4. Sidang Rahasia

3 0 0
                                    

Sangkara :
"Hai Djiwa, lagi ngapain?"

Sebuah kalimat basa-basi yang kunantikan selama empat hari menunggu. Langkah ku mulai melambat begitu membaca pesan tersebut. "Buruan Djiw, lima menit lagi masuk!" Seru Nabila sambil berlarian membuat ku tersadar dan langsung menyusulnya. Hari ini mata kuliah favorit ku, dasar-dasar filsafat. Meskipun dosen ku sangat ketat terhadap aturan, aku tetap semangat mengikuti kelas yang dibawakannya dengan asik.

Djiwa :
"Mau kelas filsafat. Kenapa?"

Sangkara :
"Kalau free, call gue ya! Gue tungguin!"

Sebuah pesan yang mampu membuat bibir ku tersenyum senang tak sabar menunggu kelas filsafat selesai. Meskipun kelas ini menyenangkan, aku tidak sabar bertukar cerita kembali dengan Sangkara. Aku senang bertemu teman bicara yang mampu menghargai pendapat ku tentang apapun. Waktu terus berjalan, satu jam sudah kami membahas teori Aristoteles tentang pengertian filsafat. Kepala ku hampir pecah, namun pelajaran ini tetap menjadi pelajaran favorit ku karena sangat mind-blowing jika dipikirkan terus menerus.

"Udah kuliah pagi, masuknya cuma satu mata kuliah, ngerjain aja ini UNJ." Celetuk Nabila ditengah perjalanan pulang kami berdua. "Si Anna kemana sih? Kok dia gak masuk kelas filsafat?" Tanyanya sambil menatap keluar jendela bis transjabodetabek yang sedang kami naiki.

"Gak tau." Kedua bahu ku terangkat. "Paling lagi jagain keponakannya. Dia kan aunty idaman para bayi." Lanjut ku menerka-nerka.

Djiwa :
"Gue lagi di jalan pulang, mungkin satu jam lagi gue telepon."

Sangkara :
"Jangan! Jam tiga sore-an aja telepon nya 🙏"

Djiwa :
"Oke."

"Siapa sih?" Nabila mengintip layar handphone ku dengan penasaran. "Buset siapa? Cowo baru?" Senyum ku melebar seketika. "Mana lihat! Ganteng gak?" Tangan Nabila menyambar handphone ku lalu ia membuka foto profil Sangkara. "Ganteng sih, tapi wibu."

"Kok wibu?" Mata ku membulat penuh tanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kok wibu?" Mata ku membulat penuh tanya. Nabila mengangguk yakin sambil menyipitkan mata agar fokus mengamati foto profil Sangkara.

"Pegang buku Death Note itu kan dari anime Jepang. Fix dia wibu!" Tembank Nabila menjawab pertanyaan ku. "Kenal darimana?" Lanjut wanita mungil itu bertanya.

"Dating App. Biasalah..." Nabila mengembalikan handphone dengan bibir membentuk huruf o. "Namanya Sangkara. Gue suka deh sama dia, tapi banyak hal juga yang bikin gue mikir." Ungkap ku memulai sesi curhat ditengah perjalanan pulang kami berdua.

"Kenapa?" Nabila antusias mendengarkan curhatan ku. Hal tersebut dapat ku tangkap dari tatapannya yang mulai serius dan duduknya yang mulai tegap.

"Dia mahasiswa kaya kita, tapi abadi. Kuliah nya udah enam tahun, tapi lagi skripsian sih sekarang. Lo tau kan gue sukanya cowo pinter? Kalau dia abadi berarti kan gak pinter." Jawab ku membuat posisi duduk Nabila mengendur.

Sangkara DjiwaWhere stories live. Discover now