Dua ribu dua puluh, tahun yang mengerikan bagi jutaan manusia di dunia. Bagaimana tidak? Virus corona menyelimuti seluruh negara dengan ancaman kematian. Kantor, sekolah, mall, taman, setiap tempat umum yang berkemungkinan menjadi tempat manusia besosialisasi ditutup sementara guma menghindari penularan virus yang menyerang paru-paru tersebut. Katanya, virus ini pertama kali ditularkan oleh hewan kelelawar yang dikonsumsi oleh orang-orang di China. Tapi kenapa penduduk Manado tetap sehat dan bugar meskipun mengkonsumsi hewan yang sama? Konspirasi demi konspirasi bermunculan tanpa ada petunjuk bagaimana cara menyebuhkan nya. Bukan itu. Cerita ini dituliskan bukan untuk membahas masalah virus tersebut dengan detail. Ini adalah kisah tentang perjalanan Djiwa dalam menemukan cintanya.
Djiwa Citra Karina. Seorang mahasiswa semester empat yang sedang sibuk menyelesaikan ujian semesternya. "Malem banget lagi..." keluhnya menatap keluar salah satu pintu Gedung Kesenian Jakarta. "Nab! Lo pulang naik apa?" Tanya nya menghentikan langkah salah satu temannya yang sedang sibuk bergelut dengan layar handphone nya.
"Bokap gue jemput, kebetulan kantornya di deket sini." Jawab Nabila dengan santai. Nabila. Gadis berperawakan mungil namun cekatan dalam berbagai hal. Ia merupakan salah satu teman dekat Djiwa yang kebetulan memiliki rumah searah dengan nya. "Lo pulang naik apa emang nya Djiw?" Tanya nya polos.
"Gak tau." Jawab Djiwa dengan gusar. Ia bingung bagaimana caranya pulang ke rumah, pasalnya rumah milik Djiwa terletak di kota yang berbeda. Kota Bekasi.
"Ck... udah ayo pulang sama gua. Duluan ya Nab!" Anna meraih lengan Djiwa dengan cepat. Nama nya Triana Dewi. Wanita berperawakan tinggi, berwajah cantik, friendly, dan aktif dalam berbagai kegiatan organisasi kampus. Hanya satu kekurangan yang dimiliki Anna, kurang serius dalam mendalami mata kuliah dari jurusan yang menaungi nya sekarang ini. Salah jurusan, itu alasan yang berulang kali ia katakan ketika teman-teman nya memprotes ketidak seriusan nya dalam berkuliah. "Kita harus ngejar transjabodetabek, cuma ada sampai jam sepuluh." Ucap wanita itu sambil berlari menarik Djiwa. Djiwa mengangguk sambil melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan lainnya. Tinggal dua puluh menit lagi, mereka harus segera sampai di halte.
Triana tinggal di kota yang sama dengan Djiwa, ia terpaksa tinggal di rumah milik nenek nya karena hanya rumah tersebut yang paling dekat dengan kota Jakarta. Ia asli nya berasal dari kota Cirebon dan tidak sengaja keterima kuliah di Universitas Negeri Jakarta hingga akhirnya berteman baik dengan ku. Djiwa. Gadis lugu berperawakan pendek berisi dan paling pandai di jurusan ku. Berbeda dengan Nabila dan Anna yang sangat menonjol di organisasi, aku hanya menonjol pelajaran. Aku memilih jalan yang berbeda dengan mereka karena trauma memiliki nilai hancur ketika masuk OSIS di masa SMA. Menurut Mama, berorganisasi cukup di SMA saja, dan aku menurutinya.
Kalau diejek anak mama, memang aku anak mama. Kalau tidak ada mama, mana bisa aku lahir dan hadir di cerita ini. Kuliah sastra menjadi cita-cita ku sejak SMP, dari kecil aku sudah hobby menulis. Mulai dari cerbung percintaan alay di facebook, cerpen lawak, hingga teenlit gemas di wattpad. Wajar jika aku keterima kuliah sastra, bahkan guru bimbingan konseling ku saat SMA sangat antusias mencantumkan judul-judul novel online ku di surat rekomendasi undangan masuk universitas.
YOU ARE READING
Sangkara Djiwa
ChickLitSangkara. Pria berumur 24 tahun yang tak kunjung menyelesaikan kuliahnya dipertemukan dengan Djiwa wanita super panik yang meminta bantuan untuk menyenangkan hati orang tua nya. Ini perjalanan mereka berdua yang sedang belajar menjadi dewasa dalam m...