《01: Problem》

169 11 1
                                    

Typo berserakan, and Happy reading

“Na gua gak bisa Nganter lu deh keknya? gak papakan?” tanya pemuda bermata sipit pada pemuda manis di depan nya.

“Uemm..Emang nya kenapa Jen?” balas pemuda manis itu.

“Gue mau kencan sama kakak lo hehe” balasnya sambil menggaruk tengkuk nya yang tidak gatal.

“Oh yaudah gak papa kok, Nana juga baru inget kalo Nana ada janji sama seseorang” balas nya dengan senyum manis.

“Janjian sama siapa lo? gebetan lo ya? uluh uluh nana udah gede yah sekarang” ucapnya sambil mengusap pucuk kepala Nana.

“Hahaha apaan sih Jen cuman temen kok, yaudah Nana pergi dulu ya, bye Jeno” pemuda manis itu melangkah kannya menjauh dari hadapan pemuda bermata sipit itu–Jeno

“Jeno~” seorang pemuda manis datang menghampiri Jeno dan langsung bergelayut manja pada lengan pemuda itu.

“Eh sayang, kita pergi sekarang Yuk?” sambil merangkul pinggang pemuda itu yang tak lain adalah kekasihnya–Renjun– kakak Nana

Kedua cucu adam itu berjalan sambil bercanda riya menuju parkiran, tanpa mereka sadari ada seseorang yang menyaksikan itu dibalik sebuah tembok, sambil meremat dada nya yang terasa sesak.

“Kenapa ini begitu menyakitkan tuhan?” kemudian dia baranjak dari sana.

*********
“Nana pulang” ucap pemuda manis itu saat mamasuki mension mewah milik ayahnya.

“Darimana aja kamu? udah jam berapa ini hah? sekolah udah pulang dari tadi” tanya sang bunda bertubi-tubi.

Bukan sambutan yang dia dapat tapi malah dicerca dengan pertanyaan-pertanyaan yang memuakkan.

“Bukan urusan bunda” ucapnya datar.

“Na Jaemin!! Kurang ajar ya kamu sama bunda!” bentak sang bunda marah.

"Kenapa sih bunda? Bunda juga gak pernah pedulikan sama Nana? So, stop berpura-pura khawatir sama aku" balas Jaemin masih dengan nada datar.

"Nyesel bunda lahirin anak kaya kamu, seharus nya bunda gugur—

—Nana jauh lebih nyesel karena lahir dari ibu kaya bunda. Andai Nana tau kalo hidup Nana Bakalan kaya gini lebih baik Nana gak usah lahir. Stop urusin hidup Nana cukup urus anak kesayangan bunda itu" Usai memotong dan menyucapkan perasaannya. Jaemin pergi berlari menaiki tangga.

Winwi —bunda Jaemin langsung terdiam saat mendengar ucapan Nana barusan, dia mati kutu, tidak bisa membela diri karena dia sadar betul bahwa itu memang benar.

"Nana dengarin bunda dulu!!"

Seolah tuli, Nana mengabaikan teriakan sang buna dan terus berjalan menuju kamarnya yang berada dipojok belakang mension ini.

Nana sampai di depan pintu bercat putih bersih kemudian membukanya. Terpampanglah kamar milik Nana yang hampir semua hal berwarna putih.

Terlihat monoton memang persis seperti hidupnya yang tiada berwarna, hanya ada kehampaan dan kekosongan.

“Hah” Nana menghela nafas berat. hari yang membosankan untuk kesekian kalinya ia jalani.


Jaemin cobalah untuk bahagia, jangan berpura-pura

“Dylen aku sudah mencobanya. Tapi aku tidak bisa maafkan aku” lirih nya

Painful Paradise// NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang