Pintu

4 1 0
                                    

Hari sekian tanggal bulan dan tahun sekian. Kami akan pergi berpetualang ke dimensi yang membuat kami kaget, tercengang, dan sedih bercampur bahagia dan mungkin cinlok dan kami akan bertemu princes yang tampan dan kece sesuai dengan kepribadian nya, nyata atau tidak ini akan tetap menjadi kisah ku. Ini dia cerita ku, silahkan kita baca dan resapi

.............

Alisa, ya dia yang menjadi tempat biasa kami berkumpul entah karena main atau tugas sekolah. Alisa memiliki sahabat ber-jumlah sembilan orang, sebut saja KELUARGA CEMARA, lucu memang jika kami menyebut nama grup ini. Alisa salah satu orang yang paling protektif terhadap lawan bicaranya. Dia selalu merasa sedikit jengah jika teman-teman nya susah di bilangin seperti sekarang ini, seharus nya mereka tepat waktu tapi malah tidak. Seharus nya lengkap, tapi dua orang masih di jalan. Muka Alisa di tekuk, mata nya mendelik, tangan nya sambil memegang kaca mata yang bertengger di batang hidung nya. Bahkan dia mengabaikan ocehan dari sebagian temannya.

Saat beberapa menit kemudian, dua orang datang ke rumah nya mengucap kan salam sambil cengengesan "Assalamualaikum, Alisa hehehe. Maaf ya di jalan tadi agak macet, terus juga nunggu Cikal BAB" ucap orang itu yang bernama Assayidah, ia menyenggol siku lengan teman sebelah nya

"Assalamualaikum, iya Sa. Maaf ya, gara-gara makan sambel dari nasi uduk nih ajdi mules hehehe"

"Hmmm, hampir bete gara-gara kalian" ucap nya membuang nafas kasar"

Yang lain nya pun hanya tertawa menggelengkan kepala. Tanpa berbasa-basi, kami langsung berpamitan kepada orang tua Alisa. Orang tua Alisa berpesan kepada kami untuk menjaga diri, dan selalu hati-hati. Jangan pernah lupa sholat dan berdoa, entah perasaan ku saja atau tidak, aku merasakan yang tidak-tidak tapi ku buang jauh-jauh. Saat di jalan, Naswa menawarkan permen kepada kami, dia menyodorkan sepuluh permen kapal api.

"Mau gak? Pasti mau dong, biar ga boring mulut nya hehehe, nih ambil satu-satu jangan berebutan" ucap nya. Kami mengambil, dan tak lupa berucap terimakasih. Kami sempat menunggu angkot di dekat sekolah kami. Agak lama, karena angkot jurusan yang kami tuju berbeda. Selang beberapa menit, datang kami segera naik dan duduk saling berdempet'an.

Sedikit padat di dalam angkot ini, membuat ku sedikit pengap bahkan ada yang bau apek. Untung saja aku memakai masker jika tidak huh, mereka asik berbincang, sedangkan aku? Aku melamun entah karena apa, membuat pikiran ku sedikit kacau dan perasaan ku tak kunjung tenang. Di tepis pun tak bisa, aku hanya melamun  ke depan sambil mendengarkan lagu ku lewat earbuds yang ku bawa kemana-mana.

Puk!

Teman ku, Delia namanya berperawan tinggi 170 cm, berkulit hitam manis dan hidung bangir wajah nya seperti orang Pakistan. Ia menepuk pundak ku, aku bingung melihat nya, apalagi dia?

"Kenapa? Dari tadi melamun aja, gak boleh nanti kesambet aja" ucap nya, penumpang lain pun menatap ku. Aku tersenyum di balik masker ku

"Ah? Enggak, siapa yang melamun. Aku cuma fokus aja sama jalanan yang di luar, sambil denger lagu favorit" bohong ku. Delia menatap ku tak percaya, tapi teman-teman ku menyauti "Assayidah emang begitu, gak usah di pikirin"

Ya, aku hanya mengangguk an kepala. Rasanya sedikit malas berbicara panjang. Semoga saja mereka tak merasakan hal yang sama dengan ku

Setelah agak lama, kami pun berhenti di salah satu terminal, Alisa pun membayar uang ke supir tsb, kenapa kita ga naik busway saja? Busway dari arah kami saat ini tidak bisa di lewati karena ada perbaikan jalan, dan ya kita naik angkot. Saat sampai di rute busway kami buru buru naik bus, untung saja tidak begitu ramai, di antara kami ada yang duduk dan beridir, satu jam perjalanan yang kami tempuh akhirnya sampai di lokasi. 

HELPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang