06 'menjadi teman'

71 13 4
                                    

Hidup memaksaku untuk menuai memori yang terlupakan
Namun jika ini untuk kembali padamu, aku tak masalah meski sebagai gantinya ragaku hancur

_o0o_

Suara rintik-rintik hujan seakan menjadi lantunan melodi yang menenangkan bagi seorang wanita yang kini sedang termenung menatap keluar jendela sebuah toko buku dengan raut wajah seperti sedang berfikir.

Setelah kejadian dua hari yang lalu membuat sindy merasa penasaran bagaimana caranya untuk kembali merangsang ingatan lamanya, ia butuh ingatan masa lalunya, baik tentang keluarganya dan orang-orang yang terkait dengan dirinya. Sindy tidak ingin terus hidup yang dimana kehidupan yang ia jalani sekarang bukanlah kehidupan yang sebenarnya.

' wirza...?'

Pikirannya kembali berlabuh kepada ingatannya yang kemarin lusa muncul akibat nama itu, seorang anak lelaki yang sedang tersenyum kepadanya.

" apakah aku mempunyai adik?." Ucapnya pelan sambil matanya terus menerawang.

" apapun itu aku harus mengembalikkan ingatanku kemudian mencari apa yang seharusnya aku miliki, keluargaku. Tapi mengapa kemarin nenek hanya terdiam ketika aku menanyakan seseorang yang bernama wirza ya..."

Setelah kejadian itu sindy merasa tidak tenang ia ingin menanyakannya kepada ranti langsung. Akhirnya besoknya dirinya pun pergi untuk bertanya kepada ranti, namun yang didapatnya ia hanya mendapat tatapan yang sendu. Tanpa mengerti apa maksudnya, sindy tidak ingin menanyakan lebih lanjut. Ia tidak ingin membuat ranti bersedih yang entah apa yang membuatnya menatap sedih kepadanya.

Sindy pun menghela napasnya berat. Dirinya sadar bahwa salah satu petunjuknya ada pada ranti, ia harus mengorek informasi pada ranti perlahan-lahan. Sepertinya mau tidak mau ia harus menanyakan perihal hasil ronsen dan surat itu pada ranti soal ia akan berbohong atau tidak padanya sindy akan mengurusnya.

" ah ya ampun jam berapa sekarang." Sindy pun melihat jam di handphonenya dengan terburu-buru.

" jam setengah enam?! Aduh...obat nenek kan belum dibeli."

Segera ia membereskan barang-barangnya di loker lalu mengganti bajunya dengan pakaiannya yang tersimpan pada loker seragam karyawan wanita. Setelah mengganti bajunya dirinya pun mengambil payung lipat dari dalam tas kecilnya. Lalu berpamitan pada beberapa pegawai yang baru datang untuk bekerja sesuai sift mereka.

Hujan terlihat kembali deras yang terus mengguyur sejak siang tadi membuat tubuh sindy bergetar akibat dingin yang menusuk kulitnya. Sindy pun menunggu bis kota di halte, beruntungnya bis kota yang terakhir beroperasi pun datang.

Tak sampai lima belas menit dirinya telah sampai di depan sebuah apotek besar, segera langkahnya pun memburu jalanan dengan cepat. Tanpa sadar sindy asal menaruh payungnya di depan pintu apotek itu, sehingga membuat payungnya terbang terbawa angin ke jalanan.

Setelah membeli obatnya, sindy hanya menatap lemas payungnya yang sudah rusak tak berbentuk itu akibat terlindas beberapa kendaraan yang lewat. Ia pun segera mengetik nama seseorang yang ada di handphonenya dengan cepat.

" iya nak...kenapa?."

Mendengar suara lembut dari balik telponnya membuat perasaan khawatir sindy sedikit tenang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Black Feather (WonJoy)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang