𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 2 : Weirdos
___"Kalian aneh, aku aneh. Itu sebabnya kita bisa berteman."
o0o
Aku biasanya selalu tahu cara merespon sesuatu. Amarah seseorang, antusiasme seseorang, kekhawatiran seseorang, segalanya. Tapi aku benar-benar bingung harus menjawab apa sekarang.
Semua mata mengarah padaku. Menanti tanggapan. Aku balas memandang mereka heran, menanti penjelasan.
"Nona Maria? Teman?" tanyaku.
Tuan Otets menyesap minumannya. Mengangguk lugas. "Ya. Kau, putriku, berteman. Melakukan hal-hal yang dilakukan sepasang teman. Tapi tak sepenuhnya seperti itu, aku punya beberapa permintaan lain. Secara garis besar begitulah tugasmu."
Aku mengernyit. Hendak bertanya kira-kira apa maksudnya dengan permintaan khusus itu.
Sergei menatapku. Tatapan "ikuti saja maunya". Itu tatapan yang biasa ia berikan padaku, secara temannya ini hobi bertanya terlalu banyak.
Mataku balas memandangnya. Baiklah, aku akan mendengarkan saja. Begitu maksud tersirat tatapanku.
Kawanku itu tersenyum kecil. Bagus.
Natascha berdiri. Menyerahkan beberapa lembar dokumen dan pena di hadapanku. "Baca," ujarnya.
Masih dengan nada dingin itu. Entah apakah dia punya masalah denganku atau sikap aslinya memang seperti induk beruang kehilangan anak setiap saat.
Aku memindai isinya, berkat kemampuan membaca yang cukup baik, dapat kupahami lembaran itu dengan cepat. Intinya, Tuan Otets mencari seseorang yang berumur tak jauh dari umur putrinya, dengan kemampuan bersosialisasi dan pertahanan yang baik. Untuk dijadikan pengawal pribadi Nona Maria. Secara diam-diam tentunya, dengan topeng menjadi teman biasa saja.
Baru kuketahui juga, gadis kecil itu punya kondisi yang cukup spesial. Putri Tuan Otets kehilangan separuh keluarganya dalam jangka waktu singkat, dan harus melakukan adaptasi di tempat-tempat baru seorang diri. Ternyata selama ini Natascha adalah sosok ibu penggantinya, juga seorang penjaga dua puluh empat jam untuk Maria. Tapi yang namanya anak kecil, sekokoh apapun didikan mereka untuk kuat, mereka tetaplah anak kecil dengan hati rapuh. Dan Nona Maria belakangan ini agak afresif jika diajak berkomunikasi. Dia gampang marah, melemparkan sesuatu jika kesal, bahkan ketegasan Natascha tak kuasa membuatnya tenang setiap saat.
Lalu para petinggi Bratva mengambil sebuah kesimpulan.
Maria butuh teman selain tukang pukul perempuan. Dia butuh sentuhan dari dunia, layaknya anak-anak lain.
"Tapi putriku jelas bukan seperti anak-anak lain." Tuan Otets tertawa pelan. "Dia lebih pintar, lebih kuat, dan yang pastinya dia berharga. Pahami yang satu itu, Alexei."
Semua anak berharga. Aku ingin berkata begitu, tapi akhirnya kuucapkan dua kata andalanku di setiap kondisi begini. "Saya mengerti."
"Bagus." Otets mengangguk. "Aku menghargai setiap keputusan kalian, jadi sengaja kuminta semua orang berkumpul di sini. Termasuk para dewan junior seperti Sergei dan Viktor si pengawas. Bagaimana menurut kalian, apa anak ini bisa diandalkan?"
Sergei mengangguk cepat. "Aku menjamin itu dengan sepenuh hatiku, Tuan Otets."
Satunya, si kurus tinggi di sebelah Sergei menatapku seksama dari balik kacamata tebalnya. Berdeham kecil, lanjut menatap tablet miliknya, terakhir menatap Otets. "Dia sehat, tidak ada riwayat sakit yang serius sejak masuk ke area pelatihan Bratva. Jika rambut landaknya dirapikan, wajahnya bersih, dan diberi pakaian yang lebih ...bagaimana mengatakannya ya, oh! Lebih modis. Aku yakin Alexei bisa menjadi teman yang setidaknya pantas untuk Nona Maria."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑 𝐅𝐋𝐀𝐌𝐄 ❄ [ 𝑀𝑎𝑟𝑖𝑎 𝑥 𝑂𝐶 ]
Fanfiction"𝑯𝒆 𝒍𝒐𝒗𝒆𝒅 𝒉𝒆𝒓 𝒔𝒐 𝒎𝒖𝒄𝒉 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒕𝒉𝒆 𝒇𝒊𝒓𝒆 𝒉𝒂𝒅 𝒇𝒓𝒐𝒛𝒆𝒏, 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒉𝒆 𝒄𝒐𝒍𝒅𝒆𝒔𝒕 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒎 𝒎𝒆𝒂𝒏𝒔 𝒏𝒐𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈." Pembantaian desa. Si jago merah yang menggelora. Tangisan dan rintihan. Bayang-bayang siluet har...