PAMAN PITA MERAH: 1.2

264 34 0
                                    







️️






"Jin Ling!"

Lan Shizui melambaikan tangannya, berseru dengan nada hampir tak berteriak, pada anak dalam gendongan Jin Zixuan yang tengah berjalan menghampirinya yang di gandeng sang ayah, Lan Wangji.

"Selamat datang, HanGuang Jun, dan siapa ini? A-Yuan? Paman salah lihat tidak?"

Shizui cemberut, waktu lalu, paman Zixuan memanggilnya dengan nama Jingyi. Karena kata paman Zixuan, Shizui dan Jingyi seperti anak kembar. Berdua kemanapun, bertengkar kalau sempat, berbaikan lagi saat pulang. Padahal sebenarnya itu hanya akal-akalan pemimpin sekte Jin, yang senang menggoda keponakan kecilnya saja.

"A-Yuan, biarkan saja pamanmu. Ayo ikut, ada sup akar teratai dan iga sapi khusus bibi buatkan untuk A-Yuan."

Kedua bola mata abu-abu itu seketika berkilauan menatap Jiang Yanli yang menyusul datang di belakang suaminya, Jin Zixuan.

Shizui tak langsung mengiyakan, ia hanya menoleh pada Lan Wangji lebih dulu. Dan ketika sebuah anggukan, juga senyuman pasti dari ayah dan paman Xichen-nya ia tangkap sebagai izin, Shizui segera melepas genggaman dari tangan sang Ayah dan menyambut uluran tangan Yanli kemudian.

"Zewu Jun, HanGuang Jun. Silahkan duduk dulu, saya akan mengantarkan A-Ling untuk turut makan lebih dahulu."

Kedua kakak beradik itu mengangguk, Wangji menatap Shizui yang tersenyum cerah padanya sesaat sebelum mengikuti langkah Yanli menuju ruangan lain di kediaman ketua sekte Lanling Jin ini. Dan ia kemudian dengan yakin melihat sosok dengan jubah hitam, berjalan dari ruangan lain menuju ruangan sama dengan yang Shizui tuju bersama Yanli juga Zixuan.

"Wangji."

Panggilan sang kakak, menghentikan niatnya mencari tahu. Saat menoleh, Wangji mendapati sebuah gelengan samar dari Xichen. Ia hanya diam, kemudian memilih untuk mencari tempat tenang di sekitar sini.

Xichen menatap sedih punggung sang adik yang semakin menjauh, ia bergumam pelan. "Maaf, Wangji."






️️





"Paman!"

"A-Yuan!"

Kekehan anak itu membuat orang dewasa di sekitarnya tersenyum. Shizui merentangkan tangannya dan mendapat sambutan berupa sebuah pelukan sebelum merasakan tubuhnya di angkat oleh paman yang barusan di peluknya.

"Aku kira paman tak di sini."

Belum juga bertanya kabar, Shizui sudah melepaskan kejujuran akan pikiran buruknya. Membuat lelaki yang menggendongnya tak tahan untuk mencubit pipi tembam bocah yang hampir berusia sembilan tahun itu.

"Kau ini, siapa yang mengajarimu berburuk sangka? Hmm? Pasti ayahmu, kan. Mengaku saja."

Shizui tertawa lepas saat lelaki yang menggendongnya, menggelitik perut juga pinggangnya. Yanli tersenyum akan interaksi hangat dua orang ini, "A-Xian. Biarkan A-Yuan makan dulu. Ayo, sini A-Yuan?"

Wei Wuxian menatap Shizui(A-Yuan) yang sejak tadi juga menatapnya saat Yanli berbicara. Ia tersenyum dan menurunkan Shizui untuk duduk di kursi meja makan, begitu juga dirinya. Duduk tepat di sisi Shizui dan memberikan mangkuk berisi nasi ke sosok yang memiliki mata persis dirinya.

"A-Yuan, makan yang banyak. Tapi jangan sampai habis tak bersisa, takutnya akar teratai itu malah tumbuh di perutmu." Wuxian menahan tawa saat melempar godaan iseng pada Shizui.

Yang kemudian membuat dua bola mata Shizui melebar, menatap Wuxian dengan kilat ragu di sana. "Apa benar akan tumbuh?"

Wuxian mengangguk kecil, kemudian mengaduh saat merasakan sebuah pukulan kecil di belakang kepalanya. Saat melihat siapa pelakunya, ia makin bersungut-sungut. "Jiang Cheng?! Aish, sakit sekali."

"Jangan bicara yang tidak-tidak Wei Wuxian." Jiang Cheng melirik sinis, kemudian tatapannya menghangat saat menatap Shizui. "Habiskan makanmu, A-Yuan. Atau Ayahmu akan marah."

"Hei! Biarkan saja. Memangnya HanGuang Jun akan mudah marah sepertimu? Cih."

"Ya ya ya, dia hanya tak pernah marah pada Wei Wuxian."

"Jelas. Siapa yang berani marah padaku? Ketua klan Jiang pun tak pernah memarahiku. Kecuali-" Wuxian menatap Jiang Cheng dengan tatapan tak suka. Yang di hadiahi sebuah tatapan tajam.

"Kau!"

"Hei sudah-sudah. Kalian tak seharusnya berdebat di depan anak-anak." Yanli melerai, kedua adiknya tak pernah berubah.

"Memangnya Ayah kenal dengan Paman?" tanya Shizui pada Wei Wuxian, membuat lelaki itu terdiam dan menatap Jiang Cheng yang langsung mengalihkan pandangan.

"Siapa yang tak kenal HanGuang Jun, anak baik. Habiskan dulu makanmu. Tidak boleh bicara saat makan. Kau melanggar aturan sektemu, tahu."

"Paman tahu banyak soal peraturan Gusu? Apa paman pernah belajar di Gusu? Paman pasti teman Ayah, kan?!"

Bukannya diam dan menurut, Shizui justru memberondong Wuxian dengan pertanyaan. Membuatnya tersenyum kikuk dengan kekehan canggung setelahnya.

"Ah sudahlah, cepat habiskan makanmu. Kita akan kembali memanah. Atau kau tak akan ku biarkan mengikutiku lagi."

Shizui lantas terdiam, tekun menghabiskan makanannya karena ia tak mau jika Wuxian sampai melarangnya mengikuti kemana Wuxian pergi. Dengan dalih ingin di ajari ini itu, padahal Shizui hanya merasa nyaman dan ingin berlama-lama bersama Wuxian, sama seperti Wuxian yang selalu memiliki akal untuk membuat Shizui mengekor padanya.

Jiang Cheng yang melihat interaksi keduanya, hanya mampu melembutkan pandangan. Yanli dan Zixuan di sisinya pun saling tatap, lantas perempuan satu-satunya itu beralih menatap adiknya. Memberi usapan lembut pada lengan pemuda Jiang itu, seakan tahu apa yang adiknya pikirkan.

"Wei Wuxian itu..."

Yanli menahan senyum di sudut bibirnya, "A-Cheng, temani A-Ling makan. Mm?"

Jiang Cheng menatap sang kakak, kemudian menghela napas panjang sebelum duduk di sisi keponakannya yang lebih muda dari Shizui.

"Bibi, paman. Kami permisi dulu."

Zixuan dan Yanli mengangguk pada salam sopan yang Shizui lakukan, sebelum putera Lan Wangji itu berbalik mengikuti Wei Wuxian yang sudah lebih dulu meninggalkan ruangan. Menunggu sang putera, di sebuah dahan pohon yang kuat.

Shizui membawa langkahnya, menuju ke dalam hutan di belakang kediaman ketua sekte Jin. Ia tahu bahwa Wuxian akan seperti ini. Bersembunyi sampai kejelian Shizui mampu menemukan dirinya tak lama lagi. Namun sepertinya kali ini, kebiasaan kebiasaan itu tak akan berhasil.

Sebuah asap pekat hitam tiba-tiba muncul dan mendorong punggung Shizui hingga bocah itu tersungkur. Dalam tenangnya, ia hanya terbatuk kecil dan berusaha bangkit. Namun asap hitam yang datang dari kedua sisinya, kembali menyerang dirinya. Tak sempat mengelak, ia kembali terhuyung. Jatuh dengan punggung terkena tanah lebih dulu.

"Paman!"

Teriak Shizui, mengira asap itu buatan Wuxian. Belum sempat ia memanggil nama Wuxian, asap hitam itu berkumpul dan menghantam dadanya. Amat keras hingga Shizui kecil hanya bisa berteriak dalam kesakitan saat cairan merah pekat kemudian mengalir di sudut bibirnya. Dan bocah Lan itu lantas tak sadarkan diri, tepat ketika pandangan kaburnya menangkap sosok berjubah hitam, memanggil namanya dengan sangat indah namun terasa begitu khawatir di nadanya. Shizui tersenyum dan bergumam,

"Ibu..." sebelum kedua matanya tertutup. Jatuh pingsan.






️️





️️





️️





️️






BAGIAN DUA: PAMAN PITA MERAH, SELESAI.

PUZZLE PIECES - WANGXIAN STORIESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang