11. School birthday.

1K 63 1
                                    

__

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

__

Di belakang panggung teater, suasana tegang dan sibuk terasa jelas. Aurora berdiri di sana, mengenakan pakaian yang telah dijahit khusus oleh ekskul desain di sekolahnya. Kostumnya begitu detail dan dirancang dengan sempurna untuk peran yang akan ia mainkan malam ini. Namun, di balik penampilannya yang memukau, Aurora merasa gugup dan cemas.

Ini adalah pertama kalinya ia menjadi pusat perhatian di panggung, dengan banyak dialog dan adegan yang harus ia mainkan. 

Jantungnya berdebar kencang, dan meski ia telah berlatih keras selama beberapa bulan, rasa gugup dan kegelisahan masih menyelimutinya.

Aurora melangkah keluar dari backstage untuk mencoba menenangkan dirinya. Langkahnya terasa berat, dan pikirannya penuh dengan kekhawatiran. Ia mencari tempat yang tenang dan menemukan bangku di belakang ruangan teater. 

Dengan hati yang berdebar dan tangan yang sedikit bergetar, Aurora duduk di bangku tersebut, mencoba untuk menenangkan diri.

Ia mengambil napas dalam-dalam, menghisap udara segar ke dalam paru-parunya, lalu menghembuskannya perlahan. 

Beberapa kali, Aurora melakukan teknik pernapasan ini, berharap dapat mengurangi rasa cemasnya. Meskipun ia mencoba untuk tenang, ketegangan tetap membayangi dirinya. Ia menggigit jempolnya, sebuah kebiasaan yang menunjukkan betapa gelisahnya ia.

Dalam keheningan, Aurora melihat sekitar dan melihat rekan-rekannya yang sibuk mempersiapkan segala sesuatunya. 

Mereka tampak lebih tenang dan percaya diri, dan itu hanya menambah rasa gugupnya. Ia tidak bisa berhenti membayangkan bagaimana jika ia melakukan kesalahan, atau bagaimana jika penampilannya tidak sesuai harapan.

Disisi lain

"Karena kalian adalah anggota osis yang baru, saya minta agar kalian memperhatikan dan membantu di berbagai kelas serta ekstrakurikuler lainnya. Jangan beristirahat sebelum saya memberikan izin." Ujar Kalista kepada Dylvin dan Michaelle, yang langsung mengangguk dengan serius.

"Tapi, kami masih bisa menonton pertunjukan di ruang teater, kan? Kami ingin menyaksikan Aurora tampil." Tanya Dylvin kepada Kalista. Kalista menatap mereka dan baru ingat bahwa Aurora akan tampil setelah drama komedi.

"Tentu saja. Saya sudah meminta mereka menyiapkan kursi khusus untuk osis." Jawab seorang guru. Para anggota osis lainnya tampak senang mendengar hal itu.

"Bu Eline!!" seru mereka serentak. Kalista hanya menggelengkan kepala. Bu Eline adalah ketua wali dari komite osis.

Beberapa saat kemudian, saat Kalista berjalan menuju gudang, ia mendengar suara seseorang yang berkomat-kamit di belakang ruang teater. Ketika ia memeriksanya, ia mendapati Aurora terlihat sesak napas dan wajahnya pucat.

Sebagai ketua OSIS, Kalista langsung berlari ke arah Aurora dan memegang pipi gadis itu dengan kedua tangannya untuk memeriksa kondisinya.

"Kamu baik-baik saja?" Tanya Kalista dengan nada panik, khawatir melihat napas Aurora yang semakin tidak beraturan.

TEMBOK DI ANTARA KITA(FUTA)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang