Tolong, aku kedinginan.
ㅡㅡㅡㅡㅡ
"Terima kasih untuk kerja kerasnya hari ini!"
Seonghwa membungkukkan badannya seraya tersenyum kepada rekan-rekan kerjanya sebelum kemudian berlalu keluar dari sebuah kafe tempatnya bekerja. Pemuda bertubuh jangkung dengan proporsi tubuh ideal bak model, kulit sedikit tan yang terlihat begitu mulus tanpa cela, wajah rupawan dengan bibir berisi, hidung bangir, dan netra indah yang selalu berbinar seakan terdapat bintang di dalamnya. Tatapannya begitu lembut dengan senyum manis dan surai merah muda sudah menjadi ciri khasnya.
Seonghwa baru saja menyelesaikan shiftnya malam ini sebagai seorang barista di sebuah kafe sudut kota. Dan seperti biasanya, kini ia tengah duduk di kursi halte sembari beberapa kali menggosokkan kedua tangannya. Malam ini cukup dingin dan sialnya Seonghwa tidak membawa jaket tebalnya. Ia terlihat menggigil kecil sambil sesekali meniup kedua telapak tangannya, berharap membawa sedikit kehangatan.
"Hei nak, aku dengar tidak akan ada bus yang lewat malam ini. Ada pohon besar yang tumbang di tengah jalan. Pohonnya menghalangi rute bus untuk sampai disini." Seorang lelaki tua pemilik kedai ramyeon yang memang sejak tadi memperhatikan Seonghwa duduk sendirian di halte menghampiri.
Seonghwa terkesiap ketika mendengar suara serak khas laki-laki tua yang menyapa gendang telinganya.
"Ah benarkah? Sayang sekali." Seonghwa tanpa sadar cemberut, ia kedinginan dan ingin segera menggulung diri dalam selimut tebalnya.
"Sebaiknya kamu meminta dijemput oleh teman atau kekasihmu saja. Malam semakin dingin." Pemilik kedai pun menyarankan.
Kekasih ya? Kenapa Seonghwa tidak kepikiran.
Seonghwa kemudian tersenyum. "Baiklah, terima kasih Pak."
"Kalau yang menjemputmu membutuhkan waktu yang lama untuk sampai. Mampirlah ke kedaiku dulu, setidaknya di sana hangat." Bapak pemilik kedai ramyeon pun berlalu setelahnya.
Setelah memastikan pemilik kedai kembali pada kedainya dengan selamat, Seonghwa segera merogoh sakunya untuk mengambil ponsel ㅡuntuk menghubungi kekasihnya tentu saja.
Seonghwa menekan tombol panggilan darurat yang memang diatur menjadi nomor kekasihnya. Membutuhkan waktu beberapa saat sampai suara kekasihnya terdengar dari ponselnya.
"Ada apa?"
Seonghwa tersenyum, kekasihnya ini memang sangat to the point.
"Kamu dimana? Bisa tolong jemput aku?"
"Aku sedang diluar. Kenapa harus dijemput? Biasanya juga sendiri."
"Ada pohon besar yang tumbang menghalangi rute bus. Aku tidak bisa pulang."
"Baiklah tungg-
Hongjoong kemari!
-maaf Hwa, sepertinya aku tidak bisa."
Seonghwa tersenyum getir. Ia dapat mendengar dengan jelas bahwa ada suara seorang wanita memanggil nama kekasihnya. Yang sialnya suara tersebut begitu akrab ditelinga.
"Aku kedinginan, Hongjoong. Disini dingin." Seonghwa berbicara dengan suara lirih.
Kemudian hening. Tidak, Seonghwa belum menutup panggilannya. Ia membiarkan hening menguasai percakapan mereka. Mungkin Hongjoong ㅡ kekasihnya ㅡ tengah berkutat dengan pikiran, antara menjemputnya atau membiarkannya kedinginan ㅡ dan sendirian.
"Tunggu disitu, jangan kemana-mana."
Seonghwa tersenyum senang setelahnya.
ㅡㅡㅡㅡㅡ
To be continued.
©marsverse, 2023.
Seluruh tokoh disini tidak ada hubungannya dengan mereka di kehidupan nyata.
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days; Joonghwa.
Romance[a joonghwa short story] ❝Let me go.❞ ❝No, never.❞ ㅡ Ketika cinta dan realita berdiri pada derajat yang sama. Antara mempertahankan atau melepaskan. ㅡ ❝I'm tired.❞ ❝So do I.❞ ❝Kita mungkin memang ditakdirkan Tuhan untuk bertemu, tetapi tidak untuk b...