"Putri tidur akhirnya bangun juga hum?"
Jennie mendengus begitu mendengar sapaan sekaligus sindiran dari calon tunangannya sebab ia baru bangun tidur di pukul hampir 12 siang.
"Harusnya lo bangunin gue!" Ketusnya sebal
Lisa yang tadinya duduk disofa sambil berkutat pada tabletnya lantas lansung berhenti, ia berdecak sebal, lalu berkata, "Ck! Aku udah coba bangunin kamu tapi kamunya ga bangun - bangun, sekalinya buka mata malah ngerengek bilang lima menit lagi."
Mendengar itu Jennie lansung menggigit bibir bawahnya sebentar lantas lansung memekik malu dalam hati. Sama seperti perempuan lainnya yang tak ingin disalahkan, ia kembali berkata ketus seperti sebelumnya, "Ya lo sebagai calon suami gue harusnya berusaha lebih keras lagi bangunin gue sampe beneran bangun dong! Pake cara apa kek biar gue bisa lansung bangun! Malah didiemin sampe siang begini, padahal jam 10 tadi gue ada schedule ganti nails art gue ck!"
"Selain calon suami kamu, aku CEO. Perusahaan juga jadi tanggung jawab aku, jadi aku ga ada waktu buat lama - lama ngeladenin kemalesan kamu itu, Jennie. Lagian kalo kamu ada schedule kenapa ga bilang dari semalem huh? Tolong belajar tanggung jawab buat kesalahan kamu sendiri, jangan malah nimpalin ke orang lain!"
BRAK!
Setelah menyelesaikan kalimatnya, Lisa pergi meninggalkan ruangan sembari menutup pintu kamar dengan keras, meninggalkan Jennie yang sebentar lagi akan meledakkan tangisnya.
"Hiks! HUAAAAAAA~"
"HHUHU~ GGA ADA LEMBUT - LEMBUTNYA BANGET SSAMA GUE HIKS!"
"LISA JAHAT! HUAAAAA EOMMA~~~"
—
Anna, kepala ART yang hampir berusia 40 tahun itu lansung menghampiri Lisa saat tiba di ruang utama.
Lisa memperkerjakan 5 Asisten Rumah Tangga, 1 chef, 2 sopir pribadi, dan 2 security yang berjaga di rumah ini.
"Permisi boss, ada yang berkunjung."
"Siapa?"
"Nona Nancy."
Lisa menganggukkan kepalanya, perempuan yang dimaksud adalah sekretarisnya.
"Suruh dia masuk, please. Ah, ya setelah itu buatkan satu cangkir kopi untuk tamu ku."
"Baik Bos."
Lisa lalu mendudukan bokongnya ke sofa single sembari memijat pelipisnya sebentar merasa pening akan kelakuan Jennie tadi. Sementara ketua pelayan itu lansung pergi membukakan pintu untuk sekretarisnya.
"Selamat siang, Big boss."
Begitu Nancy berjalan menujunya, Lisa lansung mengatur punggungnya untuk duduk tegap lalu berkata tanpa ekspresi seperti biasanya, "Duduklah."
"Baik, Big Boss. Terimakasih."
Nancy duduk disofa panjang, ia meletakkan beberapa file dokumen yang dipegangnya keatas meja, "Ini dokumen yang harus segera di tandatangani, Big Boss."
Lisa menganggukkan kepalanya, "Apakah COO Bambam menjalani tugasnya dengan baik?" Tanyanya
Harusnya ia yang harus memimpin rapat bersama para investor perusahaan tadi pagi, namun karena Jennie tak kunjung bangun serta memikirkan jika gadis bermata kucing itu akan merajuk sepanjang hari karena ditinggal pergi bekerja membuatnya mengurungkan niat untuk pergi, dan memilih untuk COO mereka untuk mengambil alih. Lagipula, rapat itu terlalu mudah untuk ditangani.
Nancy menganggukkan kepalanya, "Berjalan lancar, Big Boss."
"Aku akan memeriksa dan menandatangani dokumen ini dulu, setelah itu mari kita bahas hasil rapat tadi pagi."