Episode 6

8 4 2
                                    

Bintang gemintang menghias langit malam. Risa duduk dibawah pohon dan aku duduk di pohonnya.

" Hm, Ru. " Risa mangangkat kepalanya demi melihat ku. Aku menoleh lalu memasang ekspresi bertanya.

" Kamu kangen orang tua kamu gak? Udah lama loh kita gak pulang. " Risa tersenyum tipis.

" Aku sih kangen, bahkan setiap hari, toh. Tapi, aku lebih bersyukur bisa kesini, aku bisa kenal sama Bizt dan Xerost. " Aku membalas tersenyum. Mataku kini tertuju ke bintang yang paling berkilau di antara bintang-bintang lain.

Tanpa kusadari sudah ada seorang laki-laki di samping ku. Dengan mata hitam indah, garis rahang yang terlihat tegas, dan gigi putih ditambah gingsul, yang membuat dia terlihat tampan dan manis.

DEG!

" Astaga! Sejak kapan kamu disini? " Aku kaget karena ketika aku menoleh wajahku hampir menabrak wajahnya.

" Sejak tadi. " Dia tersenyum memperlihatkan gigi putihnya.

" Kukira siapa, ternyata kamu, Bizt. " Aku memasang muka datar.

" Hehe. " Bizt menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

                                * * *

Di pagi hari, kami semua berkumpul--kecuali Spriger, dia sibuk kemana-mana.

" Sebutan orang terpilih itu untuk orang yang memakai kekuatannya demi kebaikan semua orang, sebenarnya masih banyak orang yang mempunyai kode genetik dari pemilik kekuatan terdahulu, tapi kebanyakan memilih kejalan kegelapan,

kode genetik tersebar bukan karena aliran darah dari pemilik kekuatan terdahulunya. Kode genetik bisa dipunyai secara acak, hanya orang beruntung yang mendapatkan nya. " Master menjelaskan.

" Tapi Master, kenapa kita yang dari dunia lain mendapatkan kode genetik juga? " Risa bertanya.

" Jangan heran, toh. Bahkan pemilik kode genetik pertama itu, dari dunia kita. " Master tersenyum. Risa hanya ber-oh, yang membuat mulutnya membentuk huruf O.

" Sudah bisa mengendalikan kekuatan belum? " Master bertanya.

Aku menggelengkan kepala bersamaan dengan yang lain.

" Kalau begitu, ayo master ajar mengendalikan kekuatan kalian masing-masing! " Master terlihat semangat.

Hari demi hari kami belajar dengan master. Tiba-tiba terjadi sesuatu dari luar hutan.

" AUM! " Spriger nampak gelisah.

" Siapa? Dia membawa apa? " Aku menatap serius.

" AUM! AUM! " Spriger memberitahu ku.

" Senjata? " Spriger mengangguk.

Baru saja diberitahu Spriger, sudah ada bunyi ledakan dari kejauhan. Kami semua pergi mengeceknya. Sesampainya, kami melihat delapan orang tergantung. Bizt yang melihatnya sudah tertawa terbahak-bahak. Aku menyikut perut Bizt--untuk menyuruhnya lebih serius.

Apes emang, sudah ada sepuluh orang yang mengepung kami, delapan orang itu cuma untuk mengalihkan pandangan.

" Formasi! " Teriak Bizt. Segera kami berkumpul dan membentuk formasi.

" Bertemu lagi kita, nak. " Muncul seseorang dari balik pohon.

" K-kau! " Bizt menelan ludah.

" Kenapa? Kau kaget melihat ku masih hidup?, " Orang itu tersenyum miring. " aku tidak selemah yang kau kira, nak. Kekuatan api milik orang tua itu bukan apa-apa bagi ku. "

" Ba-bagaimana kau bisa kabur dari api itu? " Bizt terlihat gemetaran.

" Aku mempunyai banyak trik, api sekecil itu mudah ku tangani, " Orang itu lagi-lagi membuat muka menyebalkan. " oh ya, aku belum kenalan. Perkenalkan nama ku Awikwok. " Awikwok sedikit menunduk.

Apa-apaan ini? Kok namanya aneh?, batinku.

" Apa urusan mu kemari? " Xerost bertanya datar.

" Apa lagi, kalau bukan menyingkirkan kalian. Sebelum kalian merusak rencana ku! " Awikwok menyengir.

Risa memegang bahu ku. Tangannya gemetaran. Aku melihat wajahnya, aku tahu maksud dari ekspresinya, sepertinya Risa ketakutan, ini baru pengalaman pertamanya. Yah, ini juga pengalaman pertama ku, tapi aku tidak mau terlihat lemah, aku memaksa untuk terlihat kuat.

" Heh. Menyingkirkan kami kok bawa rombongan, kami cuma berempat. Dasar mental rombongan. " Xerost menyunggingkan senyum.

" AUM! " Spriger nampak marah--karena dirinya tak dianggap.

" Iya-iya, maksudku berlima. " Ucap Xerost datar.

" Dasar bocah ingusan! Tau nya bicara, di hajar baru tau rasa! " Wajah Awikwok nampak marah.

" Kau mau mengajari kami? Baiklah, tolong ajari aku matematika. " Jawab Xerost dengan ekspresi datar.

" Dihajar, bocah! Bukan diajar! " Wajah Awikwok tambah marah. Memang bakat Xerost bikin orang kesal.

" Hei, serang mereka! " Perintah Awikwok. Sepuluh orang itu merangsek maju menyerang kami berempat--eh, berlima. Nampak Xerost memegang bahu Bizt, lalu mengangguk menyemangati. Wajah Bizt kembali seperti semula dan nampak semangat.

Risa melawan rasa takutnya, dia mulai melawan orang yang ada didepannya.

Yah! Aku juga harus lebih bersemangat!

Aku mulai mengeluarkan api dari tangan ku. Lalu ku tiup api itu. Api itu mulai terbang dan hinggap di baju-baju lawan, dan mulai menyebar ke seluruh baju, membakar orang itu.

Satu persatu lawan kami tumbang. Tinggal Awikwok dan tiga orang tersisa. Masalahnya, Awikwok dan tiga orang itu lebih kuat dari yang kami bayangkan, kami berlima mulai kewalahan melawannya.

" Ayolah, kalian ini kurang asik. Baru sebentar loh. " Awikwok menyengir.


To Be Continued...

FOUR SELECTED TEENAGERS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang