Bab 2 Kerjasama untuk Cinta

8 0 0
                                    

"April!"
April yang tengah berjalan menuju ke arah rumahnya seketika diam tertegun. Tubuhnya mendadak kaku, kakinya mendadak berat untuk ia langkahkan. Keringat dingin tiba-tiba saja terasa mengucur di tubuhnya.
Suara khas seseorang yang benar-benar April hapal kini tengah memanggilnya itu, membuat April takut. Ia bahkan beberapa kali menelan salivanya. Sekuat tenaga ia berusaha untuk mengangkat kakinya dari tempatnya berpijak, tetapi nihil. Ia merasakan kakinya seperti sudah tertancap dalam pijakan, sulit untuk ia gerakan.
Tuk ... tuk ... tuk ....
Suara langkah kaki yang tengah berjalan ke arahnya, membuat April semakin dilanda rasa takut yang teramat sangat.
"Aku merindukan kamu April."
Pria itu berbisik lembut di samping telinga, dengan kedua tangan yang memeluknya dari arah belakang April. Perlakuan tersebut, sontak membuat tubuh April semakin bergetar hebat. April benar-benar ketakutan.
'Oh Tuhan, apa ini semua? Kenapa aku tidak bisa bergerak?' tanya April di dalam hatinya dengan begitu cemas. 'Biarkan aku berlari Tuhan, aku mohon!' teriak April di dalam hatinya.
Tubuh April kemudian pria itu balikkan, kini keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan yang jauh berbeda. April menatap pria itu dengan tatapan takut, sedangkan pria itu menatap kedua netranya dengan tatapan yang begitu merindu.
"Aku merindukan kamu, sangat," bisik pria itu seraya mencium punggung tangan April. "Bukankah kamu berjanji untuk tidak meninggalkan aku dulu?" tanya pria itu lagi yang kini menatap April dengan tatapan sedih.
Tidak lama kemudian, April merasakan sesak yang teramat di bagian lehernya. Ia kemudian menatap pria yang berada di hadapannya yang berubah menatap marah ke arahnya.
'Prakas!' teriak April di dalam hati, saat melihat kedua tangan Prakas yang tengah ia tahan sekuat tenaga. Sebab pria itu tengah mencengkeram lehernya kuat dengan tatapan yang begitu marah.
"Jikalau aku tidak bisa memiliki kamu, maka siapa pun tidak akan ada yang bisa memiliki kamu!" teriak Prakas yang semakin kuat mencekik leher April.
Sedangkan April yang masih tidak paham akan situasi yang tengah ia alami, berusaha memberontak dan melepaskan cengkeraman tangan Prakas pada lehernya.
'Tolong!' teriak April di dalam hatinya seraya terus berusaha melepaskan cengkeraman tangan Prakas yang semakin menguat di lehernya.
April terus berontak, pria yang berada di hadapannya benar-benar tidak mau melepaskan cengkeraman tangannya di leher April.
'Tuhan, tolong aku!' teriak April kembali yang terus saja berusaha menyelamatkan dirinya dari cekikan Prakas. Hingga tidak lama kemudian, ia mendengar suara seseorang yang terus memanggil-manggil namanya dengan begitu kencang.
"April, bangun Kak April, bangun!"
April kemudian membuka matanya paksa, ia kemudian membangunkan tubuhnya dari posisi tidurnya dengan napas yang begitu terengah-engah dan tubuh yang penuh dengan cucuran keringat. Rupanya apa yang ia alami beberapa saat lalu hanyalah sebuah mimpi, mimpi yang begitu amat sangat buruk.
"Kakak tidak apa-apa?" tanya Della yang kini menatap sang kakak yang terlihat begitu ketakutan dengan tatapan yang begitu khawatir. "Kakak bermimpi buruk lagi?" Della kemudian memeluk sang kakak erat setelah mendapatkan anggukkan kepala dari April.
"Tidak apa-apa Kak, ada Della disini. Semuanya akan baik-baik saja!" ucap Della yang berusaha menenangkan April yang mulai menangis di dalam pelukannya.
"Kak April kenapa Sayang?" tanya Rian yang baru saja masuk ke dalam rumah April.
April kemudian melihat ke arah Rian, ia tersenyum kepada Rian dengan kedua tangannya yang segera mengusap lelehan air matanya saat melihat seorang bayi yang tengah tertidur di dalam gendongan Rian. April dengan langkah perlahan kemudian berjalan ke arah Rian, ia kemudian mengelus lembut pipi gembil bayi tersebut.
"Kakak mau menggendong Arlan?" mendengar pertanyaan tersebut, April segera menganggukkan kepalanya. Ia kemudian menggendong penuh sayang tubuh mungil Arlan, yang selalu membuat hatinya merasa tenang.
"Apakah tidak sebaiknya Kakak tidur di kamar lagi?" tanya Della yang kini tengah membereskan belanjaan yang ia beli untuk April ke dalam lemari es. "Kakak sekarang ini semakin sering seperti ini lagi."
'Kakak hanya banyak pikiran saja,' jawab April menggunakan bahasa isyaratnya di sela gendongannya pada tubuh mungil Arlan.
"Kakak yakin?" tanya Della lagi yang kini menatap April dengan penuh rasa khawatir.
April menatap Della sekilas dengan senyum menenangkan di bibirnya sebelum akhirnya, ia menganggukan kepalanya.
'Seharusnya, kamu mengkhawatirkan diri kamu sendiri Della,' ucap April di dalam hatinya, seraya menatap Arlan dengan tatapan sedih.
Rian yang melihat April begitu sedih saat menatap Arlan, segera mengelus bahu kakak iparnya itu dengan lembut beberapa kali. April yang merasakan elusan Rian, menatap adik iparnya itu dengan senyum tipis. April kemudian berjalan ke arah teras rumahnya, untuk sekedar menjemur Arlan di pagi itu.
"Kasian Kakak, seharusnya Kakak tidak sekeras itu pada dirinya sendiri," ucap Della yang kini berdiri di samping Rian.
Rian tidak memberikan komentar apa pun, ia hanya diam dengan sebelah tangannya yang memeluk sang istri dari arah samping.
*****
"Bayi siapa yang tengah ia gendong ini?" tanya Prakas yang kini melemparkan foto tersebut ke arah asisten pribadinya. "Dia tidak mungkin, sudah menikah bukan?" tanya kembali Prakas yang kini mengepalkan kedua tangannya di bawah dagunya.
"Dari informasi yang saya dapatkan, Nona April belum menikah Tuan. Sedang bayi yang tengah berada di dalam gendongannya, adalah bayi dari adiknya Nyonya Della," jawab sang asisten pribadi Prakas yang membuat Prakas mengernyitkan dahinya saat mendengar nama Della di sebut-sebut.
"Maksud kamu, Della sudah melahirkan Sendi?"
"Iya betul Pak, usia anak itu sekarang hampir berusia dua tahun," jawab assisten pribadi Prakas yang bernama Sendi yang membuat Prakas mengerutkan keningnya dalam.
"Sendi, jadwalkan pertemuan aku dengan Rian dalam waktu dekat ini!"
"Baik Pak." Sendi kemudian pergi untuk melanjutkan tugasnya, setelah Prakas memberikan titahnya yang terakhir kepada asisten pribadinya itu.
*****
Kris kini tengah menandatangani sebuah berkas perjanjian yang ia buat dengan Madam Susi, di ruangan kerja pelatih April tersebut.
"Terima kasih Anda sudah mau berkerja sama dengan kami Tuan," ucap Madam Susi ramah dengan menjabat tangan Kris.
"Sama-sama Madam, saya senang bisa bekerja sama dengan Anda. Kalau begitu, saya permisi pamit. Masih ada pertemuan yang harus saya hadiri."
Kris kemudian berjalan ke arah mobilnya dengan langkah yang begitu gagah, sepanjang kakinya melangkah. Tidak satu dua orang yang menatap kagum ke arahnya, tetapi hampir seluruh penghuni sanggar. Tidak terkecuali dengan gadis berbakat, yang baru saja bergabung dengan sanggar tersebut. Ia seperti terhipnotis, akan pahatan wajah Kris yang bagaikan dewa Yunani tersebut.
"Bukankah dia pria yang dulu dekat dengan Kak April?" Pertanyaan tersebut, membuat gadis baru tersebut mengerutkan keningnya tidak suka.
"Apakah dia pacar Kak April?" tanya anak-anak sanggar lainnya yang semakin membuat gadis itu tidak suka mendengarnya.
"Jangan-jangan, nanti seperti yang kemarin-kemarin. Sudah putus, kerjasama pun berakhir."
"Benar-benar membuat khawatir saja."
Setelah puas saling berbisik membicarakan April dan masalah kerjasama, semua anak-anak sanggar segera kembali berlatih ke tempatnya semula tidak terkecuali dengan gadis baru yang sejak tadi menguping pembicaraan anak-anak sanggar tersebut.
"Apakah Bapak yakin akan bekerjasama dengan sanggar itu?"
"Iya, memangnya kenapa?"
"Tidak, hanya saja. Bukankah sanggar itu telah di buang oleh Pak Prakas."
"Iya, aku tahu Rijal. Bagiku, dia terlalu bodoh."
"Maksud Bapak?" tanya Rijal yang merupakan asisten pribadi Kris tersebut, dengan kening yang berkerut dalam.
"Seharusnya, ia memanfaatkan kerjasama untuk cinta bukan sebaliknya."






Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Asmaraloka DeranaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang