Bagian 02

182 27 0
                                    

《 BAGIAN DUA : KELUARGA 》

"Kalian itu udah seperti keluarga gue

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kalian itu udah seperti keluarga gue. Gue berbagi keluh kesah, rasa bahagia, rasa capek, dan yang lain. Gue nggak sendiri lagi―gue punya kalian yang selalu ngedukung gue. Terima kasih, sahabat."

- Mahardika Sanjaya -

HAPPY READING

.
.

"SAHABAT"

Satu kata, tujuh huruf, namun memiliki ribuan makna. Bagi Dika sendiri, sahabat adalah orang-orang yang selalu mendukung dan selalu berada di sisi kita bagaimanapun kondisi yang sedang dihadapi; entah itu dalam suka maupun duka. Ribuan teman saja tidak cukup jika berhubungan hanya saling memanfaatkan. Hanya butuh satu sahabat yang benar-benar mengerti tentang diri kita―dan Dika sudah mendapatkannya. Tentu Dika merasakan kebahagiaan dan warna cerah kembali dalam kehidupannya walau sempat warna kelabu memenuhi langkahnya untuk tidak maju dan bertahan.

Dulu, Dika sempat ingin menyerah dengan semuanya. Dika lelah, sangat. Dika tak bisa bertahan dengan segala rasa sakit dan luka yang ia derita. Beruntung salah satu sahabatnya mencegahnya untuk tidak melakukan hal yang di luar kendali. Dika ingin bunuh diri, Dika merasa tak ada lagi yang bisa membuatnya bertahan. Kedua orang tuanya tidak akan pernah bisa menyayanginya, memberikan kasih sayang padanya walau lewat usapan atau pelukan. Myra―seorang ibu yang Dika pikir akan menyayangi dan mendidiknya seperti seorang ibu pada umumnya. Dika pikir, ibunya adalah cinta pertama yang akan selalu memberinya kebahagiaan. Ternyata, Myra adalah luka pertama yang takkan pernah bisa Dika lupakan.

Dika ingat betul ketika di saat dirinya melihat ibunya sedang dipeluk oleh seorang pria yang usianya bahkan lebih jauh di atas―juga memiliki harta yang berada jauh di atas dibanding keluarganya. Itulah sebabnya Myra memilih pergi bersama pria itu dan meninggalkannya serta sang suami. Tak lama setelah itu, sang ayah pun melakukan hal yang sama. Memilih wanita lain, saling bercumbu tak kenal waktu lalu memilih pergi meninggalkannya. Hal lain apalagi yang bisa membuat Dika bertahan? Tentu tidak ada. Tak sekali dua kali Dika mencoba untuk membunuh dirinya sendiri, namun lagi-lagi Tuhan memberikannya kesempatan melalui sahabatnya.

Sekarang Dika mengerti, bahwa hidup itu lebih baik dihargai dan dinikmati. Karena tak selamanya hidup membawa duka, terkadang hidup membawa warna cerah. Dika melalui semuanya dengan hati yang tenang―meski terkadang bayang-bayang orang tuanya selalu hadir tanpa disengaja.

"Dik, gue pikir lo nggak ke sini."

Dika terkekeh ringan. Tangannya yang mengapit benda bernama rokok tersebut kembali ia hisap cukup dalam dan mengembuskan asapnya secara perlahan. "Gue nggak mungkin nolak ajakan kalian. Lagian gue kangen banget ngumpul bareng kayak gini, karena ya sama-sama taulah alasannya pasti sibuk. Sibuk kerja, sibuk kuliah, terutama sibuk pacaran."

The Sweetest [NoHyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang