03. Keluarga Gercia (lagi) ?

169 32 8
                                    

David mendesah malas kala obsidiannya menatap cermin besar dihadapannya. Tangannya melipat lengan kemeja sebatas siku kemudian menyemprotkan parfum andalannya dan bersiap-siap untuk pergi ke suatu tempat.
Rumah keluarga besar Lazuardy dan Gercia. Entah apa yang keluarga besar itu inginkan atas kehadirannya dan Jezia, tetapi yang David tau lelaki itu harus memberikan penjagaan ekstra untuk istrinya. Ia tak mau lagu lama terulang kembali disana.

Ia tak mau istrinya direndahkan lagi di keluarga itu.

"Mas?" Jezia terlihat berdiri diambang pintu kamar dengan dress diatas lutut yang memeluk ketat tubuh rampingnya.
David menghela nafas, lagi-lagi ini adalah dresscode yang keluarga Lazuardy berikan pada Jezia. Padahal mana David ridho melihat tubuh istrinya dipertontonkan didepan banyak orang seperti ini? Tubuh ini miliknya tak seharusnya dipertontonkan didepan orang banyak.

"Kamu betulan pakai dress kaya gini?" David mendekat perlahan dengan tatapan yang terpusat pada tubuh gadisnya.

"Kenapa? Jelek ya? Oma ngasih dress ini kemaren tuh"

"Jelek"

"Mas?" Jezia bertanya dengan tatapan garangnya. Benar-benar suaminya semakin hari semakin menyebalkan ya?

"Jelek, pundak kamu terekspos, kaki kamu, paha kamu, apalagi punggung kamu. Kamu mau jadi sundel bolong?" David berucap dengan tangan besarnya yang menyusuri daerah-daerah tubuh Jezia yang terekspos bebas oleh mata.

"Berisik! Ayo mas keburu yang lain sampe nanti kita..."

"Dipermalukan? Di bully? Dimaki?" Serobot David dengan kepala yang sedikit menunduk, menatap dalam manik kilau Jezia yang bergetar, risau.

"Enggak, aku gak masalah kalau mereka maki kita, mempermalukan kita, aku cuma takut kalau rahim aku dipermalukan lagi."

David memandang Jezia lamat, lalu melingkarkan tangannya pada pinggang ramping sang istri, "Oke, ayo berangkat." Ucapnya sembari melampirkan jasnya pada tubuh terbuka Jezia.

Mereka berjalan santai dengan tubuh yang saling menempel bak sepasang sepatu yang tak bisa berpisah barang sedetik saja.
Langkah kaki mereka berayun santai dengan pandangan yang mengedar pada seluruh penjuru rumah megah keluarga Lazuardy.

Bunyi lonceng berdentang dengan suara lantunan merdu musik khas tahun 1990an terdengar. Jezia dan David berpandangan sesaat sebelum akhirnya mereka mendudukkan diri pada salah satu sofa pojok ruang tamu keluarga Gercia.
"Mas kita gak salah kan nekat kesini sendirian tanpa papa?" Bisik suara Jezia menggelitik indera pendengaran David membuat David yang awalnya tengah sibuk menutupi paha terbuka Jezia dengan tangan spontan langsung menoleh. "Papa kan gak diundang, jadi mau gak mau kita harus duduk disini sendiri, hadapi sendiri seperti sebelum-sebelumnya."

"Aku gak masalah sih"
"Tapi kakung sama ninik Sara itu bikin emosi naik darah ...."

"Siapa emosinya yang naik darah?" Suara serak sedikit keras dan cenderung cempreng dari ninik sara itupun memecah atensi David dan Jezia. Jezia tertawa kikuk sedang David tersenyum jumawa didepan Ninik sara yang siap menerkam mereka dengan kata-kata pedas.

Ninik Sara adalah istri sirih dari kakung satu tahun yang lalu setelah David dan Jezia resmi menikah. Entah apa yang mereka inginkan sampai dicapainya sebuah pernikahan sirih tak begitu David dan Jezia hiraukan, tapi yang kedua pasutri muda itu tau keluarga kecil mereka akan terancam karena datangnya Ninik Sara sebagai pelengkap tokoh antagonis.

"Assalamualaikum ninik, kakung" salam hangat David tak membuahkan hasil baik. Tangan lelaki itu yang awalnya sudah terangkat hendak mencium tangan kedua sepuh itu akhirnya terhempas olah tangan ninik Sara yang sedikit keriput.

Lentera biru [ Saquel Di Dalam Sangkar ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang