8

251 9 0
                                    



Jisung kembali melajukan mobilnya, kemudian berhenti di minimarket yang berada tidak jauh dari tempatnya tinggal. Ia memarkirkan rubicon nya di depan minimarket.

Kacamata hitam, hoodie oversize, dan celana pendek menjadi style pilihannya malam ini, tampan dan muda.

Saat hendak masuk ke dalam minimarket, matanya malah menangkap keramaian di sebrang jalan, sepertinya kecelakaan.

"Mungkin itu seorang anak dan seorang ibu yang mengendarai mobil seenaknya, egois menguasai jalan, dan bodoh." Ucap Jisung kemudian mengunci mobilnya.

"Berikan aku sebungkus permen mint dan rokok." Ucapnya pada pelayan kasir.

Kasir tersebut kemudian memberikan apa yang di minta Jisung dan melakukan transaksi, "Totalnya 10 dolar, ada yang lain?" Tanya pelayan tersebut. Jisung menggeleng kemudian meraih Rokok dan permen miliknya.

Jisung keluar dari minimarket dan membuka kunci mobilnya, jika telat bisa habis di marahi oleh para kakaknya. Ia kemudian keluar dari area parkir dan melanjutkan perjalannya, saat melewati kerumunan orang yang ternyata belum sepi tak sengaja matanya melihat ke arah gadis yang tengah merintih kesakitan, lututnya luka dan sikunya berdarah.

"DIA!"

Jisung menginjak rem mendadak membuat jalanan berisik kelakson.

Lelaki itu kemudian menepikan mobil dan turun melihat ke arah kerumunan, ia tidak tahu kenapa sampai turun, rasanya seperti panggilan dari hati.

"Ada apa? Aku petugas kepolisian." Ucap Jisung, kalian kaget? Yap, Jisung adalah intel kepercayaan yang berhasil menyabet penghargaan selama 3 tahun berturut-turut.

"Tolong, ponselnya rusak dan dia linglung. Tidak ada yang bisa di hubungi, ambulance masih belum sampai." Ucap perempuan yang berdiri di sebelahnya.

"Aku akan memberinya tumpangan, ayo nona," Jisung kemudian berjongkok di sebelah gadis bule yang sedang menangis itu. Tangan Jisung berada di belakang tubuh gadis yang ia tolong, dan kedua tangan gadis itu mengalung di lehernya.

Jisung memapahnya perlahan-lahan kemudian masuk ke dalam mobil.

"Nona, maaf jika aku lancang, aku akan memakaikan sabuk pengaman untukmu." Ucap Jisung kemudian melakukan kegiatannya.

"Aku dikejar." Ucap gadis itu, kemudian menangis.

Lelaki itu bingung harus apa, menepuk bahunya tentu tidak sopan, apakah harus memeluknya untuk menenangkan?

Jisung menarik lengan gadis itu, membuatnya masuk ke dalam dekapan hangat yang Jisung buat, "Tenang, aku pihak berwajib. Tidak perlu khawatir kau aman." Tangan Jisung refleks mengusap punggung gadis yang kini terisak di pundaknya.

"Daniel."

"Maaf?" Ucap Jisung, ia tidak mendengar apa yang gadis itu bilang, suaranya sangat pelan.

"Namaku Daniel, Laurent Daniele Abraham."

Jisung terpaku sesaat.

"Ini adalah Berlian, tak ternilai." Gumamnya pelan dengan seringai.

"Kau berbicara sesuatu?" Tanya Daniel mendengar Jisung bergumam.

"Ah tidak, kita tidak punya banyak waktu, atau tubuh cantikmu akan ternoda oleh bekas luka."

Jisung menancapkan gas mobilnya, dengan cepat ia menuju rumah sakit, tidak perduli dengan para kakak nya yang nanti akan memarahinya habis-habisan karena datang terlambat. Pikirannya saat ini adalah, ada berlian di sebelahnya, para Kakak nya pasti bangga dengan apa yang ia bawa, pasti.

****

Laurent Daniel Abraham

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Laurent Daniel Abraham

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MAFIA  // Jaemin WinterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang