Ibu

5 0 0
                                    

POV IBU

Aku berkeliling kesana kemari untuk mendapatkan pekerjaan, namun tak ada satupun yang mau menerima perempuan lulusan smp sepertiku.

"Ya Tuhan mau makan apa aku dan anak ku esok  hari" Ucapku di dalam hati.

Aku melihat banyak perempuan dengan pakaian ketat dan terbilang sexy di pinggir jalan. Aku membuntuti mereka yang akan masuk ke sebuah gedung dengan lampu yang berwarna warni.

"Maaf mau bertanya, ini tempat apa ya?" Aku bertanya pada salah satu perempuan disitu.

Perempuan itu tak langsung menjawab, ia memandangiku dari atas sampai bawah.

"Ini tempat hiburan malam, kau nyasar atau bagaimana?" Tanya nya

"Ah tidak, aku hanya sedang mencari pekerjaan. Siapa tahu ada lowongan."

"Wah pas sekali, disini sedang membutuhkan banyak tenaga kerja. Kalau kamu berminat silahkan menemui Madam Lauren dulu." Ucapnya sambil menghembuskan asap rokok di hadapanku.

Tiba-tiba bayangan anakku dengan segala amarahnya terlintas di kepalaku. Apakah nanti anakku itu akan marah jika aku bekerja di tempat haram seperti ini?

"Maafkan ibu, Rania. Ibu terpaksa bekerja seperti ini, supaya besok kita tetep bisa makan enak dan kamu tetep bisa sekolah."

Aku sudah berada di ruangan Madam Mauren, ruangannya tak besar tapi terlihat mewah.

"Mau apa anda datang kemari? Mau melamar menjadi pekerja saya?" Tanya seorang perempuan bergaun panjang ketat dengan rambut pirang sebahu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Mau apa anda datang kemari? Mau melamar menjadi pekerja saya?" Tanya seorang perempuan bergaun panjang ketat dengan rambut pirang sebahu.

"I-iya, saya berniat melamar pekerjaan disini." Jawabku.

"Duduklah, saya tidak bisa langsung merekrut pekerja sembarangan, sayang. Pekerja saya harus berkualitas semua, untuk menjaga kualitas pelanggan."

"Apa kamu sudah pernah bekerja di dunia hiburan?"

"Belum, Madam. Suami saya baru saja meninggal. Saya dan anak saya tidak mempunyai uang sama sekali untuk makan besok dan seterusnya." Jawabku dengan kepala menunduk.

"Apa anakmu mengetahui bahwa ibunya akan bekerja disini?" Tanya Madam Mauren.

"Dia tidak tahu, Madam. Anak saya masih kecil jadi tidak tahu tentang pekerjaan seperti ini. "

"Saya paham kondisimu, saya juga merupakan seorang ibu. Meskipun anak saya sudah meninggal semua. Sebenarnya saya tidak ingin menerima kamu bekerja disini karna melihat bodimu gak sebagus pekerja saya yang lain. Tapi karna saya iba, besok datanglah kemari. Pakai pakaian yang ketat dan tunjukkan pesonamu." Ucapnya sambil memberikanku kertas sebagai perjanjian kerjaku.

"Aku bersyukur, setidaknya untuk besok aku masih mempunyai uang untuk makan anakku."

**

"Aduhh, ibu kemana yaa? kok belum pulang si? Ini udah malem banget loh." Rania mondar mandir dengan ponsel di gegamannya.

Ia gelisah, takut, dan tidak tenang. Ini sudah menunjukkan jam 02.00 pagi tapi ibunya masih belum pulang. Rania takut ibunya kenapa².

Rania sudah mulai tenang kala pintu rumah diketuk dan dibuka perlahan. Ia melihat ibunya pulang dengan penampilan yang sudah tidak karuan.

Rania merasa menjadi beban sang ibu, karna mungkin ibunya bekerja keras untuk menghidupi dirinya.

"Belum tidur kamu?" Lamunan Rania terpecah kala mendengar suara sang ibu.

"Ah belum, bu. Ini mau tidur kok."  Jawab Rania yang langsung pergi meninggalkan ibunya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 24 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SECOND HOMETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang