Musim salju

592 57 6
                                    

Waktu sore di negara gingseng itu saat ini sedang turun salju, dan di hitung hari di mana lelaki Park itu tertidur sudah dua minggu Jisung terbaring di brankar rumah sakit. Keadaan Jisung masih dengan normal namun tidak bangun sama sekali dari alam mimpi nya.

Saat ini ruangan Jisung hanya terdapat Jaemin yang konsisten duduk di samping tempat tidur adiknya itu, pandangan Jaemin sama sekali tidak bisa teralihkan dari wajah damai Jisung yang masih menutup matanya.

"Aigoo uri Jisungie, kau masih nyaman sekali tidurnya sampai pulas seperti itu," ujar Jaemin memandang wajah Jisung.

"Kau tau tidak Jisung-a, hari ini turun salju, dan ini bukan musim favorit mu, kita bermain salju bersama di luar,"

Jaemin tersenyum manis, pandangan lelaki Na itu beralih kearah Jendela kaca yang tentu nya itu dapat memperlihatkan kearah luar.

"Jisung-a, kau tau tidak? Seluruh hyung mu di sini itu begitu memgkhawatirkanmu, namun aku yang terkena imbas nya," lanjut Jaemin yang menunjukan raut kesal nya itu, lalu sedikit terkekeh.

"Ini kan demi kebaikan mu Jaemin-shii," celetuk Jeno yang tiba tiba datang dari luar, tanpa lelaki Na itu sadari Jeno sudah menguping ucapan nya dari awal.

"Kalau kau ingin tau, tubuh mu itu sudah mengurus jadi kau harus rajin untuk makan, agar kau tetap sehat," ucap Jeno lagi.

"Kau tak tau perasaan ku lee Jeno, jadi diam lah selagi aku masih lembut kepada mu," ucap Jaemin kepada Jeno yang sudah duduk di sebrangnya itu, tatapan Lelaki Na itu berubah drastis dengan pandangan dingin.

"Apa yang aku tak tau dari mu Jaemin?, hampir 12 tahun kita kenal sampai kita itu satu sekolah, aku kenal betul bagai mana sikap mu itu yang keras kepala," sahut Jeno yang masih terlihat santai.

"Cih,"

"Jangan berlagak kau tau aku Jeno, diri mu juga egios hanya memikirkan diri mu saja tidak mau berfikir dengan keadaan adik mu ini, ku rasa aku saja yang khawatir dengan Jisung," ujar Jaemin memutar bola mata nya jangah.

"Apa kau bilang? Jika aku tidak peduli dengan Jisung bagaimana aku mau untuk datang sini untuk menemani mu, jangan hanya karna diri mu itu biasa memanjakan Jisung jadi berfikir hanya diri mu yang sayang kepada Jisung," ujar Jeno tampak terbawa emosi.

"Lagi pula Jisung sudah besar, jangan menganggap nya itu anak kecil terus menerus, apa Jisung tidak jengah dengan tingkah mu itu," lanjut Jeno.

Kini dua sahabat yang dikenal sebagai contoh persahabatan yang damai akhirnya mengalami pertengakaran, sikap Jaemin yang keras kepala mampu membuat emosi Jeno muncul.

"Apa maksud mu itu Lee Jeno, kau benar benar tak tau apa apa tentang diri ku, bagai mana perasaan ku yang tulus menyayangi Jisung, kau saja yang hanya bisa memikir kan diri mu yang sok tegas itu," ujar Jaemin ikut terbawa emosi

"Oh yah aku lupa, aku hanya anak tunggal yang tidak punya saudara jadi berbeda dengan mu yang punya saudara, jadi aku tidak bisa memahami bagaimana perasaan 'memiliki saudara' seperti diri mu," lanjut nya dengan nada menyindir.

Jeno mengatur nafas nya, ia tidak boleh kelepasan dalam menghadapi si keras kepala Jaemin itu.

"Sudah lah kau sama saja dengan Mark lee itu, sama sama memaksakan kehendak orang terus menerus, sungguh tidak memahami suasana saja," ucap Jaemin lagi.

"Memahami suasana bagaimana maksud mu Jaeminnie? Apakah perhatian dari Mark itu sama dengan tidak memahami suasana?,"

Kini dari arah luar Jaehyun datang dengan ditemani oleh Johnny yang memang dari awal sudah ada saat Jeno dan Jaemin bertengkar, sebenarnya Jaehyun dan Johnny datang bersama Jeno untuk menjenguk Jisung.

Jisung's dream Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang