04. The presence of a new baby figure

177 26 5
                                    

Hari ini cuaca kota Surabaya sedang diterjang suhu dingin. Apalagi dengan tempat tinggal papa Nando yang berada di ujung, dekat dengan pesisir pantai Kenjeran membuat hawa menjadi terasa sangat dingin.

Dari pagi hingga sore hendak menyapa dinginnya suhu ruang mampu membuat hidung Jezia memerah, suhu dingin disinipun nyaris mencapai 22°c yang mana dengan kota Surabaya yang terkenal dengan suhu panas teriknya sekarang justru mampu membuat Jezia menggigil karena kedinginan.

David masuk kedalam kamar milik Jezia, kamar yang Jezia tempati saat dirinya hidup dengan sang papa dan mama disini.
Lelaki itu mendekat kearah ranjang kemudian menarik pelan tangan Jezia yang terbebas lalu menangkup pipi tirus istrinya. "Hidung kamu merah, dingin banget ya?" David bertanya dengan kedua ibu jari lelaki itu yang mengusap-usap pelan hidung mungil gadisnya.

Jezia menjawab tanya lelaki itu dengan anggukan. Tangan gadis itu terulur meminta David untuk segera menenggelamkan tubuhnya didalam dekapan hangat pria itu. "Kayanya kita salah datang kesini waktu musim hujan je." David berucap seraya menunduk menatap raut wajah kesal gadis itu.

"Jalan-jalan ke tengah yuk? Kalau diam dirumah malah bikin tubuh kamu makin gak fit. Kita jalan-jalan keluar cari bakso." Ajak lelaki itu kemudian beranjak berdiri mengambil hoodie yang akan ia kenakan pada tubuh Jezia yang kedinginan.

"Mas gila ya? Orang kedinginan malah diajak motoran! ha-ha-HACHII!" dengusan samar terdengar ketika David melihat hidung Jezia yang semakin memerah.

"Kita jalan-jalan ke pasar sore, disana banyak jajanan sama bakso yang dijual. Kamu yakin gak mau ikut?" Lelaki itu berujar setelah selesai mengenakan jaket kulit andalannya. Tubuh tegap tinggi itu dengan kerennya mengenakan dalaman kaus abu-abu dengan luaran jaket kulit andalan pria itu dari kelas satu SMK.

Iya, dari dulu David memang suka mengenakan jaket kulit kesayangannya tak perduli jika dirinya sudah beranjak dewasa, bahkan tua? Astaga...

Kalau sudah melihat penampilan David yang super memanjakan mata begini, siapa yang sanggup untuk menolak diajak jalan-jalan sih?

"Mas kaya anak ABG aja pake jaket kulit." Jezia mendengus mengejek setelah mendudukkan dirinya diatas jok motor dengan kedua tangan yang sudah melingkar sempurna pada pinggang prianya.

"Kan memang ABG." Jawabnya dengan kekehan kecil.

"Apaan ABG, mas tuh inget umur. Umur udah 28 gitu."

"Iya iya tua beda sama situ yang masih umur 23." Dengusnya sebal membuat Jezia tak mampu menahan gelak tawanya.

"Emang mau kemana sih mas?" Jezia bertanya setelah merengsek maju mendekat pada kepala prianya yang sedang fokus mengemudikan kendaraan.

"Muter-muter kota Surabaya, kamu gak tau kan disini ada wilayah jadul? Yang bikin kamu flashback sama jaman dulu."

"Hah? Emang ada?" Seloroh gadis itu sebelum matanya menangkap wilayah jadul yang dikatakan David.

Wilayah ini terlihat tak begitu spesial. Bukan wilayah wahana jadul yang terpampang, namun entah kenapa wilayah ini terlihat sedikit berbeda dari wilayah-wilayah kota Surabaya lainnya.

Sebagaimana wilayah ini terlihat, banyak aktivitas anak manusia yang masih dilaksanakan.
Banyak orang-orang menjual hal-hal jadul disini. Contoh kecilnya seperti pedagang yoyo yang masih dengan semangat mempromosikan dagangannya dipinggir jalan, seorang ibu-ibu yang masih semangat mempromosikan majalah anak kecil diseberang jalan, dan pengamen-pengamen berpakaian jadul dengan kemeja garis-garis bewarna biru yang hampir pudar dengan rambut gondrongnya yang dikuncir rapi serta topi bewarna coklat yang dipakainya, jangan lupakan juga gitar akustik yang dibawanya kesana kemari demi mencari selembar uang. Kemudian masih banyak lagi pedagang-pedagang yang mempromosikan dagangannya dipinggir jalan sana.

Lentera biru [ Saquel Di Dalam Sangkar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang