02 'kembali patah'

85 17 0
                                    

Apakah adil aku hidup seperti raja, sedangkan hidupmu entah bagaimana
bahkan kau....

...dimana?

_o0o_

Langit sore semakin menggelap menyelimuti sang mentari yang akan tertidur di ufuk barat. Terlihat seorang lelaki berjalan dengan cepat. Langkah wirza yang lebar membuat dirinya bisa berjalan cepat, ia tidak bisa menahan rasa pusingnya lagi.

Jalan trotoar yang semakin ramai membuat wirza kelimbungan karena jam seginilah jam orang-orang pulang dari pekerjaan mereka, wirza mengeraskan badannya dan berdiri tegap agar bisa membelah kerumunan ini.

Brakkk

Wirza terkejut ketika seseorang menabrak bahunya dari belakang, dengan sigap wirza menangkap pinggang orang itu dan membawanya untuk dekat dengan tubuhnya supaya wirza tidak ikut terjatuh.

Seorang wanita bermata coklat madu yang sayu seakan tidak memiliki cahaya yang terpancar, bulu mata lentik, pipi tirus dengan wajah pucat pasi. Jantungnya berdegup kencang, saking kencangnya sampai ingin berhenti. Mata wanita itu mirip mata seorang wanita yang selalu menghantui wirza.

" kakak?" Ucap wirza pias dalam hati.

Tersadar akan pikirannya sendiri, ia menggeleng cepat untuk menampirkan pikiran tak warasnya itu. Wirza kemudian segera melepas wanita itu. Wanita tersebut menunduk berterima kasih dan langsung berjalan cepat berbaur dengan ramainya orang-orang disini.

Tangannya mengepal kuat sampai ujung kukunya putih pucat, hatinya berdenyut nyeri. Seseorang yang selalu ia cari, yang selalu menjadi mimpi buruknya, yang selalu mengikat hatinya tiba-tiba muncul secara nyata didepan matanya.

' tidak, sepertinya aku hanya salah menyangka, itu tidak mungkin kan?' Wirza menampik perasaan dan pikiran itu jauh-jauh.

Bahunya melemas membiarkan orang-orang menabrak dirinya. Ia mengerang prustasi di dalam hati, mengapa hidup selalu bermain-main dengan dirinya. Dengan langkahnya yang melambat wirza pergi menuju apotek untuk membeli obatnya.

Setelah membeli obat, wirza langsung pulang dalam keadaan gelisah. Tentang wanita tadi masih bertengger manis dikepalanya.

Sesampainya di rumah, wirza segera melepas stelan jaznya untuk ia kirim ke laundry lalu memakai kimono dan membuat segelas susu untuk ia minum. Sambil menunggu susunya menghangat wirza meminum obatnya.

"Sial." Desis wirza sambil memukul pelan laci penyimpan piring di atasnya.

Ia mengusap wajahnya gusar. Tak lama susunya pun sudah siap wirza memimun susu hangat tersebut. Perlahan hangatnya menjalar keseluruh tubuhnya yang dingin.

Setelah itu wirza langsung beranjak untuk mandi, selang beberapa menit wirza berjalan menuju lantai atas ke kamarnya.

Ia merebahkan tubuhnya di atas sofa di dalam kamarnya, matanya tertuju pada langit-langit kamarnya.

" siapa wanita tadi? Kenapa begitu mirip?."

Wirza memejamkan matanya sambil mengingat kembali wajah wanita tadi meskipun wajahnya wanita dewasa tapi dia sudah ratusan kali memimpikan wajah gadis kecil itu, mata dan guratan wajahnya begitu mirip.

" kenapa baru muncul? Ah tidak, mungkin memang aku yang salah sangka bisa jadi dia hanya mirip."

Tiba-tiba ponselnya berdering keras. Wirza berdecak malas, ia paling tidak suka jika ada seseorang yang mengganggunya ketika ia sedang lelah. Dengan terpaksa ia memeriksa notifikasi untuk melihat siapa yang menelponnya.

Black Feather (WonJoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang