit, Ayu menoleh dan melihat Gita berjalan masuk ke dalam kamar sambil membawa dua batok kelapa di atas nampan kayu. Gita menaru itu di atas meja nakas samping kasur, lalu duduk di tepi kasur berselahan dengan Ayu.

"Dasar bodoh!" Omel Gita menyalang kesal. Meskipun kesal Gita begitu khawatir dengan kondisi sahabatnya.

Ayu kembali mendengus geli, ia hanya bisa seperti itu. Tubuhnya seolah tidak kuat untuk tertawa melihat reaksi Gita yang tersungut kesal memandanginya.

"Semalam aku pingsan ya?" Tanya Ayu polos dengan suara berat menggerakan bibir nya.

"Iya. Pingsan karena kelelahan bercinta sama suami sendiri. Baru kali ini aku dengar orang pingsan gara–gara itu." Gerutu Gita memandang tak percaya.

Ayu diam memandangi Gita, tapi di dalam hati ia tertawa geli. Ayu merutuki dirinya, memalukan.

"Nggak nyangka kau bisa pingsan hanya karena bercinta dengan Arraf. Nggak bisa aku bayangkan kalau aku berada di posisimu. Apa milikmu kebas? Sulit berjalan?"

"Jangan bayangin macam-macam. Arraf milikku," Ucap Ayu pelan dengan nada posesif. Bibirnya kembali kelu untuk melanjutkan bicara. Semua tubuh dan sarafnya seolah lumpuh. "Tidak hanya pahaku, semua tubuhku rasanya lumpuh."

"Oh Tuhanku. Asal kamu tahu ya, semalem Arraf teriak-teriak manggilin Mamak Denai kayak orang kesetanan. Dengan wajah tampan polos dan tak berdosa ia bilang kamu pingsan gegara dia mompa kamu kekencengan," Gita menceritakannya dengan gelengan kepala, "Hampir semua orang melongo mendengar cerita Arraf. Aku langsung merinding."

Sungguh Ayu ingin tertawa mendengar itu, tapi tenaganya masih belum terkumpul. Ibarat seperti ponsel, tenaganya baru satu persen. Tubuhnya masih lemas.

"Karena Arraf membuatmu pingsan, Baba langsung menghukum Arraf berendam di Danau Langsa."

"Serius Arraf dihukum?" Ayu tersentak dan lekas membangunkan kepalanya dulu, namun ia tak mampu membangunkan dirinya sendiri.

"Jangan banyak bergerak. Mamak menyuruhmu untuk berbaring seharian."

"Aku mau melihat suamiku."

"Sudah kubilang kau harus berbaring seharian. Siapa suruh nakal sama suami? Pas digempur malah pingsan."

Ayu memejamkan matanya, ia merasa bersalah pada Arraf. Rencananya untuk menyenangkan hati suami malah gagal total.

"Arraf akan baik–baik aja kok. Denger–denger dia punya kekuatan super kalau dia kuat berendam di Danau meskipun berendam selama sebulan."

Gita menggeleng tak percaya. "Masih nggak nyangka kau punya suami kayak begitu. Tampang ganteng, badan kuat dan kasar kalau 'bermain' diranjang," Gita terkikik geli.

Lentera Kanwi (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang