l'inizio (Awal Mula)

13 4 1
                                    

Aku terduduk lesu seraya memandangi layar ponselku. Bateraiku habis, sedangkan halaman sekolah mulai sepi. Langit mulai gelap, padahal ini masih pukul 2 siang. Sepertinya hujan akan turun sebentar lagi.

Kugerakkan kakiku yang mulai gatal. Rupanya banyak nyamuk di dalam pos satpam ini.

Tiba-tiba seseorang menghampiriku dari kejauhan.

"Permisi mbak, Aleya nya apa sudah pulang?" tanya orang tersebut padaku.

"Udah semua, Pak. Ini tinggal saya aja disini," jawabku, berharap akan diberi tumpangan pulang ke rumah.

"Wah, berarti saya telat jemput ya, mbak. Mbaknya mau saya antar pulang?" hatiku bersorak. Akhirnya aku diberi tumpangan juga olehnya.

Aku bergegas mengangguk dan mengikuti langkah orang tersebut.

Mobilnya di parkir agak jauh dari sekolah. Orang ini sangat ramah, bahkan ia membukakan pintu mobilnya untukku.

Setelah ia menanyakan alamat rumahku, ia mengajakku mengobrol banyak hal. Sesekali aku tertawa karena memang lucu. Namun tiba-tiba ada hal aneh yang ia tanyakan.

"Saya biasanya suka makan di sekolah mbak loh," ujarnya. Aku langsung berprasangka buruk, mengingat tidak ada kantin di sekolah kami. Namun aku berusaha menguasai diri.

"Makan di warung depan sekolah maksutnya, Pak?" tanyaku.

"Bukan mbak. Ya di dalam sekolahnya mbak tadi," jawabnya. Perasaanku tiba-tiba tak enak. Aku merasa orang itu menatapku dengan tatapan tajam namun tetap tersenyum.

"Hm, maaf pak. Di dalam sekolah saya tidak ada penjual makanan," ucapku sedikit gemetar.

"Ya, memang nggak ada mbak, tapi bahan makanannya kan ada," orang itu menyeringai mengerikan sekali.

Tanganku meraih gagang pintu mobil, berusaha membuka paksa meskipun aku tau hasilnya nihil.

Jalanan semakin gelap, tampaknya orang tersebut membawaku ke tempat yang sudah ia rencanakan untuk membunuhku, bukannya mengantar aku pulang.

Lama-lama aku pasrah saja. Mau apalagi aku hidup di dunia ini? Mama dan papa sudah tak peduli lagi padaku. Mereka sudah punya keluarga baru masing-masing.

Mobil berhenti di depan bangunan kosong di tengah hutan.

Orang tersebut membukakan pintu dan menggiringku untuk masuk ke dalam bangunan tersebut.

"Bapak kalau mau bunuh saya, bunuh aja Pak. Orang tua saya udah nggak peduli juga sama saya. Jadi, saya hidup untuk siapa? Mending bunuh aja saya, Pak," seruku, lantang. Membuat orang tersebut makin mendelik ke arahku.

Ia sudah mengambil sebilah pisau yang sangat besar.

"Saya tau kalau hidupmu menderita. Makanya saya jemput kamu dari sekolah terkutuk itu. Hahaha," ia tertawa sinis.

Pantas saja, tadi orang itu mencari Aleya. Aleya kan juga anak broken home seperti aku. Jadi sebenarnya bapak ini siapa sih? Kenapa ia tau masalah-masalah yang kami alami?

Pisau itu sudah mengarah di leherku. Aku menutup mata. Aku siap meninggalkan kehidupan dunia yang memuakkan ini.

Bersambung....

SOGNAREWhere stories live. Discover now