Awal

5 1 0
                                    

Bayangan tanpa jiwa?

Apakah bercandaan mereka akan menjadi nyata?

...


Mereka pun mulai mendekati pintu tersebut, konyol ini seperti pintu Doraemon. Mereka pun mulai membuka knop pintu... Saat di buka

Ha?

//Blamm. Pintu tersebut hilang seketika. Mereka semua terlihat linglung dan panik "Ha apaan ini, kita dimana woy, please dimana ini" panik cikal, kenapa bisa seperti ini, apa ada orang Yang ingin sengaja bermain main dengan kita. Ayolah ini ga masuk akal sama sekali, batin ku

"Ha, iya kita dimana?" Engeh novi, dia heran. Berasa alur mundur aja

"Pintu nya kemana" ucap ku, Yang celingak celinguk mencari keberadaan pintu itu. Udah pintu kuno, hilang pula

"Mau pulang hiks, mama Aisyah mau pulang" tangis aisyah Yang mulai pecah, ga kebayang gimana kami bisa keluar dari sini. Tidak ada satupun orang dari desa lain, hanya kami 10 orang disini. Kami hanya takut apa Yang Akan terjadi pada kami.

"Sama w takut banget serius, kalo ada apa apa gimana, w ga mau mati dulu" ketakutan mulai menyerang liza, gimana ga takut. Tinggal Di hutan yang Banyak pohon berimbun, semak belukar belum lagi gada rumah yang terlihat sama sekali.

"Hust jangan ngomong gitu, ga boleh" Siti memperingati walaupun dia juga sama takutnya, bukan dia, tentu kami merasakan hal yang sama.

"Ya abis gimana, kita aja gatau tempat ini" benar, tidak tahu tempat.

"Kan w bilang apa, gausah kesini, ada yang nurut ada yang engga, dan ini akibat nya " aku merasa sedikit frustasi, ngeyel banget di bilangin. Sekarang begini jadinya, entah apa yang Di pikirkan mereka tadi. Firasatku juga benar benar terjadi. Bahkan kue yang kami makan...

"Maaf, maaf hiks, cik lu boleh sentil w 5 kali" ucap mutia menangis sambil meminta maaf kepada kami. Memang mutia sok paling berani, giliran sudah tau begini dia malah Yang ketakutan. Cikal pun menyentil dahi mutia dan terasa sakit. Jadi ini bukan mimpi, lalu apa???

Ternyata ini menjadi kenyataan

Mereka pun bertanya-tanya ini aneh, apa yang assayidah bilang itu benar? Tapi bagaimana bisa.  Mereka terus berpikir walau Masih terdengar suara tangis kami yang sesenggukan.
" W rasa perkataan dan feeling assayidah bener, dan masuk logika. Portal atau pintu apalah itu yang dia bilang juga bener adanya, dan sekarang kita terjerumus ke tempat ini" ucap delia Yang mengelap air matanya dengan lengan baju nya.

Kami bingung apa Yang harus Kita lakukan saat ini atau harus pasrah saja, tapi mereka pengen pulang. Tempat ini terlihat sejuk tapi seram, mereka hanya berfikir bagaimana jika ada hewan buas kelaperan dan mau hap, tidak tidak, harus menepis pikiran negatif seperti itu tapi tidak bisa, mereka pun saling diam selama beberapa menit dan aku pun bersuara
"Kita ga bisa disini dan diem aja, ayo cari jalan keluar, walaupun kita gatau ini tempat apaan, seenggaknya pasti ada jalan keluar" aku menatap mereka semua, masih bisa diliat perasaan khawatir dan takut menjalar di tubuh mereka.

Mereka pun setuju "siapa yang di belakang, w gamau di belakang, w mau di tengah aja" ujar naswa tertawa kecil. Memang dia yang paling parno, lagi pula ga mungkin dia di belakang sendiri sebab, badannya juga kecil Dan nyali nya juga ga begitu besar.

"Sama w juga/w juga/sama" mereka saling berebutan. Dan akhirnya pun ada yang mengalah, Delia di depan, di belakang ada Mutia, Novi, Alisa, Aisyah, liza, cikal, naswa dan terkahir Aku. "Anjir jadi w yang dibelakang" ketus ku, enak saja mereka, aku yang Di belakang, apa mereka tidak mengerti perasaan ku. Huh! Menyebalkan.

HELPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang