Part 3 (durian)

7 3 0
                                    

Happy Reading
-
-
-
-

Hari ini tepat 10 bulan kelahiran Chan. Chan sudah memahami apa yang selama ini manusia pada umumnya rasakan. Namun sifat polosnya masih melekat pada diri Chan. Mungkin karena dia yang tinggal diantara setiap manusia dewasa yang selalu memanjakannya.

"Bibi Lily!" Chan datang dari luar dapur menghampiri Lily yang sedang menyiapkan bahan masakan.

Lily tersenyum menghadap Chan dan menyambut rentangan tangan pria mungil didepannya dan mengangkat tubuh kecil itu ke atas meja bar.

"Chan hari ini ingin makan malam dengan apa?" Tanya Lily kepada Chan. Chan yang mendengar itu memegang dagunya seolah berfikir.

"Chan ingin daging!" Chan tersenyum gembira dengan memainkan kakinya yang menjuntai.

"Baiklah kita akan memasak daging." Jane mulai memasak dengan Chan yang selalu memperhatikan setiap pergerakannya. 

Merasa bosan, tangan Mungil milik Chan mulai bertingkah nakal. Tangannya mendekati sebuah wortel. Jane yang melihat itu segara memukul ringan tangan kecil itu menggunakan spatula yang dia gunakan.

"Chan mau itu~" ucap Chan merengek.

"Nanti!" Lily melanjutkan kegiatan memasaknya dan tidak memperdulikan rengekan Chan. Chan yang melihat itu mengerucutkan bibirnya sebal.

"Bibi Lily dimana Eira master?" Chan melihat kakinya yang mengayun indah dibawah sana.

"Master sedang ke tempat kerjanya. Katanya dia akan memiliki proyek baru," ucap Lily masih fokus dengan masakannya.

Lily melirik sedikit dan mendapati Chan mengangguk dengan bibir membentuk huruf o. Lily gemas dan mencubit salah satu pipi merah muda itu, Chan hanya bisa meringis kesakitan.

Chan turun dari duduknya dan memilih duduk di ruang makan yangng hanya dibatasi sekat dengan dapur.

Ding dong

Ding dong

Suara bel pintu terdengar menggema di rumah megah itu. Chan yang mendengar itu menatap Lily dengan binar bahagia.

"Biarkan Chan yang buka. Biar Chan saja." Chan berlari menuju pintu utama. Lily menggeleng dengan senyum gemas. Anak itu berpikir bahwa masternya yang memencet bel pintu, sehingga dia sangat bersemangat untuk membukanya.

Senyum Chan luntur perlahan digantikan dengan raut gelisah. Seorang pria asing seumuran dengan masternya berdiri didepan nya. Chan merasa takut karena selama ini dia hanya berada didalam rumah dengan setiap asisten yang Eira miliki.

Pria itu menatap Chan bingung. Pasalnya, dia beberapa kali datang kemari dan mengetahui setiap asisten yang Eira miliki di rumah ini.

'Apakah di asisten baru Eira? Tapi Eira tidak mungkin mempekerjakan seorang anak di bawah umur seperti ini,' batin pria itu.

"Ss-siapa?" Ucap Chan dengan bibir bergetar.

Mendengar suara bergetar Chan, pria itu segera menghilangkan lamunannya dan bertanya, "Apa nyonya Eira ada?"

"Master... Master..." Chan memberikan tatapan takut dan mata yang mulai berkaca-kaca. Pria itu menatap Chan bingung. Apakah anak itu merasa takut kepadanya?

"Master... MASTER... HUA... MASTER." Kali ini bukan cicitan kecil lagi, melainkan teriakan kencang dari Chan. Chan menangis dan meraung-raung. Pria itu kelabakan dan mencoba menenangkan Chan. Namun bukannya berhenti, Chan semakin mendalami tangisannya.

"MASTER... MASTER..." Masih dengan tangisannya Chan berteriak memanggil nama masternya.

"Chan. Chan kenapa nak?" Lily berlari tergopoh-gopoh dari dalam dapur. Chan yang mendengar suara Lily segera berlari menghampiri Lily dan bersembunyi dibalik tubuh Lily. Melihat wajah merah dengan ingus di hidung kecil itu Jane merasa kasihan.

The Perfect Hybrid (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang