Tiga Puluh Satu.

110 13 5
                                    

(ii) Tiga Puluh Satu. (ii)
Jiung, Choi. Intak, Hwang.
Jiung Intak as local student!¡
If you a homophobic, please go away.


Jiung Intak as local student!¡If you a homophobic, please go away

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Choi Jiung, pemilik nama seindah semesta itu tengah sibuk dengan tumpukan berkas di tangannya. Beberapa kali dia menghitung ulang banyaknya bundel kertas, memastikan jika tidak ada berkas yang tertinggal. Menjadi murid kesayangan guru memanglah tidak mudah, dan Jiung akui itu. Jika bukan karena perintah gurunya, Jiung tidak mungkin mau repot-repot membawa banyak bundelan kertas berisi berkas yang dia tidak ketahui ini.

Jiung masih sibuk dengan kegiatannya, sampai tidak sadar jika sebuah bola basket yang dilemparkan seseorang mengarah ke arahnya.

“Awas!!”

“Eh?”

Duukk!

Bola basket itu membentur lantai yang sekarang dipenuhi oleh kertas-kertas berisi berbagai macam tulisan. Jiung memang terbebas dari lemparan bola basket yang mengarah ke dirinya. Bola itu hanya mengenai berkas-berkas yang dibawa Jiung, jadi semua kertas itu beterbangan memenuhi lantai koridor.

“Aduh, ada yang kotor ga, ya??” Ucap Jiung khawatir sambil memunguti satu persatu kertas berkas yang berhamburan.

Seseorang dengan sepatu olahraga dan seragam club basket sekolah menghampiri Jiung.

“Maaf, kakak gapapa?” Tanyanya tiba-tiba. Jiung mendongak, menatap seseorang yang bertanya kepadanya, kemudian mengangguk.

“Aku gapapa, kok. Bolanya ga kena aku,”

“Maafkan teman saya, dia melempar bolanya tanpa perhitungan,” Jiung hanya mengangguk-angguk mendengarnya, dia beberapa kali mencuri pandang kepada seseorang yang sekarang ikut membantu memungut kertas berkas.

Jiung berpikir sebentar, mencoba mengingat seseorang yang ada didepannya ini. Sampai tidak sadar, jika semua kertas sudah terkumpul.

“Kak?”

“Eh? Oh? Udah ya,. Makasih, tumpuk aja sini.” Kata Jiung sambil berdiri dan menyodorkan kedua tangannya yang juga berisi sekitar setengah tumpukan kertas.

“Mau saya bantu, kak?” Tawarnya.

“Kamu panggil aku kak daritadi, emangnya kelas berapa sih?”

“Saya kelas sebelas ipa dua, kak. Kak Jiung kelas dua belas ipa satu, kan?”

Jiung mengerjap, bagaimana bisa seseorang yang tidak dia kenali mengetahui namanya?

“Loh, kamu tau aku?”

“Mana mungkin saya ga tau kakak. Oh iya, ini dibawa kemana kak? Biar saya bantu.”

“Ke ruang guru, ke mejanya Pak Lee. Aku jalan sendiri aja, kamu balik ke temenmu sana, ditungguin nanti,” Kata Jiung sambil menunjuk beberapa anak basket di lapangan yang memperhatikan mereka.

Butterfly Effect (Oneshot/Twoshot Jiung Intak from P1Harmony)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang