𝑪𝒉𝒂𝒑𝒕𝒆𝒓 1 : Brotherhood
___"Blood doesn't matter if you have found those who would die for you."
o0o
Malam ini, aku menyadari bahwa api itu gigih.
Api akan terus membakar. Mereka bukanlah malaikat baik hati yang akan meminta calon korbannya minggat baik-baik. Kuyakini mereka diutus semesta untuk menutup naluri empatinya kepada kami, manusia lemah yang sibuk memohon ampun.
Aku salah satu dari korban permainan mereka. Zat panas itu mengukung rumahku, dan dengan cepat membuatku tak berdaya. Terbatuk-batuk menghirup asap.
"Tolong!" teriakku. Namun tiada seorang pun menoleh, para warga yang selamat sibuk menyelamatkan diri masing-masing.
Api, api, dan api. Jilatan bara merah itu menari-hari seperti pertunjukan di hadapan mataku yang berkali-kali hampir tertutup. Indera pendengaranku agaknya belum juga takluk oleh rasa sakit, jadilah aku meringkuk sambil mendengar jeritan pilu dan suara hembusan angin kencang. Saat hawa panas mencoba memelukku, serpihan kesadaran yang tersisa menyuruhku lari sejauh mungkin, pergi dari tempat ini. Namun ragaku seakan terbelenggu rantai berat ke tanah.
Dimana gerangan bala bantuan untukku? Dimana teman-temanku? Orangtuaku? Dengan napas tersengal, kaki ringkihku mencoba bangkit.
"HABISI YANG BERSALAH! AMBIL YANG BERHARGA!" seseorang berseru ganas. Melodi pertikaian yang kacau nan menakutkan kembali mengambang di udara. Antara sorak sorai para Tuan Api, dan sisa warga yang tak henti mengharapkan belas kasihan.
Apa teriakan kasar itu akan menolongku? Selimut api sudah mencapai bagian belakang tubuhku, beberapa potongan material rumah yang terbakar juga ikut menorehkan luka. Terasa sakit.
Samar-samar aku mendengar suara gerungan pelan dari belakang leherku. Aku tidak tahu persis makhluk apa itu, tapi suaranya terdengar meyakinkan. Seperti sebuah panggilan.
Tak lama, dapat kulihat seorang penyerang berbaju gelap memanggil teman-temannya. Menunjuk-nunjuk badanku yang hampir tenggelam dalam kobaran api. "Hei! Bawa anak itu, masukkan dia ke dalam truk bersama bocah-bocah lainnya."
Aku menghela napas pendek, berbisik pelan. "Siapapun ... tolong .."
Salah satu dari mereka menyingkirkan api dengan peralatannya, lengan gagahnya membopong tubuhku. Aku sudah tidak peduli apakah dia penduduk desa ini, atau dari desa hulu, kota seberang, persetan. Lautan api ini mengerikan.
Mataku benar-benar terpejam saat ini, telingaku tak mendengar apapun selain suara samar, lidahku terasa beku, begitu pula dengan tubuhku yang mulai jauh dari api. Dihadapkan dengan angin dingin malam.
Tunggu sebentar.
Entah apakah ini ilusi semata, atau aku memang melihat beberapa bayangan binatang perkasa dengan surai panjang dan loreng yang terlihat samar diantara kobaran api. Bagaimana bisa mereka tidak terbakar? Tubuh besar dan cakar yang berkilau itu seperti memandangku sedih. Lantas hilang bagai asap yang membumbung tinggi, menyatu dengan langit gelap.
Harimau. Itu tadi adalah sekawanan harimau.
Tapi tak lama, rasa kejutku dipaksa padam saat kesadaranku perlahan memudar.
***
"ALEXEI!"
Aku terbangun saat saraf-saraf tubuhku memberontak kaget, memberi sinyal untuk terjaga ketika sebuah seruan memanggil namaku. Dengan refleks netra yang tak sebanding cepat dengan kaki yang buru-buru beranjak dari ranjang, aku baru bisa melihat jelas ketika disapa sirat cahaya dari lampu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐖𝐈𝐍𝐓𝐄𝐑 𝐅𝐋𝐀𝐌𝐄 ❄ [ 𝑀𝑎𝑟𝑖𝑎 𝑥 𝑂𝐶 ]
Fanfic"𝑯𝒆 𝒍𝒐𝒗𝒆𝒅 𝒉𝒆𝒓 𝒔𝒐 𝒎𝒖𝒄𝒉 𝒕𝒉𝒂𝒕 𝒕𝒉𝒆 𝒇𝒊𝒓𝒆 𝒉𝒂𝒅 𝒇𝒓𝒐𝒛𝒆𝒏, 𝒂𝒏𝒅 𝒕𝒉𝒆 𝒄𝒐𝒍𝒅𝒆𝒔𝒕 𝒔𝒕𝒐𝒓𝒎 𝒎𝒆𝒂𝒏𝒔 𝒏𝒐𝒕𝒉𝒊𝒏𝒈." Pembantaian desa. Si jago merah yang menggelora. Tangisan dan rintihan. Bayang-bayang siluet har...