Episode 4

7 4 0
                                    

Kami semua beristirahat di desa itu, kami juga diberi makanan yang banyak. Setelah beristirahat, kami memutuskan untuk melanjutkan perjalanan.

" Terima Kasih atas semuanya, Pak. " Kami berempat menunduk.

Kami pun pergi dari desa itu. Diperjalanan kami menemukan kota besar.

" Ayo mampir ke kota dulu. " Ajak Bizt.

" Kenapa harus mampir? " Aku bertanya.

" Beli baju. " Bizt memegang tanganku, lalu menarik ku.

" Emang ada uang? " Aku bertanya sekali lagi.

" Adaaa, Xerost kan banyak uang. Dia orang kaya. " Bizt tetap menarik ku.

Kota itu sangat modern. Banyak benda terbang yang melintas. Orang-orang di kota itu menggunakan sepatu terbang.

" Ayo kerumah dulu. " Ajak Xerost.

" Eh? Rumah? Emangnya kamu punya rumah? " Risa bertanya.

Sesampainya....

" Ini bukan rumah. Tapi istana! " Risa berteriak.

Xerost masuk kedalam rumahnya, dan menyuruh kami duduk.

" Kenapa kau pulang lagi, berengsek. " Ucap seseorang dari dalam rumah.

" Kenapa emangnya, Pak tua? Aku anakmu. " Terdengar suara Xerost menjawab perkataan orang itu.

" Dasar anak sampah! Kau tak pernah membuat kami bangga. Kau selalu melakukan hobi memasak mu yang tak berguna itu. Lihat adikmu, umurnya baru 13 tahun, sudah membuat kami bangga! Kau sudah 16 tahun tidak pernah membuat kami bangga! " Bentak orang itu.

" Terserah ku mau melakukan apa, aku bukan anakmu lagi, Pak tua. Kau pernah bilang padaku, kalau aku bukan anakmu lagi. Kau kan sudah punya anak pungut itu, jadi kau tidak perlu aku lagi, toh. Aku juga tak berguna. " Xerost terkekeh.

" Aku kesini cuma mau ambil uangku. " Ucap Xerost dengan nada datarnya.

                 **************

Aku dan Risa menunduk mendengar semua itu. Aku tidak menyangka kalau orang tua Xerost jahat sekali dengan anaknya.

" Haaah, lagi-lagi. Selalu saja. " Bizt menghembuskan nafas panjang.

" Maaf, karena membuat kalian menunggu. Ayo pergi. " Xerost tiba-tiba muncul.

Setelah membeli baju, kami langsung memakainya dan berfoto-foto, biar kami berlima punya foto kenangan. Kami juga membeli sepatu terbang agar lebih cepat sampai ketujuan.

Terbang, kami terus terbang dan akhirnya kami mencapai tujuan. Kami terbang untuk mencapai puncak. Spriger? Biarkan saja, dia bisa lari dengan sangat cepat.

Kami menemukan rumah sederhana. Dihalaman rumah tersebut ada kakek-kakek yang sedang duduk. Kakek itu melihat kearah kami, dia menghilang, dan muncul di hadapan kami.

" Siapa kalian? " Tanya kakek itu dengan nada marah, tapi bukan nya terlihat menyeramkan. Malah lucu.

" Maaf, sudah mengganggu ketenangan, kakek. " Ucapku sambil menunduk.

" Kakek? Aku masih muda! Enak saja kah memanggilku kakek! " Kakek itu melotot.

" Menolak tua kakek satu ini. " Xerost tersenyum miring.

" HEY! " Kakek itu menyodorkan tongkat nya ke depan muka Xerost.

Xerost menahan tawa melihat muka konyol kakek itu. Dan, Xerost tertawa lepas.

" Momen epic! Foto, Ris! " Bizt berteriak.

Dengan cepat, Risa mengambil handphone.

CKRIK! CKRIK! CKRIK!

                 ***************

" Oh, kalian orang terpilih. " Kakek itu mengangguk.

" Pendekar! Kenapa kau tidak memberikan kami air? Haus. " Bizt memegang lehernya. Tapi pendekar Hiha tidak memperdulikan nya.

" Petunjuk kedua nya adalah kalian harus mengambil tongkat kristal milik temanku, dia pemilik kekuatan elemen.

Dia bukan dari dunia ini, dia dari dunia kalian berdua. Namanya Gani. " Pendekar itu melihat kearah ku dan Risa.

              ***************

Pendekar Hiha memperbolehkan kami tinggal di rumahnya sehari. Paginya, entah apa yang terjadi, dia tidak mengenal kami.

" Kami yang kemarin itu loh, Pendekar! " Bizt tersenyum kesal.

" Kalian pasti maling kan? " Pendekar Hiha melotot.

Bizt menghembuskan nafas dengan kasar.

" Woy keledai, tolong jelaskan ke tuanmu ini. " Bizt memutar bola matanya malas.

Setelah dijelaskan oleh keledai itu, akhirnya dia ingat.

" Oh iya, kalian yang kemarin kan? " Pendekar itu bertanya.

" Iya. " Aku tersenyum kesal.

Setelah itu, kami langsung pergi untuk melanjutkan perjalanan, dengan menggunakan sepatu terbang, kami tidak perlu berjalan. Spriger? Dia berlari sangat kencang.

Sebelumnya, kami bertanya, dimana keberadaan temannya.

" Kalian kedalam hutan ajaib, disana rumahnya, hati-hati hutan itu ajaib " Pendekar Hiha tersenyum.

Diperjalanan menuju hutan ajaib, tiba-tiba Risa kehilangan keseimbangan dan meluncur bebas. Xerost segera menangkap Risa yang hendak terjatuh.

" Kau tak apa-apa? " Xerost menatap Risa.

" Ekhem. Bizt pergi yuk! Ada yang lagi bucin nih. " Aku tersenyum jahil.

" Yuk, jangan ganggu orang lagi bucin." Bizt tertawa.

Wajah mereka berdua bersemu merah. Kami akhirnya memutuskan untuk berjalan saja.

Kami terus berjalan, dan akhirnya kami sampai di hutan ajaib. Saat mulai masuk, kami langsung ditarik oleh akar-akar pohon dan tergantung dipohon.

" Xerost, coba gunakan kekuatan mu!" Bizt menyuruh Xerost.

" Ayo Xerost! " Teriak Risa.

" Baiklah. " Xerost memejamkan matanya dan berkonsentrasi.

                  ****************

Gaje astagfirullah 🗿

Kalau suka. Ya, jangan lupa divote 🗿👍🏼

Typo? Tolong komen ☺

FOUR SELECTED TEENAGERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang