untaian kisah ke 1

10 3 0
                                    

Tes!

Setetes air mata tanpa izin terjun bebas dari pelupuk mataku, mengingat hal itu merupakan hal menyakitkan, membuat sembilu perih hatiku.
Rasanya kenangan buruk itu ingin ku enyahkan dari memori ingatan, selalu berharap bahwa peristiwa itu hanyalah sebuah mimpi belaka, kan tetapi hal itu fakta yang sulit ku terima.

" Balvania Gifara " pekik seseorang  dari belakangku

Aku tahu suara itu, aku rindu. Sebelum menoleh kusempatkan menghapus air mataku, mengulas senyum terbaikku.

" Hai Danila Lauria "

Ia berlari berhamburan ke pelukanku, dapat kutebak dia menangis karena aku merasakan sensasi basah di bagian pundakku.

" hiks...kamu jahat hiks....kenapa pindah ke Bandung? hiks....kamu mau ninggalin aku, kayak orang tuaku "

" shuuutt, aku nggak ada niatan untuk itu"

Aku menegakkan tubuhnya, ia menyeka air matanya yang masih ingin menetes.

" maaf, aku kangen sama kamu, habisnya aku seneng banget kamu balik ke Jakarta "

" iyha, aku juga kangen sama kamu "

Ia mengembangkan senyumnya, walaupun masih ada bekas air mata di wajahnya.

" Gimana kabar kamu sama orang tua angkat kamu La? "

" baik, mereka selalu memperlakukan aku dengan baik, selalu melimpahkan kasih sayangnya seakan anak kandung "

Lega rasanya saat aku mendengar hal tersebut, aku tau seberapa terpuruknya dia saat tahu kedua orang tuanya telah tiada saat peristiwa kebakaran sepuluh tahun silam.
Dulu dia dan diriku hanyalah dua gadis kecil yang harus menerima pahitnya hidup.
Hidup tanpa keluarga dan sanak saudara.

" kamu gimana? " tanyanya balik

" sama baiknya kayak kamu,  aku sayang mereka begitu juga sebaliknya "

Di sini yang diriku maksud adalah dua orang tua angkatku, setelah tragedi itu ada sepasang suami istri baik hati yang mengangkatku sebagai anaknya. Aku sempat menolak dikarenakan diriku tidak bisa meninggalkan Danila sendirian, tetapi beberapa hari kemudian mereka kembali membawa sepasang suami istri yang akan mengasuh Danila.
Awalnya kami takut dipisahkan, kan tetapi orang yang akan menjadi orang tua angkatku berusaha meyakinkanku jika mereka tidak akan memisahkanku dan Danila. Aku percaya, dan aku menerima.

Siapa sangka aku dan Danila ternyata tetanggaan, jadi kami sering bersama. Sejalan tiga tahunan ayah dengan berat hati membawaku dan bunda ke Bandung, karena suatu hal yang saat itupun aku tidak mengerti.

Sebenarnya berat berpisah dengan Danila, tapi diriku sudah menaruh rasa sayang pada ayah bunda, akhirnya aku tetap ikut mereka.
Dengan berjanji pada Danila kalau aku akan tetap sering menghubunginya dan tak akan melupakannya. Dan ini pertemuan pertama kami setelah tujuh tahun lalu.

Tak terasa diriku telah memasuki jenjang sekolah menengah atas, padalah dahulu untukku sekolah terasa sulit, bersyukurlah diriku.
Andai kakak masih ada,  betambah sempurnaya bahagiaku.
Seandainya keajaiban ada dan dia masih bernyawa, tapi sayang dulu semua berita mengabarkan semua orang yang ada di dalam bangunan dinyatakan tewas, semua ditemukan tidak bernyawa bahkan keadaan raga yang tidak utuh.
Diriku pun tidak tau dimana kakak dan ibu disemayamkan, apakah mereka benar-benar tiada? Benar-benar meninggalkanku sendiri?

Di saat malam menjelang, angin berhembus dengan tenang membelai pelan rambutku.
Diriku sering meminta pada malam yang diciptakan Tuhan tuk menyampaikan rinduku pada mereka yang jauh disana.
Tak lupa jua kukirimkan untaian untaian doa teruntuk mereka seusai melaksanakan sholatku.

MUARA RASATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang