Peluh seorang gadis tampak membanjiri kening,
gadis itu tak henti hentinya untuk berdoa sambil melihat pintu yang tertutup.Bola matanya tak lepas dari pintu ruangan yang bertuliskan ICU. Seseorang yang amat ia cintai sedang berjuang antara hidup dan matinya.
Ia gusar, langkah kakinya tak membuatnya duduk diam dan tenang. Langkah kakinya bergetar dan terus bergerak kesana dan kemari. Pintu terbuka, menampilkan seorang pria berjubah putih dengan Stetoskop yang menggantung di lehernya.
"Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin. Tapi Tuhan lebih sayang pada ibu anda."
Bagai disambar petir, gadis itu meraung dan menangis setelah melihat ibu nya terbujur kaku di atas brankar rumah sakit.
Ia hancur, kecewa, dan marah. Ia marah akan takdir yang selalu membuatnya kehilangan.
Kesuksesannya yang sekarang tak berarti apa-apa, kesuksessannya yang sekarang membuatnya harus kehilangan seseorang yang berharga di hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SECOND HOME
Teen Fiction" Kenapa aku harus dilahirkan dari rahim seorang pelacur sepertimu, bu? " Tanya seorang gadis di depan sang ibu. Anak gadisnya sudah dewasa, ia pasti akan menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan sang ibu. Ibu yang mendengar pertanyaan-p...