4

379 19 0
                                    


Jika biasanya orang lain rapat mengenakan baju formal atau semi formal beda dengan kelompok yang satu ini, kaos dan celana pendek menjadi salah satu senjata mereka menutupi identitas asli yang mereka miliki. Seringkali orang-orang mengira bahwa yang dilakukan oleh kelompok ini adalah 'party' atau sekedar 'bermain' saja, namun dibalik itu sebenarnya yang mereka lakukan lebih dari sekedar 'bermain'.

"Bagaimana dengan Jisung?" Tanya Haechan yang sejak 30 menit lalu sampai.

"Aku sudah menghubunginya, dia bilang sebentar lagi sampai." Jawab Jeno.

"Minjeong bukankah belum lama ini ada tatto di punggungmu?" Ucap Jimin saat melihat punggung Minjeong yang terbuka.

Tidak perlu kaget, Minjeong memang sering sekali berpakaian seperti sekarang yaitu, bra sport yang ditutup jaket dan celana panjang, sesekali Minjeong membuka jaketnya membuat punggung dan perutnya terpampang. Namun itu bukan masalah bagi lelaki yang ada di sana, lagi pula siapa yang berani mengambil hak milik seorang Na Jaemin? Mau mati?

Ah, jangan kalian kira tempat mereka berkumpul ini di lengkapi dengan pendingin ruangan serta fasilitas penopang kenyamanaan lainnya, tentu saja tidak. Sedikit ruangan di atap rumah Jaemin dan Minjeong mereka sulap menjadi ruang berkumpul. Hanya kursi, meja, papan tulis, rak buku dann beberapa peralatan lainnya yang mendukung mereka untuk mencari wawasan. Terdapat proyektor juga, namun hanya di gunakan jika di butuhkan saja.

"Halo semua."

Haechan berdiri kemudian langsung menghadiahi satu pukulan di belakang kepala orang tersebut.

"Aw, Kak!"

"Kemana saja kau Jisung? Dijalan sampai setengah jam!" Ketus Haechan yang tak terima di bohongi.

"Maaf, aku harus menjemput adikku dulu." Ucap Jisung cengengesan.

Sialan!

"Langsung kita mulai saja kebetulan Jeno, Jimin, Haechan, Jisung dan Minjeong sudah disini." Ucap Jaemin menginterupsi. Sebenarnya Jaemin ini tipe orang yang santai, namun jika sudah menyangkut pekerjaan 100% akan berubah 180 derajat, Jaemin akan menjadi pribadi yang berambisi dan tekun.

"Beberapa hari lalu, Haechan mengirimiku berkas berisikan letak lukisan ternama yang ternyata di selundupkan oleh orang Itali. Mungkin menurut kalian tidak menarik, namun kalian tau harga lukisan tersebut?"

Semua disana saling lirik, penasaran dengan nominal yang akan Jaemin sebutkan.

"300 juta dollar."

Seisi ruangan nampak shok dengan nominal yang disebutkan, sepertinya sangat menjajikan.

"Tuan Abraham, si pemilik saham tambang minyak bumi lah yang menyelundupkan lukisan aslinya." Ucap Jaemin sebelum akhirnya sedikit mengutak atik laptop.

"Apa maksudnya Jaemin?" Tanya Jimin.

Kali ini bukan Jaemin, namun Minjeong yang menjawab, "beberapa bulan lalu, telah di lakukan pameran besar-besaran bahkan menghadirkan Perdana Mentri dan Presiden untuk pembukaannya. Saat itu lukisan tersebut memang di pamerkan, tetapi bukan yang aslinya. Tuan Abraham menggantinya dengan lukisan yang sangat mirip. Jika lukisan tersebut ada di tangan kita apa yang akan terjadi?" Minjeong menaikan satu alisnya.

"Negosiasi?" Tanya Jeno.

"Benar sekali Jeno." Jawab Minjeong kemudian tersenyum ke arah Jeno, "Pihak pameran mengetahui bahwa lukisan tersebut hanyalah tiruan dari yang asli, maka dapatkan lukisan yang asli dan ancam pihak pameran untuk menebusnya dengan cara, beberkan berkas transaksi kotor antara Tuan Abraham dan Pimpinan penyelenggara pameran."

Jaemin tersenyum melihat kekasihnya berbicara selincah itu, Minjeong bukan gadis imut, ia seorang yang berbahaya jika saja mereka adalah musuh.

Jisung yang sedari tadi diam memperhatikan kemudian membuka kaleng soda yang ada di hadapannya, "Kak Jaemin, lalu harus kita apakan tuan Abraham? Dia sangat kuat, koneksinya tidak bisa di anggap remeh."

"Jika koneksi mereka kuat tapi hanya di isi orang bodoh, untuk apa?" Jawab Jeno santai.

"Kita hanya tinggal menentukan tanggal survei lapangan." Celetuk Haechan tanpa memalingkan wajahnya dari layar handphonenya.

Sedikit informasi, sebenarnya saat Jaemin menjelaskam banyak hal tadi, Haechan hanya mengangkat kakinya sambil main game di ponselnya. Jaemin dan yang lainnya sudah tidak heran, lagi pula semua informasi yang mereka dapatkan sumbernya pasti dari Haechan, jadi tidak masalah dengan apa yang anak itu lakukan.

"Minggu depan."

MAFIA  // Jaemin WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang