5. Hasil Laboratorium

2.3K 273 81
                                    

Kalian libur sampai kapan?

Boleh ga, komen juga selain next hehe

HAPPY READING

5. HASIL LABORATORIUM

"Maaf, ya cuma ngajak kamu makan bubur ayam di sini," ujar Rangga.

Rangga dan Kinaya sarapan bubur ayam di pinggir jalan dekat dengan sekolah Kinaya. Baru saja dua mangkuk bubur ayam yang dipesan disajikan.

Kinaya tersenyum. "Gapapa Kak. Aku suka kok bubur ayam." Ia melahap suapan pertama, disusul Rangga yang baru saja menyeruput teh hangat.

Kinaya menambah saus sambal yang tersedia di meja.

"Jangan pedas-pedas, Kinaya. Ini masih pagi, loh," celetuk Rangga yang dibalas kekehan oleh Kinaya.

"Saus sambal nggak pedas, kok, Kak."

Selang beberapa saat kemudian, Rangga memecahkan keheningan yang terjadi. "Oh, iya, nanti setelah pulang sekolah, kamu bisa ke klinik? Kemungkinan hasil laboratorium sudah keluar sejam kemudian. Tapi, maaf saya nggak bisa jemput kamu, karena nanti ada janji sama pasien."

Kinaya mengangguk. "Bisa, Kak. Kak Rangga nggak perlu jemput,kok."

Rangga mengangguk. Kinaya melanjutkan makannya.

"Maaf." Rangga menyeka sudut bibir Kinaya yang belepotan.

Kinaya menegang di tempat. Seperti ada sengatan listrik yang baru saja menyetrum tubuhnya. Ia bahkan tidak berkutik saking terkejutnya.

"Eh?" Kinaya menoleh setelah tersadar.

"Belepotan."

"Ma..makasih, Kak."

Rangga tersenyum menawan, senyuman yang cukup memikat hati perempuan. Tapi sayang Kinaya belum terpikat olehnya.

Rangga memanggil tukang bubur ayam kemudian membayar sejumlah uang padanya setelah selesai makan.

"Eh, Kak Rangga. Jangan dibayar, biar aku aja."

"Gapapa, biar saya aja."

"Aduh jadi nggak enak."

"Gapapa, Kin."

"Makasih ya Kak Rangga." Kinaya tersenyum.

"Pak, saya pesan satu ya dibungkus," lanjut Kinaya.

"Baik, neng."

"Buat makan di sekolah?" tanya Rangga.

Kinaya menggeleng, ia tersenyum penuh misteri. "Bukan, Kak. Buat seseorang."

Rangga hanya mengangguk menanggapinya walau sebenarnya ia penasaran seseorang yang dimaksud. Tidak lama kemudian penjual bubur ayam menghampiri dengan sebungkus bubur ayam. Rangga lebih dulu membayar lagi membuat Kinaya menolak dan mengembalikan sejumlah uang pada Rangga, namun Rangga menolaknya.

Setelah selesai, Rangga mengantar Kinaya ke sekolah. Mobil Rangga kini sudah berada di depan sekolah. Kinaya pamit turun dari mobil.

"Kak Rangga, sekali lagi makasih, ya, udah ngajak aku sarapan sekaligus nganterin aku ke sekolah."

"Sama-sama, Kinaya. Sekolah yang benar, ya. Jangan peduli apa kata orang tentang kamu. Kalau mereka bilang kamu A bukan berarti benar adanya. Jangan dimasukkin ke hati. Jangan lupa pakai eardpod kalau bisa." Rangga selalu mengingatkan pesan yang sama.

"Siap, Kak Rangga. Ya udah, aku turun ya." Kinaya melepaskan seat belt-nya, namun susah.

Rangga yang menyadari Kinaya kesulitan melepaskan seat belt akhirnya berupaya membantunya. Ia mencodongkan tubuh ke arah Kinaya.

Tarangga Untuk Kikanaya (republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang