'Jika kau mencintai seseorang, apakah perasaanmu bisa berubah saat tahu orang yang kau cintai sudah mendapatkan cinta yang lain?'
"Yes I will! untuk apa kita mencintai seseorang yang tak mencintai kita? it's not my style." Alexa bergumam kesal dengan pertanyaan yang diajukan oleh Nicola, pertanyaan yang sama dengan hari - hari sebelumnya.Ia juga memberika penekanan di kalimat akhirnya.
"Hah! i know it. itu hanya membuang - buang waktu tenaga dan pikiran tapi...." Nicola terdiam, melihat bagaimana susahnya Nicola melupakan pacarnya yang akan bertunangan beberapa hari lagi, Ehm mungkin lebih tepat disebut mantan pacar, Membuat Alexa frustasi.
"Nicol nicol nicol. you must move on. MOVE ON! Bukan hanya dia pria didunia ini. Masih banyak yang lebih hebat darinya! forget him!" aku terkekeh melihat Alexa yang sudah sangat frustasi dengan sikap Nicola.
Dilihat bagaimana pun Alexa sangat berpengalaman dalam masalah berpacaran. Jatuh cinta, dicintai dengan tulus, Pacaran, putus, di khianati, di campakkan, di selingkuhi, di permainkan, di beri harapan palsu, Alexa sudah pernah merasakan semuanya. Aku menggelengkan kepala ngeri membayangkan bagaimana hati Alexa yang benar - benar tahan banting itu.
Sedangkan Nicola?
Dia adalah gadis yang baru saja jatuh cinta diusianya yang ke - 21 tahun. Nicola adalah Gadis baik - baik dan berasal dari keluarga baik - baik yang menjunjung tinggi aturan, norma dan nilai kehidupan. Semua itu membuatnya tak pernah bergeming ke hal - hal negative didunia ini.
Baru setelah dia pindah dan kuliah di New York meninggalkan keluarganya beserta peraturan - peraturan hidupnya di London, akhirnya ia mengenal apa itu cinta dan jatuh kedalamnya. Tapi sayang cinta pertamanya sekaligus pacar pertamanya hanya mempermainkan gadis polos ini, meninggalkannya begitu saja setelah mendapatkan gadis yang lebih 'wow'.
"Bagaimana mungkin ada pria sebrengsek itu? bahkan dia masih punya muka untuk mengundangmu keacara pertunangannya?" Aku dan Nicola meringis mendengar perkataan Alexa yang sukses mengingatkan Nicola bahwa cinta pertamanya akan bertunangan dalam waktu dekat.
Aku menginjak kaki Alexa yang duduk berhadapan denganku, dia menatapku dengan tatapan bingungnya. Aku memutar bola mataku.
'Come on alexa. kau membuat nicola semakin terpuruk' aku berkata - kata tanpa mengeluarkan suara sedikit pun. Seperti sadar akan sesuatu Alexa menggeram kesal kemudian mengalihkan pandangannya ke Nicola, aku pun mengikuti arah pandangannya.
"Oh good. See what you do to her!" aku mulai mengeluarkan suara.
"Proud to me." Alexa menghela nafas frustasi.
Niatnya tadi membuat Nicola Move On dari mantan pacarnya itu, tapi lihatlah sekarang dia malah membuat Nicola Stay On. Aku hanya menatap nanar Nicola yang sudah menangis sesunggukan.
Dan Aku tersenyum geli saat sadar akan satu hal
'dunia luar itu berat' batinku.
Aku menghela nafas sejenak kemudian tersenyum tipis. Sudah 3 tahun lebih aku menjalani kehidupan di New York, aku pun masih bingung bagaimana bisa aku berada di kota sebesar ini.
"Hei! Ngumpul disini lagi? Masih nerima lowongan gak?" ujar sebuah suara. Aku mengalihkan pandanganku keasal suara yang sangat amat kukenal. Henry. Sahabat, teman seperjuangan, kakak, adik sekaligus ayah bagiku disini. Selama di New York ini hanya dialah satu - satunya yang bisa kuandalkan dalam situasi dan kondisi apapun.
"Loh kak? Kakak baru keluar? Kok lama?" Alexa berucap, membuatku sadar ini sudah jam 8 malam.
"Hem, tadi banyak yang harus dikerjain. Oh ya jangan panggil aku kakak lah. Berasa tua, panggil Henry aja kan kita seumuran." balas Henry yang kemudian duduk disampingku. Alexa menggeleng - geleng,
"Nonono, kak Henry kan senior! Jadi kita semua harus menunjukkan rasa hormat kita." Henry terkekeh mendengar perkataan Alexa,
"Suka suka kamu aja lah."Henry tertawa diikuti denganku dan Alexa.
"Dia kenapa?" Henry menunjuk Nicola dengan dagunya, sadar bahwa sedari tadi Nicola hanya menenggelamkan wajahnya di lipatan tangannya. Alexa kembali melihat Nicola yang duduk disampingnya, ia menghela nafas untuk kesekian kalinya
"Hah biasa, gak bisa move on kak." ucap Alexa pelan. Henry hanya menanggapinya dengan anggukan kecil dan kemudian mengalihkan pandangannya kearahku,
"Apa?" tanyaku heran. Henry menggeleng kemudian memakan makanan yang di bawanya tadi dan kembali menatap Nicola.
"Seseorang yang kukenal juga tak pernah bisa move on." aku menoleh menatap tajam Henry, aku tau jelas siapa yang dia maksud.
"Siapa kak?" Tanya Alexa penasaran,
"adalah teman." Jawabnya singkat sambil melirikku sekilas, aku hanya diam dan pura - pura tak tahu siapa yang dimaksud oleh Henry meski sebenarnya aku sangat tahu siapa sosok yang dimaksud Henry tersebut.
Kami kemudian berbincang beberapa hal lainnya.
Sebenarnya aku dan Henry dulu satu sekolah dan satu kelas saat SMP dan SMA. Kami juga sama - sama mengambil undangan yang dikirimkan dari Universitas New York dan kuliah di tempat yang sama.
Tapi Henry sudah lulus 3 bulan lalu, otaknya yang cerdas itu memang menabjubkan. Lulus dalam waktu secepat itu dan sudah menjadi desainer grafis di perusahaan tempat aku, Alexa dan Nicola magang. Sedangkan kami bertiga masih beberapa tahun lagi agar bisa seperti dia.
Alexa juga berasal dari Indonesia tapi sekolah kami berbeda. So, aku baru kenal dia ketika sudah kuliah disini. Nicola adalah teman pertama Alexa disini, jadi maklum jika mereka sangat akrab. Nicola memang bukan berasal dari Indonesia. Tapi karena dipengaruhi Alexa yang enah bagaimana caranya, Nicola mulai tertarik dengan Indonesia dan kini dia bahkan sudah cukup lancar berbahasa Indonesia.
C.A.U.S.E
;alyiiens;
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause Of You
Short Story"Hampir saja aku benar - benar lupa bagaimana cara untuk melihat orang lain. Tapi seseorang dengan cepat langsung menarikku untuk melihatnya." - Reika. Cerita ini udah pernah di post sebelumnya, dan kali ini di repost setelah diperbaiki^^. Hope u li...